Wednesday, March 17, 2021

Bukan Soal Natuna Semata

Program MEF (Minimum Essential Force) TNI sudah jauh hari dikumandangkan, satu dekade yang lalu. Figur yang mengawali dan bersemangat menjalankannya adalah tokoh sipil Purnomo Yusgiantoro sebagai  Menteri Pertahanan era SBY yang gesit dan cerdas. Kucuran dana untuk pembelian aneka ragam alutsista waktu itu menyentuh angka US$ 15 Milyar.

Sepuluh tahun dari tahun 2010, saat ini kita berada di MEF jilid tiga. Bersamaan dengan itu demam di Laut China Selatan (LCS) semakin membara karena AS mengajak sekutu dan sahabatnya untuk mengeroyok China. Termasuk belakangan ini Perancis, Jerman, Inggris mulai ikut intervensi dengan mengerahkan kapal perang dan kapal selam. Sementara persinggungan klaim China dengan Indonesia sebenarnya hanya terjadi di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil,  bukan di perairan kedaulatan teritori laut NKRI 12 mil dari pantai kepulauan Natuna.

Lantas mengapa kita terlihat sibuk banget belakangan ini untuk memperkuat basis pertahanan. Mengapa demikian, karena sesungguhnya bukan persoalan Natuna semata. Ini lebih disebabkan karena kita kalah start dari beberapa jiran kita untuk memperkuat dan memodernisasi militernya. Selama ini kita cenderung selalu menyanjung lagu "tidak ada musuh karena semua sahabat kita".  Jiran sudah punya jet tempur canggih dan armada laut yang berkualitas, sementara kita masih memuja zero enemy.

Selama ini kita terlena tidak melihat teritori laut sebagai benteng teritori. Doktrin masuk dulu baru digebuk menunjukkan model pertahanan yang bertumpu pada kekuatan matra darat. Kekuatan armada kapal perang dan kekuatan jet tempur kita dibawah ambang batas minimal. Baru setelah Ambalat diubek-ubek jiran, kita sadar diri bahwa kekuatan angkatan laut dan udara kita ternyata kurang bertaring. Sementara jiran yang merasa lebih kuat menunjukkan sikap pongahnya. Sakitnya tuh terasa disini.

Kemudian datanglah armada nine dash line berwujud semburan panas lidah naga yang mengaku sebagai pemilik lapak LCS. China mengklaim perairan dan gugus kepulauan karang atol di LCS sebagai miliknya, sekaligus menggerakkan armada CCG (China Coast Guard) dan angkatan lautnya menggertak  beberapa negara ASEAN. Vietnam, Filipina dan Malaysia dijadikan bulan-bulanan pelecehan secara militer. Indonesia tidak luput dari gertakannya tapi kita jawab dengan diplomasi militer tidak galah gertak dengan mengerahkan jet tempur F16 dan sejumlah KRI ke Natuna.

Meski sudah banyak tambahan aneka ragam alutsista namun sesungguhnya sampai hari ini  sebagian alutsista kita masih berkarakter engkol, analog dan jadul. Sebagai contoh, lihat saja alutsista Marinir lebih banyak produk lawas seperti tank amfibi PT76 dan panser amfibi BTR50. Ketika ada latihan pertahanan pangkalan, alutsista yang diperlihatkan sudah pantas masuk batalyon museum. Sudah semestinya pangkalan AL dan atau obyek vital dibentengi dengan alutsista digital setara Oerlikon Skyshield atau Starstreak. 

Jadi sampai hari ini  militer kita belum sampai pada kriteria kekuatan minimum. Dan target pencapaian MEF itu ada di periode 2020 sampai 2024. Itulah sebabnya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bergerak cepat untuk memenuhinya. Shopping list Kementerian Pertahanan menunjukkan banyaknya kebutuhan alutsista yang akan kita datangkan selama lima tahun ke depan. Jadi bukan soal Natuna semata tetapi lebih pada upaya mengejar ketertinggalan.

Maka bisa kita lihat seabreg program kerja Kementerian Pertahanan. Mulai dari pengadaan kapal perang kelas fregat, kapal selam, jet tempur Rafale, F15 Ex, Radar, pesawat Hercules, pesawat MRTT, pesawat AEW, helikopter berbagai jenis, peluru kendali berbagai jenis. Termasuk pembuatan drone UCAV Elang Hitam made in anak negeri yang diniscayakan akan menjadi primadona manajemen pertempuran modern remote control network centric warfare. Banyak sekali yang harus diselesaikan Kementerian Pertahanan untuk mengejar target MEF jilid tiga sampai tahun 2024.

Persoalan di perairan Natuna bagi Indonesia harus diletakkan dalam bingkai proporsional. Artinya hubungan baik dan hangat yang sudah terjalin dengan China dan AS menjadi fundamen kuat untuk dikembangkan. Posisi netral kita adalah memainkan peran diplomasi intensif untuk memelihara stabilitas dan suasana kondusif di kawasan ini. Kehadiran armada AL dan AU Paman Sam di kawasan ini bisa kita persepsikan sebagai penyeimbang sekaligus penggentar pihak yang mengklaim LCS.

Soal daftar belanja alutsista di MEF ketiga, adalah bagian dari upaya mengejar target pencapaian sekaligus mensejajarkan diri dalam diplomasi militer di kawasan. Negara kepulauan terbesar ini harus dipayungi dengan kekuatan militer berbasis network centric warfare. Kita sedang menuju kesana. Sehingga doktrin masuk dulu baru digebuk bisa diperbaharui menjadi : berani masuk digebuk. Jadi ini bukan karena soal Natuna semata tetapi karena kita ingin membangun kekuatan militer yang sampai saat ini belum masuk kriteria kekuatan minimal.  Itu tema besarnya.

****
Jagarin Pane /17 Maret 2021

46 comments:

Unknown said...

Sayangnya program MEF jilid 2 sebelum Menhan Bpk. Prabowo terkesan mandeg/ jalan ditempat.. beberapa alutsista yg seharusnya sudah dihadirkan saat itu tak kunjung datang.. konsekuensinya Menhan sekaranglah yg harus diplomasi sibuk kesana kemari berlari ke negara negara produsen alutsista setahun terakhir.. Beruntung Menhan sekarang dijabat oleh orang sekelas Bpk.Prabowo.. The Man on The Right Place... ci vis pacem parabellum

Aw said...

Itu program mef 2 kenapa mandek ya seperti tidak jalan , akhirnya beban y di timpakan di mef 3 , terlihat Endingnya seperti di paksakan karena untuk memenuhi target mef

Aw said...

Sekalian mau tanya serius ini , untuk program mengisi kekosongan jet tempur sementara ,kabar akuisisi 15 jet tempur Europe fighter thypoon gimana ? Kan sudah ada pertemuan antar menhan kedua negara

Ranjau Laut said...

Gass poll terus

Tukang Ngitung said...

Sebenarnya MEF di periode kemarin masih berjalan kok. Mengapa ?

Sebab Pak RR kemarin mengutamakan alutsista penunjang logistik, patroli dan penanggulangan bencana serta penanggulangan terorisme dan radikalisme, dan diutamakan buatan dalam negeri dan bukan buatan luar negeri.

Itu sebabnya para agen alutsista buatan luar negeri pada mencak2 menuduh bahwa kemarin tidak ada menhan.

Buktinya ?

Itu kapal patroli 40 meter berhasil selesai dibuat 28 unit di periode itu.

Selain itu ada 1 LPD, 1 KCR 60 meter, 4 LST, 2 LCU ADRI, puluhan combat boat 18 meter dan KAL 28 meter yang berhasil selesai dibuat. Puluhan rantis diproduksi. Belasan ribu pucuk senri dan ribuan senrat buatan dalam negeri juga dibeli.

Untuk jatah PTDI ada helikopter ada 8 unit helikopter combat SAR untuk AU dan 9 unit helikopter utility untuk AD. Selain itu ada 9 unit NC212 yang dipesan AU dan dikerjakan oleh PTDI.

Selain itu ada puluhan pangkalan baru dibangun atau pangkalan lama yang ditambah fasilitasnya.

Semua dikerjakan di periode lalu.

Air force said...

Kita butuh minimal 5 skuadron tempur baru,
2 skuadron pengganti hawk 100/200 : pontianak & pakanbaru
1 skuadron pengganti F5 : madiun
2 skuadron baru : biak & kupang
Disamping 3 skuadron tempur yg masih bisa diandalkan yaitu : F16 pakanbaru, sukhoi makasar, T50 golden eagle & F16 madiun..
Jika tambahan 5 skuadron itu trcapai maka total kita punya 8 skuadron tempur yg ready..
Semoga trcapai

Aji said...

Semoga "PROGRAM" mengejar ketertinggalan ini betul2 terwujud dan terlaksana bung jagarin... o iya bung mungkin bisa tambahkan ulasan tentang Kfx ifx yang akan peresmian dan katanya pemerintah RI juga di "undang".... 😁😁

Chiko said...

Bung @jagarin, apakah ada Plan B jika F15 EX gagal kita akuisisi?
πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

black eagle said...

Sdh saatnya puspenerbal,satuan escorta dan marinir diperkuat dg alutsista yg berotot...bkn memperanjang PT76 dan BTR50 yg sdh aki2..mo kyk gmn 2ranpur ini sdh kelewat jadul...satuan batalion roket ditambh dan dibentuk satuan rudal satharlan spt neptune brahmos dan rudal komposit ...jgn lupa percepat P8 posedon dan UCAV maritim

black eagle said...

Jgn smp bertele2 mo beli fregat dan destroyer kok lama amir

Unknown said...

Mungkin karena gk ada alut yg gahar sehingga kesannya jalan dtempat

Jagarin Pane said...

Setuju, prabowo mampu menaikkan marwah kementerian pertahanan.

Jagarin Pane said...

Diganti F15 Ex

Jagarin Pane said...

Alugoro diserahkan hari ini. Kfx/ifx sy prediksi tetap lanjutπŸ™πŸ€²

Jagarin Pane said...

Justru F15 Ex yg dipercepat kedatangannya sbg akibat tersendatnya SU35

Anonymous said...

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pemerintah Korea Selatan melalui Menteri Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) H.E. GANG Eun-Ho mengundang Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto untuk datang ke Korea Selatan guna menyaksikan peluncuran pesawat tempur KF-X/IF-X pada April mendatang.

Surat undangan diberikan langsung oleh GANG saat melakukan kunjungan kepada Panglima TNI di Subden Merdeka Barat, Jakarta Pusat pada 16 Maret 2021.

Semoga dikasih 2 protype IFX buat terbang di Halim...bangga nya rakyat jelata ini.

Jaya negeriku.

Chiko said...

Mantap pencerahannya

Anonymous said...

Karena simengk*du berprinsip indonesia tidak akan perang dalam 5 sampai 10 tahun kedepan wk wk wk. Jadi alutsista baru dgn teknologi terkini tidak perlu. Walaupun alutsista tua kalau kena pasti musuh matek juga . Matek matek matek wk wk wk.yg kasihan itu serdadu dilapangan tidak didukung alutsista mumpuni

Afiff_first said...

Feeling saya slot 6 unit F15 ex untuk US air force dikirim dulu ke indonesia.. Tahun ini mamarika hanya menerima 2 unit dulu... Kabarnya per tahun bisa memproduksi 8 unit F15 ex

isan said...

Patut diapresiasi pencapaian kerja menhan skg, banyak alutsista kelas berat spt raffale, F15ex, heavy fregat spt iver, kasel U14 dan scorpene dsbnya. Semoga rencana pembelian ini bisa terlaksana. Bung jagarin bila ada waktu, bisa diinformasikan program mef 2 dan 3 baik yg sdh terdeliver maupun yg baru rencana. Terima kasih.

Anonymous said...

no nuclear no military power ..dan jadi bahan bully negara manapun...

Ranjau Laut said...

Selamat Bertugas Untuk KRi Alugoro 405.
Tambah lagi kekuatan Armada Kasel.

Ranjau Laut said...

Mantab infonya bung jagarin
Semoga bisa cepat terealisasi.
..

Ranjau Laut said...

Asean itu ada perjanjian kawasan bebas Nuklir.

Mak Lampir said...

Setau saya tidak akan ada perang dalam 20 tahun kedepan.dan gfp no.16 lah yg di kedepankan kalau ada yang tanya kenapa TNI tidak belanja Alutsista.padahal anggatan polri hampir setara anggaran TNI.TNI bingung,mau belanja Alutsista harganya mahal, dapetnya juga cuma sedikit.beli bekas yg harganya murah di bully.

Unknown said...

Kapal selam sudah ada ,meski kita masih menunggu yang bener2 batle proven seperti yg di tawarkan Scorpene atau yg dari anak keturunannya,ataukah dari Turki?..kita nantikan sj.Di Udara om Rafale sdh di siapkan berikut dgn F15Exnya pakde Sam...datang lg mudah2n KFX/IFX yg jadi penantian panjang rakyat Indonesia,,,kalau matra darat saya kira yg perlu di tambahkan jumlah dan kualitasnya adalah system Hanud kita Nassam OKlah...tp mngkin jumlah baterei nya di lipatgandakan,,,semisal di taruh di Morotai,Aceh ,Kalimantan.....mantaplah,,semoga dan semoga

Jagarin Pane said...

Sama dengan harapan sayaπŸ’ͺπŸ‘πŸΎ

Anonymous said...

...jangan menyalahkan Pak RR, karena Wowow juga nggak akan bisa apa2 kalau dia nggak ditunjuk jadi Menhan













... Xixixixixixixi 😁

Jagarin Pane said...

Release SIPRI bisa jadi rujukan mas isan, silakan cari di googleπŸ™πŸ‘πŸΎ

Anonymous said...

...kali ini Ane setuju sama ente Ntung, karena tiap Menhan mempunyai perananannya masing2

Wowow mungkin juga akan disibukan membangun Fasislitas Logistic kalau seumpama Menhan sebelumnya nggak membangun / memperbaikinya












... Xixixixixixixi 😁

Anonymous said...

...jangan cuma Nassam, karena yang dibutuhkan Indonesia itu system Hanud jarak Dekat, Menengah dan juga Jauhnya


















... Xixixixixixixi 😁

Anonymous said...

...jika Indonesia hanya mempunyai sedikit Hanud jarak Dekat ataupun cuma jarak Menengah saja

maka bisa dipastikan Indonesia akan KELABAKAN menghadapi serangan rudal / pespur yang BERGEROMBOL
















... Xixixixixixixi 😁

Poeras said...

Mikir Mulu Beli Kagak

⛔️No Sale of Hornets to Malaysia⛔️ "Greetings from EMIR of the State of Kuwait" 24 December 2021 said...

Otak kau gak bisa mikir..

Raja muda kelana said...

Bung rk neptune ngak di ds dan sini ngegas terus

Raja muda kelana said...

Bung rk neptune ngak di ds dan sini ngegas terus

Gus Endho said...

Mantap ulasannya bung Jagarin sering2 lah 1 bulan min 4 ato 5 berita... kami pencinta berita militer tanah air sdh g sabar pengen tau perkembangan militer dlm negeri..semoga 2024 alutsista kita gahar baik dr segi kualitas maupun dr segi kuantitas Aamiin
..

ione said...

mau tanya min apakah terpedo sut buatan pt di masih operasional

Aw said...

Masihlah bro wong kemampuan y di tingkatkan kok

Guntur said...

Enaknya nongkrong disini tuh karena yang disajikan adalah sebuah artikel...bukan berita...thanks banget bung jagarin udah nambah luas perspektif kita

Jagarin Pane said...

Thanks broπŸ™πŸ™‚

Mak Lampir said...

Min.tolong sering update analisanya.perihal tidak sepaham,tak jadi masalah.yg penting tetap dalam satu ruang lingkup Untuk kemajuan dan kejayaan TNI.tq

Ranjau Laut said...


Putut Reza
@putut_reza
·
2j
dalam lawatan ke Rusia pada 24-26 Maret 2021. Nampaknya Rusia menekan Indonesia agar melanjutkan rencana pembelian Su-35 melalui mekanisme khusus yang tidak menggunakan sistem keuangan internasional.

Cukup rafale aja sama Su35
F15ex bakal sayonara

Ranjau Laut said...


Alman Helvas Ali, CNBC Indonesia
OPINI 23 March 2021 20:31

Pengadaan pesawat tempur baru merupakan salah satu agenda utama Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo. Sebab, hal itu termasuk dalam upaya pemenuhan Minimum Essential Force 2020-2024.

Demi mendapatkan kandidat terbaik, dalam satu tahun terakhir orang nomor satu di Kementerian Pertahanan itu, telah bertemu dengan sejumlah menteri pertahanan antara lain Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly, Menhan Austria Klaudia Tanner dan Menhan Amerika Serikat (AS) di era Presiden ke-45 Donald Trump, yakni Mark Esper. Prabowo juga bertemu dengan eksekutif Boeing dan Dassault Aviation, di mana Dassault Aviation telah bolak-balik ke Jakarta tanpa peduli dengan pandemi Covid-19 yang tengah melanda dunia.

Rencana pembelian 11 pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia sejak 2018 nasibnya tidak menentu. Ini karena ada ancaman sanksi Countering America's Adversaries Through Sanction (CAATSA) dari Negeri Paman Sam terhadap para pejabat dan pihak lain di Indonesia yang terlibat dalam kontrak itu.

Isu ini pula yang nampaknya menjadi salah satu topik pembicaraan antara Prabowo dengan mitranya dari Rusia, termasuk Rostec, dalam lawatan ke Rusia pada 24-26 Maret 2021. Nampaknya Rusia menekan Indonesia agar melanjutkan rencana pembelian Su-35 melalui mekanisme khusus yang tidak menggunakan sistem keuangan internasional.

Su35 apa mau lanjut? ☕πŸͺ

Anonymous said...

Bukanya terbalik itu?

Mak Lampir said...

Mungkin dari segi komoditas ekspor bahan pokok sekitar 50% dan uang 50%.kalau uang pasti bank di indo ga ada yg berani ambil resiko