Sunday, December 15, 2024

Iskandar Muda Berangkat, Diponegoro Pulang

Di tengah suasana konflik hebat di Timur Tengah, Indonesia istiqomah menjalankan misi perdamaian PBB di Lebanon. Termasuk melakukan pergantian tugas Maritim Task Force (MTF)  UNIFIL di perairan perbatasan Lebanon-Israel. KRI Diponegoro 365 yang sudah bertugas sepanjang tahun ini pulang tugas dan digantikan kapal perang striking force "satu kelas" KRI Sultan Iskandar Muda 367. Sama-sama keluaran Damen Schelde Belanda. KRI satu kelas lainnya adalah KRI Sultan Hasanudin 366 dan KRI Frans Kaisiepo 368. Semuanya dilengkapi dengan peluru kendali canggih Exocet MM40 Blok 3 dan infrastruktur tempur lainnya.

Iskandar Muda berangkat dari Navy Base Surabaya pekan ketiga Desember 2024 dengan 120 prajurit TNI AL dan 1 helikopter anti kapal selam Panther. Persiapan sudah dilakukan sejak Oktober 2024. Termasuk mengikuti latihan gabungan operasi tempur laut bersama belasan KRI di Laut Jawa seminggu yang lalu. Dengan puncaknya penembakan litoral Rudal Exocet MM 40 Blok 3 ke arah pulau Gundul di Karimunawa.

Rute perjalanan yang akan dilalui Surabaya, Jakarta, Batam, Sri Lanka, Oman, Mesir dan Beirut. Sebuah rute perjalanan panjang untuk misi mulia tugas PBB sekaligus menguatkan marwah negeri ini yang cinta perdamaian. Indonesia sudah terbiasa mengirim kapal perang ke Lebanon. Beberapa KRI bergantian tugas untuk MTF UNIFIL.

Kontribusi Indonesia untuk UNIFIL di perbatasan Lebanon-Israel saat ini adalah yang terbesar dibanding negara lain. Ada 1.230 prajurit TNI yang sedang bertugas di perbatasan Lebanon-Israel dibawah desingan puluhan jet tempur Israel yang membombardir kota-kota di Lebanon. Juga desingan roket-roket Hizbullah yang menyeberangi perbatasan udara Lebanon-Israel. Tugas penuh resiko ini tetap harus dijalankan untuk misi perdamaian PBB dan salah satu implementasi dari Pembukaan UUD 45. Selamat bertugas untuk misi perdamaian dan kemanusiaan, Jalesveva Jayamahe.

****

(Jagarin Pane)

Wednesday, November 13, 2024

Habis Orruda Terbitlah Woomera

Diplomasi militer Indonesia beberapa pekan ini memperlihatkan kapabilitas non bloknya. Angkatan Laut Indonesia baru saja menggelar latihan gabungan dengan Angkatan Laut Rusia di Laut Jawa. Namanya Orruda Exercise. Masing-masing mengerahkan 3 kapal perang dengan pengawalan 1 kapal selam Kilo Class dari Armada Pasifik Rusia. Ini yang menarik, kapal selam "herder" ini tidak ikut latihan, hanya mengawal. Bagaimanapun kehadiran kapal selam Kilo Rusia di Orruda Exercise memberikan nilai kejut sekaligus nilai gahar.

Usai Orruda berlanjut dengan Latgab yang lain. Yaitu Latgab TNI bersama Australia bertajuk Keris Woomera. Kalau ini 3 matra TNI dan Australia melakukan berbagai serial latihan dengan ribuan pasukan dan alutsista. Mulai dari Darwin Australia kemudian berkonvoi menuju Banyuwangi untuk debarkasi alutsista milik Australia. Puncaknya tanggal 16 November 2024, dengan melakukan operasi tempur serbuan pantai untuk pendaratan pasukan marinir di Situbondo. Marinir Indonesia akan unjuk kemampuan dengan pengerahan tank-tank amfibi dan sejumlah alutsista lainnya. Termasuk dukungan pesawat intai, drone, radar dan jet tempur TNI AU.

Keris Woomera adalah implementasi dari Defence Cooperation Agreement (DCA) antara Indonesia dan jiran selatan yang berwajah Eropa. Inilah Latgab terbesar yang dilakukan Indonesia dan Australia sepanjang sejarah. Maklumlah jiran kita ini sedang berupaya "mengambil hati" tetangga besarnya yang kerap diusili soal OPM dan HAM. Sekarang sudah gak ngeributin OPM lagi karena fokus dengan AUKUS. Nah pakta AUKUS kan perlu berbaik hati kepada Jakarta untuk kulonuwun akses militer jika terjadi konfrontasi dengan China di Laut China Selatan.

Diplomasi militer Indonesia mah bebas-bebas aja. Kita bersahabat dengan semua pihak yang berseteru. Bulan depan TNI  kembali akan melakukan Latgab. Kali ini dengan militer PLA China. Bahkan kabar terbaru dari Beijing setelah kunjungan Presiden Prabowo, China menawarkan 2 kapal perang jumbo heavy fregate kepada Indonesia. Ini bukan hal yang baru. Beberapa tahun lalu Indonesia juga pernah membeli 8 unit drone bersenjata CH4 Wing Loong dari China. 

Intinya kita tidak ingin terjebak dalam pusaran konflik di era Unipolar saat ini dengan AS, NATO dan AUKUS sebagai penguasa hegemoni. Dalam visi over the horizon prediksi ke depan dunia sudah menuju Multipolar. China sedang menuju kejayaan sebagai kekuatan ekonomi number one in the world. Demikian juga dengan kekuatan militernya. Rusia-China-Korut-Iran sudah membentuk aliansi militer. Pasukan Korut sudah bertempur di Rusia melawan Ukraina. BRICS sudah semakin menguat dan berpengaruh, Indonesia mulai mendaftar ikut bergabung. Dari semuanya kita harus bersiap mengantisipasi prediksi untuk masa depan. Dengan tetap istiqomah di marwah non blok. Diplomasi militer kita sudah menyiratkan prediksi itu.

****

Jagarin Pane / 13 November 2024

Wednesday, November 6, 2024

Diplomasi Merdeka Prabowo

Selama seminggu sejak pelantikan Presiden Prabowo Subianto, kapal "milisi" China Coast Guard (CCG) 5402 melakukan manuver di Zona Ekonomi Eksklusif Laut Natuna Utara (ZEE LNU). CCG menganggu survey dan pengolahan data seismik 3D MV Geo Coral di wilayah eksplorasi Pertamina East Natuna. Kemudian kapal Bakamla Indonesia KN Tanjung Datu 301datang, menegur dan mengusir. Dua hari kemudian CCG 5402 datang lagi, diingatkan lalu pergi. Besoknya datang lagi dan dengan lantang bilang bahwa perairan ini adalah wilayah yuridiksi China bla bla bla. Kali ini agak ngeyel dikandani, perang komunikasi. Akhirnya kapal Bakamla KN Pulau Dana 323 dengan dukungan KRI Sutedi Senaputra 378 dan kapal tanker logistik KRI Bontang 907 bermanuver tegas dan mengusir "cumi-cumi" CCG keluar wilayah ZEE LNU. Dan tidak datang lagi. Ini adalah untuk pertama kali kapal CCG menerobos ZEE Natuna sepanjang tahun 2024. Mau uji nyali neh dengan pemerintahan baru Indonesia.

Minggu pertama Pemerintahan Prabowo, Indonesia menguatkan langkah untuk siap menjadi anggota BRICS. Menlu Sugiono di Kazan Rusia dalam KTT BRICS menegaskan bahwa Indonesia perlu bergabung dengan organisasi ekonomi manapun sesuai dengan politik bebas aktif dan bermanfaat untuk kepentingan nasional. BRICS dengan anggota pendiri Brasil, Rusia, India, China dan South Africa saat ini sedang naik daun dan anggotanya semakin banyak. BRICS diniscayakan sebagai kekuatan baru "penggerus" hegemoni kekuatan ekonomi dunia yang masih dikuasai G7. Sekaligus mengurangi hegemoni dolar AS dalam transaksi keuangan dunia. Langkah diplomatik cerdas Indonesia ini, dalam pandangan kita sebagai simbol kemerdekaan diplomasi sekaligus untuk menyongsong dunia yang multipolar. Prediksi yang menguat bahwa pada saat Indonesia Emas 2045, dunia sudah berada dalam ekosistem multipolar.

Diplomasi militer Indonesia hari-hari ini memperlihatkan jatidirinya. Sejak tanggal 4 sampai dengan 8 November  2024 TNI AL  melakukan latihan gabungan dengan Angkatan Laut Rusia di Laut Jawa. Namanya Orruda Exercise. Indonesia mengerahkan 2 KRI striking force KRI I Gusti Ngurah Rai 332,  KRI Frans Kaisiepo 368 dan satu helikopter anti kapal selam. Sementara Rusia mengerahkan 3 kapal perang korvet full armament, 1 kapal logistik dengan pengawalan 1 kapal selam yang tidak ikut latihan. Orruda Exercise memberikan makna kepada semua pihak bahwa Indonesia bersahabat dengan para pihak yang saling berseteru, bersaing dan berkelahi. Kita tahu bahwa Rusia saat ini sedang berperang melawan Ukraina dengan dukungan AS, NATO dan Australia.

Pada saat yang bersamaan Indonesia dan Australia saat ini juga sedang melaksanakan latihan militer gabungan skala besar "Keris Woomera" dengan mengerahkan ribuan pasukan kedua negara. Keris Woomera sudah dimulai sejak 3 November 2024 yang lalu di Darwin. Serial latihan ini melibatkan 3 matra pasukan kedua negara dengan pengerahan sejumlah alutsista tank, artileri, roket multi laras, jet tempur, tank amfibi dan kapal perang  Puncaknya adalah pendaratan pasukan marinir lewat serbuan pantai di Situbondo Jawa Timur tanggal 16 November 2024 nanti. Latihan gabungan ini tercatat sebagai yang terbesar sepanjang sejarah. Bagian dari protokol perjanjian kerja sama pertahanan (defence cooperation) antara Indonesia dan Australia yang diperbaharui baru-baru ini di Magelang. Isinya sudah sama-sama tahu lah. Jiran selatan punya kepentingan akses militer untuk pengerahan alutsista ke Utara. Jadi kulo nuwun dulu.

Sebagai bagian dari diplomasi penguat persahabatan, Pesiden Prabowo akan melawat ke luar negeri mulai tanggal 8 sampai dengan 23  November 2024. Negara pertama yang dikunjungi sejak menjabat Presiden adalah China. Sebuah kehormatan diplomatik untuk China meski baru saja bikin gara-gara di ZEE LNU. Kawan satu ini memang suka mancing keributan di kawasan. Selalu menggertak Taiwan, sesekali Jepang dan setiap saat bermanuver di Paracel dan Spratly. Kunjungan Presiden Prabowo ke Beijing boleh jadi ingin mengingatkan Paman Mao pentingnya persahabatan berbasis simbiosis mutualistis. Tanpa harus bersitegang. China memang sedang menuju kekuatan ekonomi nomor wahid sejagad. Bersamaan dengan itu China juga membangun kekuatan militer berkarakter ofensif. Maka mulailah gesek sana gosok sini.

Dari China rombongan Presiden akan membelah lautan Pasifik menuju AS untuk bertemu Joe Bidden, pada saat Presiden baru AS sudah terpilih tapi baru dilantik Januari 2025. Prediksi kita salah satu poin penting pertemuan dgn USA One adalah menindaklanjuti proses pengadaan 24 jet tempur F15 Id untuk TNI AU. Biar cepat gitu loh. Dari Washington Prabowo melanjutkan perjalanan menuju Amerika Latin. Di Peru menghadiri KTT APEC kemudian berlanjut ke Brasil mengikuti KTT G20. Dari Amerika Latin bertolak melintasi Lautan Atlantik menuju London Inggris sebagai kunjungan terakhir. Maka lengkaplah perjalanan RI One keliling permukaan bumi selama 2 pekan.

Rangkaian alinea diatas jika ingin kita rajut dan sulam sebenarnya adalah simbolisasi dari sebuah kemerdekaan berdiplomasi Indonesia. Baik diplomasi militer maupun diplomasi persahabatan. Dengan Rusia, China dan AS kita bersahabat setara. Kita ingin menyampaikan pesan ke segala penjuru mata angin bahwa Republik Indonesia bersahabat dengan semua pihak. Namun kita juga ingin menguatkan hakekat marwah diplomasi kita dengan menguatkan pertahanan negeri kepulauan ini. Dan Presiden Prabowo baru saja menandatangani ratifikasi UU kerjasama pertahanan dengan 5 negara sahabat, yaitu India, Brasil, Perancis, UEA dan Kamboja. 

Saat ini kita terus membangun kekuatan militer untuk mengejar ketertinggalan. Terbaru pekan ini dana pinjaman sebesar US$ 1,26 milyar untuk pengadaan 2 kapal perang setara heavy fregate dari Fincantieri Italia sudah cair. Bersamaan dengan itu Indonesia dan Turki baru saja berseremoni first steel cutting untuk membangun 2 kapal cepat berpeluru kendali di galangan kapal Turki. Ini bagian dari proses transfer teknologi, membangun kapal perang cabe rawit "little but lethal" dengan speed 40 knot. TNI AL saat ini memang sudah memiliki puluhan unit kapal cepat rudal dan non rudal produk dalam negeri, namun batas maksimal kecepatannya hanya 30 knot. 

Pembangunan kekuatan pertahanan adalah bagian penguat marwah diplomasi sebuah negara. Berbagai strategi diplomasi Indonesia bisa terlihat dari rangkaian aktivitas diplomatik dan aktivitas militer yang saling menguatkan. Mungkin ada yang tidak senang dengan rencana bergabungnya Indonesia dengan BRICS. Termasuk latihan militer TNI AL dengan AL Rusia. Jawabnya sederhana, kita kan bukan bagian dari salah satu aliansi militer, bukan juga sekutu AS atau China. Semuanya adalah mitra strategis dengan porsi masing-masing. Ini yang kita sebut hakekat diplomasi merdeka dan bebas aktif. Gaya kepemimpinan Presiden Prabowo sangat menjunjung marwah berdiplomasi seperti ini. Tentu dengan dukungan kekuatan ekonomi dan kekuatan pertahanan yang saling bersinergi. Alhamdulillah kekuatan ekonomi kita saat ini ada di urutan 16 besar dunia sehingga masuk G20. Demikian juga kekuatan militer kita terus menguat menuju mekar dan gahar. Kombinasi yang saling menguatkan marwah negeri ini. Alhamdulillah.

****

Jagarin Pane / 6 November  2024


Wednesday, October 16, 2024

Perayaan Spektakuler Sepanjang Sejarah Republik

Daerah Khusus (masih) Ibukota Jakarta, Lima Oktober 2024 kemarin berubah menjadi Daerah Khusus Alutsista. Ribuan alutsista TNI berbagai jenis dengan seratus ribuan tentara dan sejuta warga Jakarta dan sekitarnya memenuhi kawasan Monas dan jalan-jalan protokol di Jakarta. Lebih istimewa lagi dari perayaan ini adalah rakyat ikut menikmati rangkaian acara meski terik matahari menyengat. Bahkan ikut menaiki beragam jenis alutsista yang digelar secara besar-besaran. Berlanjut dengan pergelaran konser musik TNI_Rakyat di panas yang terik masih mampu menyedot ratusan ribu antusias warga Jakarta. Tolong dicatat, ini benar-benar spektakuler sepanjang sejarah.

Ribuan alutsista yang memadati Monas dan sekitarnya termasuk adanya penyerahan 569 unit alutsista baru dari Kementerian Pertahanan untuk matra TNI. Rinciannya adalah 23 panser Pandur, 9 panser Anoa, 4 panser Komodo, 8 tank Harimau dan 250 rantis Maung V3. Semuanya buatan PT Pindad. Selain itu ada juga penyerahan 250 truk angkut pasukan, 9 rantis APC, 8 unit RBB, dan 8 unit ransus peluncur missile. Semuanya dari industri pertahanan swasta nasional. Kalau dilihat dari udara penumpukan berbagai jenis alutsista ini seperti persiapan menuju perang besar.

Seluruh alutsista TNI tiga matra yang diperlihatkan, dipergelarkan termasuk aset TNI AL dengan puluhan KRI unjuk formasi tempur di Laut Jawa. Bersamaan dengan itu ada atraksi puluhan jet tempur TNI AU, atraksi Jupiter Aerobatic Team, puluhan helikopter tempur dan penampilan si tangguh Hercules. Tontonan yang membuat semua orang melihat ke angkasa adalah episode pertempuran jarak dekat (dog fight) antara jet tempur Sukhoi dan F16 TNI AU. Benar-benar sebuah sajian simulasi yang mengagumkan ketika masing-masing jet tempur meliuk-liuk melontarkan flare. Seperti sedang menyaksikan film Top Gun di dunia nyata. Cerahnya langit Jakarta membuat kita bisa menyaksikan adegan "pertempuran" dengan decak kagum.

Parade berbagai jenis alutsista TNI tampil gahar bersama derap langkah tegap ribuan pasukan Brigade Upacara. Alutsista TNI AD yang tampil  banyak sekali. Ada panser Anoa, panser Badak, panser Pandur, dan tank Harimau. Semuanya buatan Pindad. Kemudian ada si perkasa MBT Leopard, tank Marder made in Jerman. Ranpur Bushmaster, SPH Caesar Nexter,  SPH M109, MLRS Astross, M3  Amphibious Rig. Kemudian ranpur Satbak rudal Mistral dan Satbak rudal Starstreak. Penerbad mengerahkan helikopter Apache, Bell 412 Ep dan lain-lain. Yang menarik adalah penampilan surprise berbagai jenis drone dalam satuan Brigade Drone. Ada drone geospasial, drone surveillance, drone logistik dan drone combat. Penampilan drone combat CH4 milik skadron UAV 52 Natuna menarik perhatian khalayak.

TNI AL  mengerahkan parade lima puluhan KRI berbagai jenis di Laut Jawa, termasuk kapal selam. Sementara untuk di Monas Korps Jalesveva Jayamahe ini menampilkan persenjataan strategis KRI striking force seperti peluru kendali anti kapal Exocet Blok 2 dan Blok 3. Juga rudal Harphoon, rudal C803, rudal C705, rudal Yakhont dan torpedo Black Shark. Tidak ketinggalan menampilkan Coastal Missile yang belum ada mereknya. Kebutuhan Coastal Missile memang sangat mendesak untuk perlindungan Natuna dan selat strategis Indonesia. Hantu laut Korps Marinir menampilkan tank amfibi BMP-3F, tank amfibi lawas PT76, panser amfibi BTR-50, tank amfibi angkut pasukan LVT7,  Roket multi laras Vampire dan RM Grad serta berbagai jenis alutsista Kopaska dan Denjaka TNI AL.

Alutsista tentara langit kita berjaya menggemuruhkan langit Jakarta dan sekitarnya. Puluhan jet tempur berbagai jenis memperlihatkan manuver yang mengesankan. Ada jet tempur Hawk sedang mimik Avtur di udara dengan "SPBU" nya pesawat Hercules. Ada pesawat counter insurgency Super Tucano, ada  jet tempur "baby falcon" T50 Golden Eagle. Kemudian gemuruh manuver belasan jet tempur F16 memberikan suasana kebanggaan bagi kita semua. Tidak ketinggalan ranpur peluncur peluru kendali surface to air missile Nassam2 tampil berwibawa. Nassam 2 adalah bagian dari Air Defence System pelindung Jakarta.  Kekuatan jet tempur TNI AU akan bertambah jika 42 jet tempur Rafale dan 24 jet tempur F15 Id sudah menjadi aset strategis TNI AU. Makin strong saja kekuatan tentara langit kita.

Untuk diketahui parade limapuluhan kapal perang TNI AL kemarin adalah bagian dari pertanggungjawaban kesiapan operasional matra laut untuk menjaga dan melindungi perairan strategis kita. Kebanggaan yang menyertainya adalah suksesnya PT PAL dan galangan kapal swasta nasional melakukan upgrade 41 KRI dalam waktu 2 tahun. Ini pekerjaan yang luar biasa untuk menguatkan postur tempur KRI dengan pembaharuan instalasi rudal, radar dan instrumen tempur lainnya termasuk repowering. PT PAL sebagai lead integrator merasa bangga mampu menyelesaikan pekerjaan prestise ini. PT PAL  belum pernah mendapatkan order upgrade KRI sebanyak ini. Sebuah kepercayaan yang luar biasa untuk industri pertahanan maritim Indonesia. Kita patut mengapresiasinya.

Perayaan HUT TNI ke 79 ini sejatinya adalah pertunjukan pertanggungjawaban program MEF (minimum essential force) TNI selama 15 tahun terakhir. Bersamaan dengan itu pergelaran pasukan dan alutsista TNI secara besar-besaran adalah bagian dari penghormatan untuk masa tugas Presiden Jokowi yang segera akan berakhir. Berlanjut dengan suksesi kepemimpinan nasional kepada Prabowo Subianto sebagai Presiden terpilih. Banyak pencapaian penguatan alutsista selama kepemimpinan Presiden Jokowi. Terutama lima tahun terakhir sejak Prabowo memimpin Kementerian Pertahanan.

Kepada kita rakyat Indonesia, Kementerian Pertahanan dan TNI memperlihatkan berbagai jenis alutsista canggih yang sudah masuk aset investasi pertahanan negeri. Melalui defile dan parade dengan penonton yang bergairah dan bangga, berbagai jenis alutsista TNI melintas gagah. Dan ini yang membanggakan rakyat bangsa mulai dari anak balita sampai dewasa bisa ikut menaiki dan menikmati beragam jenis alutsista kebanggaan negeri. Sebuah suasana kebangsaan yang membuncah dan membungakan hati. Para diplomat asing yang menyaksikan langsung acara ini ikut gembira dan kagum. Perayaan ulang tahun tentara sebuah negara kepulauan yang multi etnik, mampu memperlihatkan semangat nasionalis patriotik yang luar biasa.

Di hadapan kita saat ini, dunia sedang tidak baik-baik saja. Demam berkepanjangan. Kawasan Timur Tengah sedang marah membara membahayakan eksistensi dunia. Perang Rusia Ukraina semakin mencekam dengan ancaman serangan nuklir balasan kepada negara yang menyerang Moskow dengan perlindungan negara pemilik nuklir. Semenanjung Korea semakin ruwet dengan pergelaran dan ancaman nuklir Korut. China juga ikut memanaskan kawasan dengan terus menerus memprovokasi Taiwan. Termasuk mengobok-obok Laut China Selatan. AS kembali mengerahkan 3 kapal induk ke Timur Tengah yang biasanya konsentrasi di Asia Pasifik. Perubahan geopolitik dunia begitu cepat.

Semua dinamika ini harus kita cermati, kita waspadai dan kita sikapi. Antisipasi terbaik adalah percepatan perkuatan barikade pertahanan. Indonesia sedang ada dalam fase ini, pengadaan alutsista secara extra ordinary. Maka langkah Kementerian Pertahanan mempercepat proses pengadaan alutsista adalah strategi terbaik. Seperti pengadaan 2 kapal perang PPA setara heavy fregate dari Fincantieri Italia adalah model pengadaan extra ordinary. Dukungan rakyat tercermin dari tumpah ruahnya mereka di acara HUT TNI ke 79. Mereka mengagumi tentaranya, mereka bangga dengan kepemilikan alutsista TNI. Inilah capital gain yang harus kita genggam untuk terus memperkuat alutsista TNI. Mari kita berlari mengejar percepatan itu.

****

Jagarin Pane / 14 Oktober 2024


Sunday, September 22, 2024

Reportase Alutsista

PENGADAAN ALUTSISTA ON GOING PROJECT

  6 Jet latih tempur T50 Golden Eagle dari Korsel

  7  Pesawat amfibi dari Kanada

42  Jet tempur Rafale dari Perancis

  2  Pesawat angkut A330 MRTT dari Airbus

  2  Pesawat angkut  A400M dari Airbus

22  Helikopter Blackhawk dari AS

   4 Helikopter H145 dari Airbus

18 Tank Harimau dari Pindad

17  Panser canon Badak dari Pindad

90  Ranpur Komodo dari Pindad

   8  Rudal balistik Khan dari Turki

 13  Radar GCI dari Thales Perancis

 12  Radar GCI dari Excalibur Army Ceko

 12  Drone UCAV Anka dari Turkiye

   2  Kapal  heavy fregate "Merah Putih"  dari PT PAL

   2  Kapal perang PPA dari Fincantieri Italia

   2  kapal selam Scorpene Evolved dari Perancis

   1  Kapal penyelamat kapal selam dari Inggris

   2  Kapal perang OPV dari GKSN Lampung

   1  Kapal perang korvet dari GKSN Batam

   1  Kapal perang hydro ocean dari GKSN Batam

   2  Kapal cepat rudal dari GKSN Bekasi

   1  Kapal perang Pohang Class dari hibah Korsel

Catatan:

GKSN : Galangan kapal swasta nasional


NEXT ORDER

24 Jet tempur F15 Id dari AS

24 Jet tempur IFX kerjasama RI-Korsel

  2  Pesawat AEW&C

12  Drone UCAV Bayraktar dari Turkiye

  2  Kapal selam serbu interim

  4  Kapal selam midget

  8  Coastal Missile Brahmos dari India

  1  Kapal perang LHD dari PT PAL

  2  Kapal perang heavy fregate

40  Ranpur amfibi untuk marinir

10  MLRS untuk marinir

****

Jagarin Pane / 22 Sep 2024

(Dari berbagai sumber)

Friday, September 6, 2024

Memahami Kerjasama Pertahanan Dengan Australia

Akademi Militer Magelang menggelar seremoni meriah menyambut kedatangan Menteri Pertahanan Australia Richard Marles Kamis 29 Agustus 2024 yang lalu. Seremoni militer ini menjadi sambutan kehormatan istimewa untuk lahirnya  sebuah perjanjian kerjasama pertahanan (Defence Cooperation Agreement, DCA) antara Indonesia Australia. Setelah melalui 30 kali perundingan marathon baik secara daring maupun luring. Termasuk perundingan di Jakarta dan Canberra secara bergantian pada bulan Mei, Agustus dan Desember 2023. Akhirnya selesai 20 Agustus 2024. Dan PM Australia Anthony Albanese mengundang Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk merayakan selesainya DCA di Canberra.

Apa sih istimewanya DCA ini dan apa untungnya bagi Indonesia. Apalagi jika kita menelusuri perjalanan bertetangga dengan jiran selatan berwajah dan berwatak Eropa ini. Senangnya selalu cawe-cawe urusan dalam negeri Indonesia seperti soal OPM di Papua dan HAM. Masih segar dalam ingatan kita ketika Timor Timur dalam proses menuju kemerdekaannya tahun 1999. Negeri Kanguru ini memperlihatkan arogansi militernya. Pengerahan kekuatan militernya ke Timor Timur sangat berlebihan. Padahal misinya sebagai pasukan perdamaian INTERFET (International Force East Timor) non PBB.

Kemudian yang paling menyesakkan adalah  ancaman Australia. RAAF akan mengebom pusat-pusat komunikasi dan infrastruktur militer di Jakarta dengan pesawat pengebom jarak jauh F111 Aardvark, jika terjadi eskalasi antara pasukan ABRI dan INTERFET di Timor Timur. Benar-benar angkuh dia. Saat itu Jakarta menyikapinya dengan kepala dingin karena masih dalam suasana reformasi, transisi pemerintahan dan kondisi perekonomian yang masih morat marit. Termasuk kondisi alutsista kita yang masih diembargo AS dan sekutunya. Bayangkan, sebuah suasana kebathinan kebangsaan yang mengharuskan kita banyak mengurut dada. Ini salah satu catatan penting dalam hidup bertetangga dengan jiran sebelah yang "bernasab" anglo saxon.

Pada perjalanan diplomatik berikutnya lahirlah Lombok Treaty tahun 2006 yang menjadi awal pemulihan hubungan kedua negara yang dingin selama 7 tahun. Seperti diketahui Indonesia dan Australia pernah menandatangani perjanjian kerjasama pertahanan tahun 1995. Namun sejak lepasnya Timor Timur tahun 1999, Indonesia membatalkan perjanjian ini karena merasa kecewa dengan arogansi militer dan diplomatik negeri benua selatan itu. Sekali lagi ini adalah pelajaran sejarah bertetangga yang harus diingat. Tetangga selatan ini karakter bertetangganya memang "agak laen", suka mengatur, senang mendikte, high profile.

Dinamika geopolitik di Indo Pasifik now and next terutama di halaman depan rumah kita yang bernama Laut China Selatan (LCS) adalah penguat kesepakatan DCA ini. Australia yang rumahnya berada di belakang rumah besar kita sangat berkepentingan dengan akses militer untuk menuju LCS melalui ALKI I yaitu selat Sunda, laut Jawa, selat Karimata dan laut Natuna Utara. Juga menuju LCT (Laut China Timur) melalui ALKI II yaitu selat Lombok, selat Makasar, dan laut Sulawesi. Sementara bagi Indonesia manfaat DCA ini diniscayakan menjadi kekuatan bargaining kepada Canberra agar tidak usil mencampuri soal OPM, mendikte soal HAM, dan bersikap obyektif menilai semua hal. Juga bagian dari diplomasi militer Indonesia untuk mengingatkan "pihak sono" yang sedang giat memperkuat basis militernya di Spartly dan Paracel. Pesan tersiratnya jangan bermain api. 

DCA ini mengikat kedua negara untuk memperluas kerjasama militer meski tidak masuk dalam kriteria aliansi militer atau pakta militer. Salah satu programnya adalah melaksanakan latihan militer gabungan (latgab) skala besar Indonesia-Australia di Jawa Timur November 2024 mendatang. Bagi Australia latgab ini merupakan yang terbesar dengan mengerahkan 2.000 pasukan. Sementara latgab terbesar di Indonesia adalah Super Garuda Shield (SGS), kolaborasi Indonesia dan Amerika Serikat. Tahun ini SGS yang berlangsung 26 Agustus sampai 6 September 2024 mengerahkan 7.000 prajurit berbagai negara. Indonesia dengan 4.500 pasukan, AS dengan 2.000 pasukan. Sisanya dibagi bersama Australia, Jepang, Singapura, Korsel, Inggris, Kanada, Perancis dan Selandia Baru.

Kesepakatan kerjasama pertahanan kedua negara ini dalam perspektif kita adalah win-win solution. Untuk kepentingan bersama. Termasuk menjaga iklim kondusif di kawasan. Traktat ini bagi Indonesia adalah bagian dari kecerdasan diplomasi non blok yang bebas aktif sekaligus diplomasi militer. Sembari menegaskan kita tidak bersekutu dengan siapapun. Dengan China kita juga sering mengadakan latihan militer bersama. Demikian juga dengan Rusia. Elastisitas pergaulan diplomatik Indonesia berdasarkan kepentingan nasional dan kebersamaan dalam kawasan untuk maju bersama. Dengan Singapura, Indonesia sudah punya perjanjian kerjasama pertahanan. Singapura yang teritorinya sempit memerlukan ruang udara dan laut untuk latihan militer. Indonesia berkenan dan  meminjamkan areal combat maneuver untuk kapal perang dan jet tempur Singapura. Lokasinya di selatan Natuna. 

Kedua negara Indonesia dan Australia saat ini sedang membangunkuatkan angkatan perangnya.  Posisi geopolitik Australia mengharuskan negara itu "berkolaborasi" dengan Indonesia secara militer. Ini juga berkorelasi dengan penguatan militer Indonesia saat ini. Sebab dalam pengawasan implementasi DCA di lapangan, Indonesia harus memiliki infrastruktur alutsista yang bertaring juga. Seperti  kapal perang heavy fregate, kapal selam, jet tempur, radar, peluru kendali, drone bersenjata, satelit militer dan lain-lain. Jadi penguatan militer Indonesia saat ini dalam dinamika geopolitik kawasan adalah untuk menuju kesetaraan dan proporsionalitas dalam manajemen pertahanan. Termasuk mengawal DCA dengan Australia dan Singapura. Negeri kepulauan yang luas ini harus memiliki kekuatan militer yang proporsional berkorelasi dengan luasnya wilayah.  Dan kita sedang menuju kesana. 

***

Jagarin Pane / 06 September 2024