Sunday, January 1, 2023

Membaca Peta Jalan Alutsista 2023

Cuaca ekstrim akhir tahun 2022 dan awal tahun 2023 sudah diprediksi oleh BMKG dan hari-hari ini kita "menikmati" suasananya. Bahwa cuaca ekstrim konflik kawasan yang bernama Indo Pasifik juga bisa diprediksi. Sudah ada "awan cumulunimbus" yang menghiasi langit Asia Pasifik di tiga hotspot Panmunjom, Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Cuaca buruk dari potensi konflik paling akbar bisa berubah menjadi medan pertempuran terbesar sepanjang sejarah bumi. Inilah prediksi ekstrimnya. Bukan untuk menakut-nakuti namun indikator penjelasnya sudah terang benderang. Dan tak perlu dijelaskan lagi.

Bagaimana kemudian Indonesia mempersiapkan payung pelindung untuk pertahanan diri bisa kita lihat dari peta jalan yang sudah, sedang dan akan dijalani. Indonesia telah memulai langkah strategis dengan program MEF(Minimum Essential Force) selama 12 tahun terakhir sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010 dan dilanjutkan Presiden Joko Widodo sampai saat ini. Program penguatan militer ini sudah memperlihatkan hasil yang cemerlang dengan semakin banyaknya aset alutsista yang diperoleh militer Indonesia. Meski belum sampai pada kriteria minimal yang diperlukan. Kita patut bersyukur.

Sepanjang tahun 2022 berbagai kontrak pengadaan alutsista strategis sudah dilakukan. Dan Rafale menjadi bintangnya. Jet tempur ini menjadi pilihan terbaik dari negara yang tidak ribet soal diluar urusan pertahanan. Indonesia memesan 42 unit dan diharapkan dapat mengisi 3 skuadron tempur mulai tahun 2026. Untuk mengisi ketersediaan cepat saji karena dibutuhkan saat ini, pemerintah memesan 12 jet tempur Mirage eksisting dari Qatar. Ini bagian dari strategi Indonesia untuk menjalin kerjasama ekonomi dalam skala luas dengan negara Timur Tengah yang kaya raya. Barusan dengan Turki sudah di sign konttrak pengadaan alutsista peluru kendali surface to air dan surface to surface  jarak menengah dan jauh. Sudah jauh hari ditunggu ternyata buatan Turki yang dipeluk. Alhamdulillah.

Kepastian kontrak efektif pembelian 2 pesawat MRTT Airbus A400M terlaksana menjelang tutup tahun. Sementara proses produksi 5 pesawat angkut berat Super Hercules type J pesanan Indonesia sedang berlangsung di pabrikannya Lockheed Martin AS. Satu diantaranya akan datang di triwulan I tahun 2023. TNI AU saat ini sedang mempersiapkan kehadiran 5 pesawat amfibi dari Kanada yang dipesan tahun 2019. Termasuk tambahan 6 jet latih tempur T50 dari Korsel. Armada TNI AL akan menerima aset baru berupa 2 kapal perang pemburu ranjau dari Jerman, 1 kapal LPD rumah sakit buatan PT PAL, 1 kapal tanker logistik, 1 kapal korvet VVIP,  1 kapal LST, dan 2 kapal OPV buatan galangan kapal swasta nasional.

Peta jalan alutsista tahun 2023 diprediksi memasuki musim puncak. Karena tahun ini adalah permulaan tahun politik. Penyelesaian target pemenuhan kebutuhan MEF jilid 3 akan berakhir tahun 2024. Dan itu bersamaan dengan suksesi kepemimpinan nasional. Harapan kita bersama tahun ini ada penandatanganan kontrak efektif untuk 2 kapal selam yang digadang-gadang selama ini, Scorpene dari Perancis. Termasuk minimal 4 kapal perang heavy fregate Fremm Class dari Italia. Jika dua jenis alutsista strategis ini terpenuhi ini setidaknya bisa memberikan daya gedor kekuatan angkatan laut Indonesia. Bersama 2 heavy fregate merah putih yang sedang dibangun di PT PAL,  barisan heavy fregate menjadi  kapal perang striking force yang diandalkan.

Pasukan marinir sebagai bagian dari SSAT (sistem senjata armada terpadu) sudah dimekarkan menjadi 3 divisi. Maka pemenuhan kebutuhan alutsista pasukan serbu pantai ini mestinya menjadi prioritas. Seperti penambahan tank amfibi, panser amfibi, roket, artileri, helikopter serbu dan uav adalah keharusan yang mendesak. Disamping itu pemenuhan satuan peluru kendali pertahanan pantai dan selat menjadi penting terkait ramainya lalulintas militer asing di selat-selat ALKI kita. Prediksi ke depan akan semakin ramai karena dinamika konflik kawasan. Pantai Natuna sangat membutuhkan satuan peluru kendali pertahanan pantai sebagai salah satu pelapis pertahanan teritori.

Indikator pencapaian MEF tahap ketiga menunjukkan sinyal positif. Sinergi Kementerian Pertahanan, Bapenas dan Kementerian Keuangan sejauh ini bahu membahu saling menopang. Anggaran pembelian alutsista sebesar US$ 20 milyar selama 5 tahun ini sebagian besar sudah terserap dan disetujui melalui PSP (penetapan sumber pembiayaan) Kemenkeu. Dan sangat mungkin ada penambahan lagi karena "invasi" Covid19 berhasil dijinakkan. Manajemen kementerian pertahanan dalam pandangan kita mampu melakukan kerja besar extra ordinary untuk mengejar pencapaian MEF. Melakukan negosiasi G to G dengan negara produsen dalam pengadaan alutsista. Dan menjalankan sinergitas, koordinasi berkesinambungan dengan Bapenas dan Kemenkeu. Ketiga institusi ini mampu menunjukkan kinerja profesional berbasis integritas untuk menguatkan otot militer Indonesia.

Gaya manajemen pertahanan ini perlu kita apresiasi karena kita sedang berkejaran dengan awan cumulunimbus yang suatu saat dapat menimbulkan cuaca ekstrim. Antisipasinya kita harus memperkuat benteng teritori dengan kekuatan sendiri. Perang di Ukraina adalah contohnya. Apa yang dilakukan Kementerian pertahanan adalah menyegerakan ketersediaan berbagai alutsista canggih tiga matra. Kita juga meyakini jika kekuatan militer kita dengan kepemilikan alutsista yang canggih bisa memberikan efek gentar. Artinya jika ada pihak yang ingin berkonflik diyakini akan berhitung ulang. Itulah makna jika ingin damai bersiaplah untuk perang. Dan untuk perang tentu harus memiliki kekuatan alutsista canggih. Kekuatan inilah yang kemudian menjadi daya gentar untuk tetap dalam koridor damai. Selamat Tahun Baru 1 Januari 2023.

****

Jagarin Pane / 01 Januari 2023


47 comments:

Supri B said...

Pada era pak Prabowo jd Menhan geliat dan kerja kerasnya mulai terlihat dgn mengakuisisi berbagai Alutsista yg sdh berjalan, sdg proses kontrak dan negoisasi utk pengadaan Alutsista. Mudah"an setelah ekonomi NKRI membaik pasca covid-19 shg dpt mengejar utk pemenuhan MEF yg telah dicanangkan oleh Pemerintah.

Jagarin Pane said...

Amin

Piton Anuku said...

semoga nanti perjuangan pemenuhan alutsista pak Prabowo yg brilian bisa d teruskan dengan pak Andika Perkasa yg selera alutsista kekinian & tahu perang modern

Jagarin Pane said...

Semoga

Pusing pusing said...

Masalah yg terjadi akibat munculnya MEF adalah sudah telat melakukan peremajaan alutsista TNI yg sebagian besar berumur tua. Kenapa bisa telat? Jawaban pastinya ada ditangan pemimpin tempo hari. Tempo hari didengungkan zero enemy, dgn munculnya MEF baik I maupun ygII serta yg III ini juga terlihat tidak gesit lincah dalam memutuskan langsung deal akuisisi, di sini pun terlihat masih berkutat pikir pikir dulu sehingga tersendatlah proses EMF III ini, sekarang tinggal 2tahun umur EMF III dan di sini mulai dipacu kencang akuisisi pemenuhan target EMF III masing masing Matra. 2 tahun waktu yg diperlukan utk mencapai target EMF III itu tidak mudah karena produk alutsista mulai deal kontrak beli sampai delivery itu umumnya lebih dari 2 tahun kalo beri baru Gress, hanya beli bekas lah yg bisa memenuhi 2thun mulai kontrak deal beli bekas hingga delivery ke pembeli. Yang jadi masalah adalah kenapa bisa tersendat sendat selama masa EMF III bahkan bisa dibilang mulai EMF I dimulai sudah terlihat setengah hari memilih produk alutsista buat peremajaan alutsista TNI yg berusia tua. Dulu waktu mulai EMF I yg diutamakan adalah harga tendernya yg paling murah tapi kwalitas di nomer duakan, contoh proyek kasel changbogo class Korsel utk TNIAL yg ternyata kasel tersebut tidak memuaskan TNIAL, kenapa bisa begini? Lalu proyek light fregat sigma class Belanda yg dibangun di PT PAL sebanyak 2 unit utk TNIAL juga didera masalah juga yaitu kurang cepat gesit memprosesnya dari mulai deal beli sampai delivery ke TNIAL. Setelah BPK Prabowo menjadi Menkemham RI barulah dilirik alutsista yg gahar canggih yg harganya mahal mahal tapi masih kelamaan berpikir utk memutuskan beli atau kaga sih sehingga proses dari dela kontrak beli sampai ke tangan TNI juga kelamaan.Belinya pun juga tanggung amat yaitu dicicil seperti tank harimau dan panser badak yg akuisisinya bertahap yaitu 18unit dan 14 unit. Kenapa kaga langsung akuisisi 100 tank harimau dan langsung akuisisi 50 unit panser badak, apakah ini memang tidak punya duit ataukah duitnya turun sedikit sedikit dari Menkeu ataukah ada alasan lain?

Anonymous said...

Sy jg heran setiap produk lokal slalu di pesan dikit bahkan ada produsen inhan lokal yg menjerit2 karna gak ada psanan tp setiap kali kena embargo selalu teriak2 'gunakan produk dlm negri'!

Ayoeng said...

Andai tdk ada Covid19 & perang ukraina vs rusia maka sejatinya otot alutsista TNI sdh semakin menguat. Anggaran Negara banyak tersedot buat dana penanganan C19 & Bansos

Anonymous said...

jawabannya ada di p presiden kita yg kurang perhatian terhadap TNI, sebelum p prabowo menhan kan p presiden diem aja kita tidak satupun beli kapal selam, fregat, rudal, pesawat tempur 2014-2019, sekarang baru p menhannya yg pas pilihan beliau, tapi tetep p presiden tidak sekuat maunya p menhan dalam membangun kekuatan militer kita dengan anggaran minimal 1.5 % pdb sesuai janji kampanye pilpres, malah anggaran dephan kita secara nominal persentase dari pdb bukannya naik ke 1,5 % pdb, malah turun dibawah 0,8 % pdb kita, anggaran 133 t sekarang hanya 30% persen utk alutsista, jauh dibandingkan singapure, kami berharap p prabowo yg jadi presiden 24 nanti supaya tidak mengemis ngemis minta anggaran ke bappenas n menkeungan yg semuanya patuh kepada presiden kita

idealnya kita punya anggaran dephan minimal 300 t pertahun dan selalu meningkat setiap tahun sehingga selama 10 tahun kedepan postur militer kita akan mencapai di level ideal, hanya pemimpin yg kuat dan patriot jiwa militernya yg kuat yg akan mampu melaksanakannya, maaf saya lihat itu ada di dalam diri p prabowo bukan ganjar maupun anies, ini pandangan saya dan maaf bukannkampanye pilpres, saya cinta nkri yg militernya seperti zaman bing karno bapak proklamator bangsa kita

Anonymous said...

to pusing pusing:

semmuanya tergantung presiden, jika presidennya mengerti geopolitik dan keamanan, dan terjun langsung memastikan kelengkapan alutsista yang dibutuhkan keamanan negara, maka pasti pemenuhan MEF II - III tidak akan tersendat-sendat.

Sangat aneh membiarkan ketiga menteri saling tawar menawar untuk suatu program pertahanan sementara di depan mata ancaman sudah mengintai. Presiden yang harus take a lead, dan jika presiden yang meimpin tidak akan ada lagi tawar menawar besaran keuangan antara kemenhan dan kemenkeu untuk pembelian suatu produk alutsista. Presiden yang memutuskan dan harus dijalankan oleh semua kementerian.

Sawargi said...

Seandainya negara kita di invasi, kira2 skenario serangannya itu akan seperti apa? Apakah akan langsung tertuju dan fokus ke IKN (pulau kalimantan) atau kah akan di serang dari 3 front sekaligus, barat tengah dan timur, yg artinya sumatra jawa sulawesi dan papua akan ikut di serang juga. Karena kalau melihat perang irak afganistan dan ukraina tujuan utamanya adalah merebut ibu kota, sedangkan negara kita adalah negara kepulauan yg sangat luas. Ini pertanyaan dari saya yg sama sekali tidak tahu taktik dan strategi militer, jadi mohon penjelasannya dari bung jagarin.

Sawargi said...

Dan jika target pemenuhan MEF sudah tercapai 100%, seandainya yg menginvasi kita itu adalah cina atau australia dan mereka menyerang dari 3 front sekaligus apakah 3 kogabwilhan kita bisa mempertahankan wilayahnya masing2? Kalau di lihat dari alutsista yg kita miliki. Mohon penjelasannya dari bung jagarin.

Anonymous said...

F-15 EX GIMANA KABARNYA

Alutsista TNI said...

Saya heran sama pejabat TNI dan Kemenhan, apa iya 63 unit peluncur rudal untuk pertahanan udara cukup mengkover seluruh Indonesia?
Seperti yang dikemukakan oleh lembaga keris yang dikutip oleh website : defense studies blogspot (http://defense-studies.blogspot.com/2022/12/inikah-mef-revisi-terakhir-tni-au.html?m=1), seolah-olah bukan pejabat militer yang biasanya memiliki pemikiran antisipatif, bukan seperti orang bingung

Anonymous said...

f15ex dalam proses namun paling cepat dianggarkan 2024, kata p menhan negosiasi sdh selesai yinggal apa kata p presiden, yah presidennya kita lg asik dgn departemen lain

Jagarin Pane said...

Waduh, keroyokan dong๐Ÿ˜€

Jagarin Pane said...
This comment has been removed by the author.
Anonymous said...

Masalahnya di uang ada atau tidak kalau presiden setuju pun tidak ada uang tetep tidak jalan
Ini kenapa nikel dan bouksit tidak boleh diekspor mentah semua untuk mendapat nilai tambah dan mendapatkan uang, ini juga kenapa TNI sering latihan dengan amerika karena jelas jelas yg memasukkan peta natuna ke wilayahnya adalah cina. Berharap ada daya getar yg mumpuni karena tahu dengan alutsista yg ada tidak dapat diandalkan sekaligus indonesia tetap mangandalkan cina untuk urusan ekonomi seperti pembuatan smelter nikel yg disetujui oleh cina (negara negara eropa tidak ada yg mau membangun smelter ini di indonesia) ini yg seolah olah indonesia berkiblat ke cina,semua untuk satu tujuan menambah nilai barang sehingga mendapatkan uang.Kenapa infrastruktur di bangun, agar investor mau masuk, dengan infrastruktur yg baik maka transportasi barang akan efisien (ini juga dibully karena terlalu banyak bangun infrastruktur) semua dilakukan untuk menambah nilai dari suatu barang termasuk penegakan hukum dan kebebasan pers. Semuanya saling berkaitan satu dan lainnya. Jadi harus bijak melihat semua sisi. Tidak ada yg tidak ingin alutsista canggih menjaga Indonesia seperti F-15 dengan jumlah yg banyak dan fremm yg dibuat didalam negeri. Bukan hanya 63 peluncur saja tetpi itu semua adalah jumlah minimal yg masih masuk akal dengan dana yg tersedia karena berkali kali melakukan revisi. Karena seni tertinggi dari perang adalah untuk manaklukan musuh tanpa pertempuran.Kalau dilihat mungkin timor leste saja melakukan ini.kalau tidak waspada papua dan aceh bisa terjadi juga.

Sawargi said...

Maaf Yg saya maksud mereka itu bukan cina dan australia ngeroyok bareng tapi salah satunya saja.

Koteka said...

Melihat sejarah Indonesia dari Presiden Soekarno , Soeharto dan yg sekarang Jokowi dalam mengelola / memperkuat ekonomi dan militer Indonesia kita semua sudah tau bersama tantangan yg dihadap Presiden" Indonesia.

Soekarno frontal melawan asing. Miiter kita salah satu terkuat dan disegani di asia pasifik. Dihancurkan dari dalam ( konflik internal ) Indonesia antara ORBA dan ORLA.

Soeharto full power kekuatan dari parpol dan kekuasaan mutlak. Tapi militer kita bukan makin kuat tapi dipreteli menjadi bangsa yg sangat rendah dibanding SINGAPORE dan MALON yg merupakan ANJING" PELIHARAAN KOLONIAL MODE BARU.

Berhenti salahkan Presiden ini dan Presiden itu.
Selama kita masih jadi bangsa yg mudah diadu domba jgn berbicara terlalu tinggi dgn ALUT SISTA CANGGIH.

Lihat militer AFGHANISTAN alutsista dari Amerika cs yg canggih ternyata TIDAK BERGUNA melawan TALIBAN krn mereka menggunakan PERANG IDEOLOGI SARA yg membuat MILITER Afghanistan KEHILANGAN JIWA PATRIOTIK krn militer Afghanistan merasa serba salah melawan saudara sendiri yg seiman.

Kasus ini bisa terjadi juga di Indonesia.
๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ’ช๐Ÿ’ช

Anonymous said...

yg cocok dgn p prabowo n perintis mef itu letjen safri syamsudin yg sekarang staf ahli menhan p prabowo, baru lanjtu kebijakannya, bila p prabowo 2024 presiden RI saya yakin p safri syamsudin di pilih sbg menhan

Anonymous said...


semua memang tergantung presiden punya visi pertahanan atau tidak

Sawargi said...

Karena dulu pas pertama kalinya kogabwilhan di bentuk, yg ada di bayangan saya sebagai seorang yg awam dalam dunia militer adalah satuan ini merupakan satuan super yg bisa mengamankan wilayahnya secara mandiri, karena terdiri dari gabungan tiga matra, yg secara jumlah personil dan alutsista sudah komplit. artinya ketika salah satu kogabwilhan ada yg diserang, yg lainnya tidak perlu ikut membantu atau ketika semuanya di serang secara bersamaan mereka bisa mempertahankan wilayahnya masing2 tanpa kelabakan. Misalnya ambil contoh yg paling extrim, di sebelah barat di serang cina di sebelah tengah di serang singapura dan di sebelah timur di serang australia, nah 3 kogabwilhan ini sudah siap tempur buat melawan 3 agresor sekaligus.

Jagarin Pane said...

Setuju, sekarang kita berada di era proxy war, propaganda digital, adu domba digital. Hasut menghasut, polarisasi menguat, terjebak dalam konflik digital nenjadi permusuhan sesama anak bangsa.

Pusing pusing said...

Mencerahkan alutsista TNI th 2023
Tahun 2023 sudah dimulai, sudah waktunya Kemhan dan TNI bergerak cepat dan gesit soal peremajaan alutsista tua dan jangan lagi mikir mikir langsung eksekusi alutsista baru yg sudah ready dimata baik buatan dalam negeri maupun luar negeri. Anggaran sebesar USD 20,7 milyar + USD 5milyar hasil PLN segera dieksekusi. Utk TNIAL sebaiknya tunda dulu memperbaiki 41 KRI yg rusak atau usia tua dan dana perbaikannya itu dialihkan utk pembelian KRI baru buatan dalam negeri yaitu tambah 6unit KtCR 60m buatan PT PAL lalu tambah lagi 6unit KCP 60m buatan PT CAPUTRA lalu beli 6unit KCR 69m buatan PT TESCO lalu tambah lagi 5unit LST BITUNI class lalu tambah lagi 5-7unit OPV 90m buata PT DRU lalu beli baru 6unit KCR60m PT PAL model terbaru yg baru dipublikasikan. Lebih baik beli KRI baru buatan dalam negeri daripada perbaiki yg tua dan rusak karena masa pengabdian KRI baru gres lebih lama dibanding KRI tua hasil EMLU. Utk TNIAD genapkan Tan k harimau sebanyak 100unit lalu panser badak sebanyak50unit lalu panser pandur Cobra sebanyak 100 unit dsb. Jadi usahakan jangan lelet jangan mikir mikir terlalu lama ya. Yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri baru beli baru dari luar negeri.

Alutsista TNI said...

Ini yang mantap masukannya, ngapain memperbaiki yang lama, body rusak, libatkan PT. Lundin juga untuk membuat kapal perang tidak hanya pengganti KCR siluman

Anonymous said...

Perang yang jelas terjadi saat ini,, kita menghadapi kondisi inflasi,, ekonomi masyarakat mulai tak stabil,, penghasilan dan kebutuhan mulai timpang, jika pemerintah tidak cepat dan tepat, ini akan jauh lbih buruk dari infasi.

Pusing pusing said...

Biaya perbaikan KRI tua
Kok aneh BPK Prabowo meminta agar 41-44 KRI tua yg rusak atau mulai rusak segera direkondisi / EMLU. Sebaiknya distop dan biaya perbaikannya dialihkan utk beli KRI KRI baru pengganti KRI tua yg rusak atau mulai rusak karena galangan kapal dalam negeri bisa mtenyeduakannya produk baru gres, umpama lst lst tua diganti lst baru Bituni Class lalu korvet parchim diganti OPV 90m/100m buatan PT DRU PT TESCO dan PT PAL serta FBP 57m yg udah usia tua diganti dgn KCR sampari class buatan PT PAL sebanyakt 12unit + tambah KCR 60m buatan PT TESCO sebanyak 12 unit + genapin KCP 60m buatan PT CAPUTRA sebanyak 14 unit.
Nah utk pengganti kotrvet parchim ganti dgn 6unit OPV buatan PT DRU serta 6unit buatan PT TESCO dan semua itu berapa unit KRI baru gres yg mau dibeli disesuaikan dgn dana perbaikan KRI tua yg mau direkondisi/EMLU. Beli KRI baru lebih berguna karena masa dinasnya akan lama 30thn lagi terutama lebih bagus mengarungi samudra dihantam ombak bertubi tubi daripada mereka ondisi KtRI tua yg pengabdiannya pendek nantinya.

Pusing pusing said...

Peta industri pertahanan dalam negeri
Pihak luar negeri yaitu calon pembeli suatu produk dari industri pertahanan RI agak hati hati membelinya karena pihak calon pembeli itu ingin melihat dulu produk yg mau dibeli itu sudah dipake TNI atau belum dan berapa unit yg udah dipake TNI. Jadi gambarannya adalah bila pihak TNI sudah membeli dalam jumlah yg banyak suatu produk alutsista buatan RI berarti produk tersebut bagus dan berkualitas sehingga inilah yg bakalan dilirik calon pembeli dari luar negeri. Kegagalan tank harimau di pilipina itu karena harganya terlalu mahal + belum dipake tniad+ dipertanyakan soal service rutinnya bagaimana. Lain hal bila tank harimau udah beroperasi penuh di tniad dalam jumlah banyak pula. Kenapa LPD Makasar class lalu di pilipina? Karena TNIAL sudah pengoperasiannya full dinas serta jumlahnya 5unit kapal LPD, disini bisa dilihat kwalitasnya serta bagaimana service rutinnya oleh PT PAL. Dan yg paling penting harganya tidak mahal. Makanya pihak Kemhan sebaiknya segera akuisisi didalam jumlah banyak produk produk alutsista buatan dalam negeri yg berkualitas buat TNI dan bukan sedikit sedikit ya.

Anonymous said...

Comulunnimbus๐Ÿคฃ๐Ÿคฃ

Anonymous said...

saya malah agak aneh dengan pendapat untuk menyetop perbaikan kondisi 41-44 kapal AL dan memilih untuk membeli baru, ditengah kita kekurangan kuantital alutsista yang ada saat ini.

saya dukung peremajaan 41-44 kapal AL lama dan dukung pula pembelian kapal AL yang baru

pembelian kapal AL yang baru akan membutuhkan waktu yang lama hingga diterima dan dapat dioperasionalisasikan, apalagi jumlah yang didapat sangat sedikit.

Pusing pusing said...

Mohon maaf, semua operasional alutsista TNI tergantung dari anggaran yg disediakan negara, dan kebetulan waktu itu BPK Prabowo mau menyiapkan 50 KRI ready use 24ham. Mau tau kenapa cuma 50 KRI? Ternyata anggaran yg disediakan negara yaitu bahan bakar cair utk KtRI cuma sampai 50unit dan tidak lebih serta waktu itu dari ibu Mega sudah dikasih tau bahwa kemampuan perang TNI cuma 3hari saja bila dilihat dari supply BBM, diluar 3hari perang negara tidak sanggup supply BBM buat alutsista TNI. Jadi tolak ukur dari sini sudah jelas ya soal kemampuan negara soal BBM alutsista TNI, makanya alutsista TNI khususnya KRI yg sudah tua serta mulai rusak atau rusak sebaiknya jangan diperbaiki tapi diganti saja dgn produk baru Gress walau secara jumlah unitnya tidak banyak tapi masih terjangkau BBM yg disediakan negara, kususnya utk KRI ya siapkan 50 unit KRI kondisi baru Gress bukan hasil rekorndisi. Itu lebih baik karena nantinya masa pengabdiannya bisa sampai 30th bila produknya baru gress. Tidak usah memikirkan jumlah yg banyak banyak karena BBM dari negara terbatas.

Anonymous said...

Perbaikan kapal kapal perang tua adalah kompromi antara ketersedian dana dan kebutuhan mendesak pemenuhan kapal perang siap pakai. Kedepan pemenuhan kapal kapal baru tni AL akan terus dilakukan secara bertahap mengingat kapal friegate merah putih baru siap sekitar 5-6 tahun maka repowering, rehull, dan penggantian sewaco menjadi solusi jangka pendek.Sangat signifikan apabila kapal kapal korvet dan FPB dapat dipersenjatai rudal semua paling tidak meningkatkan kekuatan pukul Armada RI di natuna

Waipios said...

๐Ÿ‘

Pusing pusing said...

EMF 1 dimulai utk menata kembali kinerja optimal dari alutsista TNI yg dimiliki saat itu dan kalo tidak salah saat itu pemikiran dipengaruhi akibat embargo senjata dari USA beserta sekutunya terhadap TNI gara gara kasus Santa Cruz di Dili Timor timur saat masih menjadi propinsi ke 27.berjalannya waktu tiba tiba muncul masalah laut Natuna oleh RRC. Lalu tak lama kemudian muncul perang Ukraina vs Rusia. Di sini bisa dilihat bahwa RRC dan Rusia menjadi musuh utama USA beserta sekutunya. USA beserta sekutunya mendorong Ukraina berperang melawan Rusia dgn janji kirim supply alutsista militer utk Ukraina. Di laut Natuna sepertinya USA beserta sekutunya ingin mendorong RI berperang melawan RRC tapi ditolak mentah mentah RI. Sikap RI itu amat bagus dan brilian utk tidak menanggapi dorongan USA beserta sekutunya utk perang di laut Natuna. Kenapa? Pastinya RI belajar dan berhitung untung ruginya dari kasus perang Ukraina vs Rusia. Karena siapapun yg memenangkan perang tsb tidak masalah tapi selesai perang Ukraina yg hancur hancuran pastinya akan bangkit membangun negaranya tapi pake duit siapa? Saat perang Ukraina dipasok terus oleh USA dan sekutunya yg katanya gratis dan kata gratis ini terselip niat jahat USA beserta sekutunya dan akan kelihatan niat jahat itu saat perang berakhir dan ukraina mulai membangun kembali negaranya alias makan siang tidak ada yg gratis. Tanpa disangka sangka Ukraina masuk jebakan USA beserta sekutunya soal uang utang buat bangun kembali negara Ukraina usai perang nanti. Ya ukraina akan seperti Jerman dan Jepang yg selalu tunduk ke USA tanpa bisa melawan kemauan USA. Skenario inilah yg dilihat oleh RI karena bantuan alutsista militer yg gratis dari USA dan sekutunya seperti yg diterima Ukraina itu sebetulnya tidak gratis dan akan ditagih saat selesai perang dan Ukraina mulai bangun negaranya kembali tapi pake duit siapa? Nanti ukraina harus balas Budi ke USA dan sekutunya dgn cara menggiring Ukraina berhutang terus terusan utk membangun kembali negerinya usai perang.

Anonymous said...

tidak setuju sama pusing pusing mengenai "tidak usah memikirkan jumlah yang banyak .."

kuantitas adalah faktor yang penting selain juga kualitas.. itu terlihat dalam perang Rusia - Ukraina, dan juga di perang-perang lainnya.

langkah memperbaiki kapal perang 41-44 buah adalah keputusan yang tepat, disamping juga harus tetap membeli yang baru

Pusing pusing said...

Setuju atau tidak setuju itu hak anda berpendapat ya, masalahnya RI tidak bisa menjamin jumlah yg banyak banyak alutsista militer karena terbatas anggaran BBM utk bahan bakar operasional alutsista militer, seperti utk KRI aja pemerintah hanya sanggup menyediakan BBM hanya utk 50kri aja cuma tidak dijelaskan KRI yg kecil atau KRI yg gede, serta kemampuan negara supply BBM kondisi perang hanya sampai 3hari perang saja dan selebihnya tidak ada supply BBM jadi kalo perangnya diatas 3hari udah bisa ditebak siapa yg memenangkan perang.
Jadi para pembaca harap jangan idealis berpikir dan berpendapat, semua harus melihat anggaran negara yg tersedia buat TNI. Dan mohon maaf pula bila negara tidak bisa merealisasikan banyak banyak alutsista militer buat TNI karena selain terbatas anggaran TNI dari negara juga RI sebaiknya selalu menghindar diri dari konflikt konflik yg bisa mengarah ke perang terbuka. Karena yg namanya perang bukan hanya ditentukan jumlah yg banyak alat perangnya tapi juga harus dilihat kemampuan supply BBM serta kemampuan yang negara utk biaya perang. 2 hal terakhir ini bila tidak bisa dijamin ya tentunya akan kalah perang nantinya.

Pusing pusing said...

Soal laut Natuna pemerintah RI sedang berpikir keras mencari jalan keluar terbaik karena kalo menyulut perang terbuka jelas di atas kertas dan kalkulasi hitungan RIi akan kalah telak menghadapi RRC karena kalah banyak jumlah alutsista militernya kalah canggih kalah supply BBM dan kalah dana anggaran perang. RI musti waspada soal laut Natuna karena salah perhitungan bisa jadi wilayah RI persis seperti Afganistan saat dijajah USSR lalu USA serta bisa jadi seperti perang Ukraina vs Rusia. Kalo udah begini tentu ada musuh dalam selimut yg saling cakar cakaran yg saling salah menyalahkan bahkan saling tikam tikaman seperti saat Afganistan dijajah USSR lalu USA dimana di dalam warga Afganistan Ajat antara mujahin malah berantem dgn Taliban berebut kekuasaan padahal di depan mata mereka ada musuh yg nyata yaitu USSR lalu USA.
Ya itulah yg namanya perang pasti ada musuh dalam selimut yg susah dihindari. Makanya berkaca masalah afganistan serta perang Ukraina vs Rusia pemerintah RI berjuang keras mencari solusi terbaik terhatddap masalah laut Natuna karena pemerintah RI sadar diri akan terbatasnya kemampua negara soal anggaran militer soal anggaran supply bbm utk militer serta sama soal terbatasnya kemampuan yang negara utk biayai perang terbuka

Pusing pusing said...

Kejadiannya nantinya akan sama persis saat TRIKORA dan DWIKtORA dimana saat terjadi Trikora musuh dalam selimut belum berani menunjukkan batang hidungnya tapi saat dwikora musuh dalam selimut mulai berani menunjukkan batang hidungnya sehingga menggiring presiden Soekarno jatuh dari kekuasaan . Makanya pemerintah RI berhati hati menyingkapi masalah laut Natuna karena takut dgn musuh didalam selimut serta takut yg namanya makan siang tidak ada yg gratis alias takut punya hutang Budi dari negara lain karena hutang Budi harus dibayar lunas tidak ada yang gratis.

Anonymous said...

berhati-hati dalam urusan Laut Natuna Utara bukan berarti harus menunda-nunda pembelian alutsista dengan alasan ada musuh dalam selimut

persiapan jumlah alutsista yang memamadai, baik yang sudah ada maupun yang baru harus terus ditingkatkan.

Penjagaan teritorial laut harus ditingkatkan, bukan didiamkan saja dengan alasan ada musuh dalam selimut

perkuatan alutsista dan penjagaan teritorial harus terus ditingkatkan dengan rapi dan terencana.. disinilah fungsi visi dari pemimpin tertinggi untuk memujudkannya. Jika tidak ada visi dan will pemimpin tertinggi, maka kondisi pertahanan kita ya biasa-biasa saja (takut musuh dalam selimut) padahal ancaman perang sudah didepan mata

Anonymous said...

Sy ketawa membaca opini anda ini hindari perang terbuka kau kira Tni atau Indonesia ini negara kemarin sore,itukan sekedar asumsi ya klu mmg bnar Indonesia perang lbih dr 3 hari langsung gak mungkin fpda itu di bentuk logika bro

Anonymous said...

Langsung kalah maksudnya

Anonymous said...

Sy yakin tdk akan mudah bg cina utk menaklukan Indonesia klupun sekarang meletus perang di natuna karna invasi cina tni al punya ratusan kaprang dan tni al termasuk salah satu al yg di segani di dunia karna taktik dan strateginya,tp klu cina yg invasi malaysia misalnya sy yakin apa yg anda katakan itu benar

Anonymous said...

Jalan keluarnya sdh kita ketahui semua bahwa sekarang Indonesia tdk pernah berhenti menggenjot pengadaan alutssta baik produk lokal mo pun dr luar

Waipios said...

Jgnkan Indonesia taiwanpun takkan mudah di taklukkan cina klu kita lihat bagaimana semangat juang prajurit taiwan dan persenjataannya

Anonymous said...

Apa jgn2 pusing2 musuh dlm selimutnya

Pusing pusing said...

Jangan gampang memfonis orang pusing pusing itu musuh dalam selimut hanya gara gara beda argumen serta pemikiran idealis berbenturan dgn pemikiran realistis antara hitungan di atas kerja dgn kenyataan sebenarnya di lapangan Medan tempur.

Anonymous said...

setiap saat, setiap waktu dlm setiap kejadian perang, kita harus percaya kenyataan, semua perang tidak sama kondisinya ...
perang dunia 2 melibatkan jumlah tentara dan kuantitas senjata diakhiri bom atom di Jepang, perang vietnam melibatkan kuantitas tentara, di Irak yg menonjol peran senjata, di Afghan yg menang rakyat Afghan melawan senjata modern Amrik dan Soviet.

yg terbaru peran drone dipuja dan dipuji di perang Armenia, perang Rusia vs Ukraina melibatkan jumlah tentara plus semua jenis senjata termasuk drone dan drone bunuh diri tapi keunggulan drone akhirnya tereliminasi dg kemampuan jammer elektronika.

jadi intinya kuantitas dan kualitas pun tdk menjamin kemenangan perang, yg penting strategi militer, logistik dan peran rakyat harus bersatu yg akan menjadi penentu kemenangan, tapi tetap waspada dg antek² asing yg menjalankan proxy di masyarakat termasuk waspada membaca berita² politik adu domba dan politik balas dendam di media.