Wednesday, October 16, 2024

Perayaan Spektakuler Sepanjang Sejarah Republik

Daerah Khusus (masih) Ibukota Jakarta, Lima Oktober 2024 kemarin berubah menjadi Daerah Khusus Alutsista. Ribuan alutsista TNI berbagai jenis dengan seratus ribuan tentara dan sejuta warga Jakarta dan sekitarnya memenuhi kawasan Monas dan jalan-jalan protokol di Jakarta. Lebih istimewa lagi dari perayaan ini adalah rakyat ikut menikmati rangkaian acara meski terik matahari menyengat. Bahkan ikut menaiki beragam jenis alutsista yang digelar secara besar-besaran. Berlanjut dengan pergelaran konser musik TNI_Rakyat di panas yang terik masih mampu menyedot ratusan ribu antusias warga Jakarta. Tolong dicatat, ini benar-benar spektakuler sepanjang sejarah.

Ribuan alutsista yang memadati Monas dan sekitarnya termasuk adanya penyerahan 569 unit alutsista baru dari Kementerian Pertahanan untuk matra TNI. Rinciannya adalah 23 panser Pandur, 9 panser Anoa, 4 panser Komodo, 8 tank Harimau dan 250 rantis Maung V3. Semuanya buatan PT Pindad. Selain itu ada juga penyerahan 250 truk angkut pasukan, 9 rantis APC, 8 unit RBB, dan 8 unit ransus peluncur missile. Semuanya dari industri pertahanan swasta nasional. Kalau dilihat dari udara penumpukan berbagai jenis alutsista ini seperti persiapan menuju perang besar.

Seluruh alutsista TNI tiga matra yang diperlihatkan, dipergelarkan termasuk aset TNI AL dengan puluhan KRI unjuk formasi tempur di Laut Jawa. Bersamaan dengan itu ada atraksi puluhan jet tempur TNI AU, atraksi Jupiter Aerobatic Team, puluhan helikopter tempur dan penampilan si tangguh Hercules. Tontonan yang membuat semua orang melihat ke angkasa adalah episode pertempuran jarak dekat (dog fight) antara jet tempur Sukhoi dan F16 TNI AU. Benar-benar sebuah sajian simulasi yang mengagumkan ketika masing-masing jet tempur meliuk-liuk melontarkan flare. Seperti sedang menyaksikan film Top Gun di dunia nyata. Cerahnya langit Jakarta membuat kita bisa menyaksikan adegan "pertempuran" dengan decak kagum.

Parade berbagai jenis alutsista TNI tampil gahar bersama derap langkah tegap ribuan pasukan Brigade Upacara. Alutsista TNI AD yang tampil  banyak sekali. Ada panser Anoa, panser Badak, panser Pandur, dan tank Harimau. Semuanya buatan Pindad. Kemudian ada si perkasa MBT Leopard, tank Marder made in Jerman. Ranpur Bushmaster, SPH Caesar Nexter,  SPH M109, MLRS Astross, M3  Amphibious Rig. Kemudian ranpur Satbak rudal Mistral dan Satbak rudal Starstreak. Penerbad mengerahkan helikopter Apache, Bell 412 Ep dan lain-lain. Yang menarik adalah penampilan surprise berbagai jenis drone dalam satuan Brigade Drone. Ada drone geospasial, drone surveillance, drone logistik dan drone combat. Penampilan drone combat CH4 milik skadron UAV 52 Natuna menarik perhatian khalayak.

TNI AL  mengerahkan parade lima puluhan KRI berbagai jenis di Laut Jawa, termasuk kapal selam. Sementara untuk di Monas Korps Jalesveva Jayamahe ini menampilkan persenjataan strategis KRI striking force seperti peluru kendali anti kapal Exocet Blok 2 dan Blok 3. Juga rudal Harphoon, rudal C803, rudal C705, rudal Yakhont dan torpedo Black Shark. Tidak ketinggalan menampilkan Coastal Missile yang belum ada mereknya. Kebutuhan Coastal Missile memang sangat mendesak untuk perlindungan Natuna dan selat strategis Indonesia. Hantu laut Korps Marinir menampilkan tank amfibi BMP-3F, tank amfibi lawas PT76, panser amfibi BTR-50, tank amfibi angkut pasukan LVT7,  Roket multi laras Vampire dan RM Grad serta berbagai jenis alutsista Kopaska dan Denjaka TNI AL.

Alutsista tentara langit kita berjaya menggemuruhkan langit Jakarta dan sekitarnya. Puluhan jet tempur berbagai jenis memperlihatkan manuver yang mengesankan. Ada jet tempur Hawk sedang mimik Avtur di udara dengan "SPBU" nya pesawat Hercules. Ada pesawat counter insurgency Super Tucano, ada  jet tempur "baby falcon" T50 Golden Eagle. Kemudian gemuruh manuver belasan jet tempur F16 memberikan suasana kebanggaan bagi kita semua. Tidak ketinggalan ranpur peluncur peluru kendali surface to air missile Nassam2 tampil berwibawa. Nassam 2 adalah bagian dari Air Defence System pelindung Jakarta.  Kekuatan jet tempur TNI AU akan bertambah jika 42 jet tempur Rafale dan 24 jet tempur F15 Id sudah menjadi aset strategis TNI AU. Makin strong saja kekuatan tentara langit kita.

Untuk diketahui parade limapuluhan kapal perang TNI AL kemarin adalah bagian dari pertanggungjawaban kesiapan operasional matra laut untuk menjaga dan melindungi perairan strategis kita. Kebanggaan yang menyertainya adalah suksesnya PT PAL dan galangan kapal swasta nasional melakukan upgrade 41 KRI dalam waktu 2 tahun. Ini pekerjaan yang luar biasa untuk menguatkan postur tempur KRI dengan pembaharuan instalasi rudal, radar dan instrumen tempur lainnya termasuk repowering. PT PAL sebagai lead integrator merasa bangga mampu menyelesaikan pekerjaan prestise ini. PT PAL  belum pernah mendapatkan order upgrade KRI sebanyak ini. Sebuah kepercayaan yang luar biasa untuk industri pertahanan maritim Indonesia. Kita patut mengapresiasinya.

Perayaan HUT TNI ke 79 ini sejatinya adalah pertunjukan pertanggungjawaban program MEF (minimum essential force) TNI selama 15 tahun terakhir. Bersamaan dengan itu pergelaran pasukan dan alutsista TNI secara besar-besaran adalah bagian dari penghormatan untuk masa tugas Presiden Jokowi yang segera akan berakhir. Berlanjut dengan suksesi kepemimpinan nasional kepada Prabowo Subianto sebagai Presiden terpilih. Banyak pencapaian penguatan alutsista selama kepemimpinan Presiden Jokowi. Terutama lima tahun terakhir sejak Prabowo memimpin Kementerian Pertahanan.

Kepada kita rakyat Indonesia, Kementerian Pertahanan dan TNI memperlihatkan berbagai jenis alutsista canggih yang sudah masuk aset investasi pertahanan negeri. Melalui defile dan parade dengan penonton yang bergairah dan bangga, berbagai jenis alutsista TNI melintas gagah. Dan ini yang membanggakan rakyat bangsa mulai dari anak balita sampai dewasa bisa ikut menaiki dan menikmati beragam jenis alutsista kebanggaan negeri. Sebuah suasana kebangsaan yang membuncah dan membungakan hati. Para diplomat asing yang menyaksikan langsung acara ini ikut gembira dan kagum. Perayaan ulang tahun tentara sebuah negara kepulauan yang multi etnik, mampu memperlihatkan semangat nasionalis patriotik yang luar biasa.

Di hadapan kita saat ini, dunia sedang tidak baik-baik saja. Demam berkepanjangan. Kawasan Timur Tengah sedang marah membara membahayakan eksistensi dunia. Perang Rusia Ukraina semakin mencekam dengan ancaman serangan nuklir balasan kepada negara yang menyerang Moskow dengan perlindungan negara pemilik nuklir. Semenanjung Korea semakin ruwet dengan pergelaran dan ancaman nuklir Korut. China juga ikut memanaskan kawasan dengan terus menerus memprovokasi Taiwan. Termasuk mengobok-obok Laut China Selatan. AS kembali mengerahkan 3 kapal induk ke Timur Tengah yang biasanya konsentrasi di Asia Pasifik. Perubahan geopolitik dunia begitu cepat.

Semua dinamika ini harus kita cermati, kita waspadai dan kita sikapi. Antisipasi terbaik adalah percepatan perkuatan barikade pertahanan. Indonesia sedang ada dalam fase ini, pengadaan alutsista secara extra ordinary. Maka langkah Kementerian Pertahanan mempercepat proses pengadaan alutsista adalah strategi terbaik. Seperti pengadaan 2 kapal perang PPA setara heavy fregate dari Fincantieri Italia adalah model pengadaan extra ordinary. Dukungan rakyat tercermin dari tumpah ruahnya mereka di acara HUT TNI ke 79. Mereka mengagumi tentaranya, mereka bangga dengan kepemilikan alutsista TNI. Inilah capital gain yang harus kita genggam untuk terus memperkuat alutsista TNI. Mari kita berlari mengejar percepatan itu.

****

Jagarin Pane / 14 Oktober 2024


Sunday, September 22, 2024

Reportase Alutsista

PENGADAAN ALUTSISTA ON GOING PROJECT

  6 Jet latih tempur T50 Golden Eagle dari Korsel

  7  Pesawat amfibi dari Kanada

42  Jet tempur Rafale dari Perancis

  2  Pesawat angkut A330 MRTT dari Airbus

  2  Pesawat angkut  A400M dari Airbus

22  Helikopter Blackhawk dari AS

   4 Helikopter H145 dari Airbus

18 Tank Harimau dari Pindad

17  Panser canon Badak dari Pindad

90  Ranpur Komodo dari Pindad

   8  Rudal balistik Khan dari Turki

 13  Radar GCI dari Thales Perancis

 12  Radar GCI dari Excalibur Army Ceko

 12  Drone UCAV Anka dari Turkiye

   2  Kapal  heavy fregate "Merah Putih"  dari PT PAL

   2  Kapal perang PPA dari Fincantieri Italia

   2  kapal selam Scorpene Evolved dari Perancis

   1  Kapal penyelamat kapal selam dari Inggris

   2  Kapal perang OPV dari GKSN Lampung

   1  Kapal perang korvet dari GKSN Batam

   1  Kapal perang hydro ocean dari GKSN Batam

   2  Kapal cepat rudal dari GKSN Bekasi

   1  Kapal perang Pohang Class dari hibah Korsel

Catatan:

GKSN : Galangan kapal swasta nasional


NEXT ORDER

24 Jet tempur F15 Id dari AS

24 Jet tempur IFX kerjasama RI-Korsel

  2  Pesawat AEW&C

12  Drone UCAV Bayraktar dari Turkiye

  2  Kapal selam serbu interim

  4  Kapal selam midget

  8  Coastal Missile Brahmos dari India

  1  Kapal perang LHD dari PT PAL

  2  Kapal perang heavy fregate

40  Ranpur amfibi untuk marinir

10  MLRS untuk marinir

****

Jagarin Pane / 22 Sep 2024

(Dari berbagai sumber)

Friday, September 6, 2024

Memahami Kerjasama Pertahanan Dengan Australia

Akademi Militer Magelang menggelar seremoni meriah menyambut kedatangan Menteri Pertahanan Australia Richard Marles Kamis 29 Agustus 2024 yang lalu. Seremoni militer ini menjadi sambutan kehormatan istimewa untuk lahirnya  sebuah perjanjian kerjasama pertahanan (Defence Cooperation Agreement, DCA) antara Indonesia Australia. Setelah melalui 30 kali perundingan marathon baik secara daring maupun luring. Termasuk perundingan di Jakarta dan Canberra secara bergantian pada bulan Mei, Agustus dan Desember 2023. Akhirnya selesai 20 Agustus 2024. Dan PM Australia Anthony Albanese mengundang Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk merayakan selesainya DCA di Canberra.

Apa sih istimewanya DCA ini dan apa untungnya bagi Indonesia. Apalagi jika kita menelusuri perjalanan bertetangga dengan jiran selatan berwajah dan berwatak Eropa ini. Senangnya selalu cawe-cawe urusan dalam negeri Indonesia seperti soal OPM di Papua dan HAM. Masih segar dalam ingatan kita ketika Timor Timur dalam proses menuju kemerdekaannya tahun 1999. Negeri Kanguru ini memperlihatkan arogansi militernya. Pengerahan kekuatan militernya ke Timor Timur sangat berlebihan. Padahal misinya sebagai pasukan perdamaian INTERFET (International Force East Timor) non PBB.

Kemudian yang paling menyesakkan adalah  ancaman Australia. RAAF akan mengebom pusat-pusat komunikasi dan infrastruktur militer di Jakarta dengan pesawat pengebom jarak jauh F111 Aardvark, jika terjadi eskalasi antara pasukan ABRI dan INTERFET di Timor Timur. Benar-benar angkuh dia. Saat itu Jakarta menyikapinya dengan kepala dingin karena masih dalam suasana reformasi, transisi pemerintahan dan kondisi perekonomian yang masih morat marit. Termasuk kondisi alutsista kita yang masih diembargo AS dan sekutunya. Bayangkan, sebuah suasana kebathinan kebangsaan yang mengharuskan kita banyak mengurut dada. Ini salah satu catatan penting dalam hidup bertetangga dengan jiran sebelah yang "bernasab" anglo saxon.

Pada perjalanan diplomatik berikutnya lahirlah Lombok Treaty tahun 2006 yang menjadi awal pemulihan hubungan kedua negara yang dingin selama 7 tahun. Seperti diketahui Indonesia dan Australia pernah menandatangani perjanjian kerjasama pertahanan tahun 1995. Namun sejak lepasnya Timor Timur tahun 1999, Indonesia membatalkan perjanjian ini karena merasa kecewa dengan arogansi militer dan diplomatik negeri benua selatan itu. Sekali lagi ini adalah pelajaran sejarah bertetangga yang harus diingat. Tetangga selatan ini karakter bertetangganya memang "agak laen", suka mengatur, senang mendikte, high profile.

Dinamika geopolitik di Indo Pasifik now and next terutama di halaman depan rumah kita yang bernama Laut China Selatan (LCS) adalah penguat kesepakatan DCA ini. Australia yang rumahnya berada di belakang rumah besar kita sangat berkepentingan dengan akses militer untuk menuju LCS melalui ALKI I yaitu selat Sunda, laut Jawa, selat Karimata dan laut Natuna Utara. Juga menuju LCT (Laut China Timur) melalui ALKI II yaitu selat Lombok, selat Makasar, dan laut Sulawesi. Sementara bagi Indonesia manfaat DCA ini diniscayakan menjadi kekuatan bargaining kepada Canberra agar tidak usil mencampuri soal OPM, mendikte soal HAM, dan bersikap obyektif menilai semua hal. Juga bagian dari diplomasi militer Indonesia untuk mengingatkan "pihak sono" yang sedang giat memperkuat basis militernya di Spartly dan Paracel. Pesan tersiratnya jangan bermain api. 

DCA ini mengikat kedua negara untuk memperluas kerjasama militer meski tidak masuk dalam kriteria aliansi militer atau pakta militer. Salah satu programnya adalah melaksanakan latihan militer gabungan (latgab) skala besar Indonesia-Australia di Jawa Timur November 2024 mendatang. Bagi Australia latgab ini merupakan yang terbesar dengan mengerahkan 2.000 pasukan. Sementara latgab terbesar di Indonesia adalah Super Garuda Shield (SGS), kolaborasi Indonesia dan Amerika Serikat. Tahun ini SGS yang berlangsung 26 Agustus sampai 6 September 2024 mengerahkan 7.000 prajurit berbagai negara. Indonesia dengan 4.500 pasukan, AS dengan 2.000 pasukan. Sisanya dibagi bersama Australia, Jepang, Singapura, Korsel, Inggris, Kanada, Perancis dan Selandia Baru.

Kesepakatan kerjasama pertahanan kedua negara ini dalam perspektif kita adalah win-win solution. Untuk kepentingan bersama. Termasuk menjaga iklim kondusif di kawasan. Traktat ini bagi Indonesia adalah bagian dari kecerdasan diplomasi non blok yang bebas aktif sekaligus diplomasi militer. Sembari menegaskan kita tidak bersekutu dengan siapapun. Dengan China kita juga sering mengadakan latihan militer bersama. Demikian juga dengan Rusia. Elastisitas pergaulan diplomatik Indonesia berdasarkan kepentingan nasional dan kebersamaan dalam kawasan untuk maju bersama. Dengan Singapura, Indonesia sudah punya perjanjian kerjasama pertahanan. Singapura yang teritorinya sempit memerlukan ruang udara dan laut untuk latihan militer. Indonesia berkenan dan  meminjamkan areal combat maneuver untuk kapal perang dan jet tempur Singapura. Lokasinya di selatan Natuna. 

Kedua negara Indonesia dan Australia saat ini sedang membangunkuatkan angkatan perangnya.  Posisi geopolitik Australia mengharuskan negara itu "berkolaborasi" dengan Indonesia secara militer. Ini juga berkorelasi dengan penguatan militer Indonesia saat ini. Sebab dalam pengawasan implementasi DCA di lapangan, Indonesia harus memiliki infrastruktur alutsista yang bertaring juga. Seperti  kapal perang heavy fregate, kapal selam, jet tempur, radar, peluru kendali, drone bersenjata, satelit militer dan lain-lain. Jadi penguatan militer Indonesia saat ini dalam dinamika geopolitik kawasan adalah untuk menuju kesetaraan dan proporsionalitas dalam manajemen pertahanan. Termasuk mengawal DCA dengan Australia dan Singapura. Negeri kepulauan yang luas ini harus memiliki kekuatan militer yang proporsional berkorelasi dengan luasnya wilayah.  Dan kita sedang menuju kesana. 

***

Jagarin Pane / 06 September 2024

Saturday, August 17, 2024

Marwah Republik Semakin Bersinar

Boeing Company AS seminggu yang lalu menerbitkan gambar ilustrasi jet tempur F15 Id khusus untuk Indonesia. Ini adalah literasi marketing komunikasi digital sebagai bagian dari upaya percepatan proses pengadaan alutsista canggih dan strategis. Publikasi seperti ini sangat perlu sebagai mata rantai proses yang sedang berjalan. Untuk apa sih Indonesia melakukan pengadaan berbagai alutsista strategis. Jawabannya, demi marwah, martabat dan harga diri NKRI serta untuk memperkokoh kekuatan. Sebagai informasi Indonesia akan membeli 24 unit jet tempur canggih, twin engine multi role ini. Alhamdulillah.

Marwah Republik Indonesia saat ini and next adalah posisi geopolitik dan geostrategisnya yang membuat pemilik hegemoni AS dan aliansi AUKUS harus berbaik hati dan bermuka manis dengan Jakarta. Salah satu cara "mengurung" China dengan barikade bulan sabit mulai dari Jepang sampai India adalah melihat Indonesia sebagai  pemilik teritori strategis di Asia Tenggara. Dan sekaligus bumper pertahanan bagi Australia. Dengan dinamika yang terjadi di kawasan Asia Pasifik khususnya Laut China Selatan, betapa sesungguhnya Indonesia punya bargaining power atau marwah dalam diplomasi multi dimensi.

Contoh, ketika Prabowo menjadi menteri pertahanan, status visa nya masih di ban AS. Padahal mantan Pangkostrad ini sedang giat-giatnya membeli alutsista canggih. Lalu dia berkunjung ke Austria melirik jet tempur Typhoon. AS mulai mikir neh. Karena ada kesulitan teknis kemudian Menhan ke Perancis untuk beli 42 jet tempur Rafale. Nah ketika beliau berkunjung ke Paris, Washington berubah sikap dan mempersilakan Prabowo berkunjung. Nah pada saat Menhan kita berkunjung beberapa bulan kemudian, Pentagon membentangkan karpet merah. Luar biasa.

Inilah marwah dan martabat yang berkelas. Negara adidaya AS harus berhitung ulang untuk Prabowo dan Indonesia. Ternyata ada lagi yang lebih bermarwah. Ketika Indonesia teken kontrak 42 jet tempur Rafale dengan Perancis, pada hari yang sama AS menyetujui penjualan 24 jet tempur F15 Id. Benar-benar surprise. Padahal jet tempur F15 ini hanya untuk sekutu AS seperti Korsel, Jepang dan Singapura. Dari sini bisa terlihat betapa marwah Indonesia menguat dalam diplomasi militer. 

Penguatan alutsista Indonesia juga mengangkat marwah negeri ini. Ingat ketika konflik Ambalat membara antara tahun 2001sd 2008 betapa marwah kita dilecehkan jiran sebelah. 4 pesawat bronco baling-baling TNI AU ketika patroli di Sipadan diusir 3 jet tempur F5E Malaysia. Presiden SBY ketika mengunjungi Ambalat dengan sejumlah KRI mendapat pelecehan dari pesawat Malaysia. Marwah negeri ini berada di titik terendah padahal jiran kita itu bersebelahan rumah lho. Benar-benar kebangetan. Namun saat ini si jiran sudah mati angin di Ambalat sejak kita mulai penguatan alutsista sepanjang 15 tahun terakhir. Marwah negeri kembali berkibar di Ambalat.

Sinergitas pembangunan ekonomi kesejahteraan dan investasi pertahanan yang berlangsung saat ini semakin menguatkan marwah republik. Indonesia saat ini berada di urutan 16 besar dunia dalam pencapaian produk domestik bruto  (PDB) sehingga masuk grup elite dunia G20. Demikian juga dengan postur kekuatan militer kita menurut GFP (Global Fire Power) ada di urutan 13 besar dunia. Artinya kedua pilar marwah kita yaitu ekonomi kesejahteraan dan investasi pertahanan semakin mengibarkan kekuatan harkat dan martabat republik.

Di usia ke 79 sebuah perjalanan eksistensi yang penuh dengan nilai perjuangan dan kejuangan adalah evidence historis tak terbantahkan tentang definisi marwah kebangsaan. Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah simbol keberanian dan ketangguhan tak tertandingi untuk menegakkan marwah dan harga diri bangsa. Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan ini yang memerdekakan diri dengan perjuangan "timnas full team" darah dan air mata. Berdirinya republik kebanggaan kita ini, bukan karena hadiah dari penjajah sebagaimana negara lain yang ada di sekitar kita.

Betapa nilai capital gain dari perjuangan itu yang kemudian menjadikan negeri jamrud khatulustiwa ini memiliki semangat kebangsaan nasionalis patriotik tak tergantikan. Marwah Republik Indonesia yang tertinggi adalah seluruh anak negeri antar generasi memiliki jiwa nasionalis patriotik yang diakui dunia sampai saat ini. Seremoni dari akhir pertandingan Timnas sepakbola kebanggaan kita adalah salah satu bukti. Ketika lagu "Tanah Airku" menggema berkumandang di stadion megah bersama seluruh pemain di lingkaran lapangan hijau bersama puluhan ribu penonton dan puluhan juta pemirsa mampu membangkitkan semangat kebangsaan kita. Betapa marwah republik menjulang menggema dan menyelinap di relung bathin anak negeri lintas generasi.

Pencapaian republik di usia ke 79 patut kita syukuri. Republik Indonesia adalah sebuah karunia terbesar untuk kita syukuri. Dunia sebenarnya terpana dan kagum dengan sebuah negara multi dimensi. Beribu pulau, beragam etnis, bervariasi bahasa dan aneka budaya membentuk adonan indah megah yang bernama Indonesia. Sebuah maha karya dari perumus dan pendiri republik tentu dengan ridho Allah jadilah sebuah tatanan yang tersaji indah, besar, megah, ramah dan gemah ripah.

Hidup guyup dua ratus delapan puluh juta anak bangsa menyebar di berbagai pulau nusantara. Masya Allah kalau bukan karena kehendak Allah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan. Mari kita renungkan betapa kita ditakdirkan menjadi bagian dari warga bangsa besar, bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Bangsa multi etnis multi budaya yang mampu mengikatkuatkan kebhinekaannya. Inilah sejatinya akar jati diri marwah republik. Dirgahayu Indonesia. Nusantara Baru Indonesia Maju.

****

Jagarin Pane / 17 Agustus 2024

Sunday, July 21, 2024

Seiring Sejalan Menuju Kekuatan Komprehensif

Indonesia kita adalah warisan karunia terbesar yang kita dapatkan sampai hari ini. Negeri kepulauan terbesar ini sedang menggiatkan pembangunan ekonomi kesejahteraan. Indikator on the spot nya terlihat dengan data pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan. Penguatan infrastruktur berbagai sektor memperlihatkan kemajuan yang signifikan. Seperti pertambahan ribuan kilometer jalan tol, peningkatan kualitas jalan raya nasional, pelayanan angkutan kereta api, bandara semakin megah, penambahan puluhan bendungan, angkutan laut, pelayanan publik. Termasuk memegahkan pintu masuk perbatasan darat (border nation) sebagai simbol marwah negeri.

Pembangunan ekonomi menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produk domestik bruto (PDB), meski belum sampai pada kriteria kesejahteraan proporsional warga bamgsa. Setidaknya saat ini pendapatan per kapita Indonesia menyentuh angka US$ 4.900 Dollar,  masuk golongan negara berpenghasilan menengah atas. Sementara rasio utang terhadap PDB 39% masih dalam kriteria wajar. UU APBN memberikan limit rasio utang sampai 60%. Pertumbuhan ekonomi jelas akan menaikkan PDB kita. Data BPS menunjukkan kekuatan ekonomi Indonesia saat ini berada pada ranking 16 besar dunia, nomor satu di ASEAN dan dengan demikian masuk grup elite G20. Duapuluh negara dengan kekuatan ekonomi terbesar.

Investasi pertahanan dan pembangunan ekonomi kesejahteraan sepanjang 15 tahun terakhir ini menunjukkan sinergitas seiring sejalan. Ini sebenarnya yang kemudian ingin diingatkan kembali oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subiyanto baru-baru ini. Bahwa untuk  membangun infrastruktur, membangunkuatkan aktivitas industri hilirisasi, mengembangkan UMKM dan sebagainya harus diimbangi dengan pembangunan kekuatan pertahanan. Sumber daya alam negeri ini sangat beragam dan kaya raya. Semuanya harus berada dalam payung perlindungan pertahanan dan keamanan yang kuat. Ini bisa dilihat dari penguatan investasi pertahanan selama program minimum essential force (MEF) TNI. Berbagai jenis alutsista strategis sudah menjadi aset pertahanan negeri yang membanggakan.

Dinamika geopolitik, perubahan iklim, keterbatasan ketersediaan sumber daya alam tak terbarukan adalah situasi tak tergantikan untuk saat ini dan yang akan datang. Potensi konflik di kawasan Indo Pasifik yang menguat harus cepat diantisipasi. Tidak ada lagi ruang zero enemy manakala potensi konflik sudah sampai pada kriteria common enemy. Dinamika di Laut China Selatan (LCS) meski dalam tataran diplomatik selalu mengupayakan code of conduct namun dalam strategi militer antisipasinya adalah penguatan pertahanan. Ancamannya sudah jelas dan sampai pada terminal the real enemy. Itu sebabnya maka barikade pertahanan di Natuna saat ini diperkuat. Radar pertahanan saja berlapis-lapis, bersama sejumlah KRI dan BAKAMLA saling bersiaga. UAV dan jet tempur saling mengisi jadwal patroli. Di darat Brigade Komposit Gardapati yang terdiri satuan Infantri, Artileri, Arhanud, Kavaleri, Marinir, Kopasgat sudah ready for use.

Negara kepulauan ini harus diikat dengan kekuatan pertahanan sinergitas. Doktrin berani masuk digebuk, maknanya adalah tiga matra TNI harus kuat dan saling berinterkoneksi. Kita bersyukur saat ini TNI sudah memiliki manajemen pertempuran konektivitas yang dikenal dengan network centric warfare. Termasuk pertambahan aset pertahanan yang signifikan untuk TNI AL dan TNI AU. Karena dalam dinamika geopolitik saat ini dan struktur bangunan negeri kita yang berpulau-pulau dan lebih banyak perairannya, mengharuskan adanya postur angkatan laut dan udara yang kuat. Perbatasan teritori kita dominan perairan. Artinya dalam doktrin pre emptive strike maka kita harus mempunyai kekuatan AL dan AU yang mencukupi untuk menghancurkan musuh di perbatasan teritori.

Sebenarnya percepatan pertambahan kekuatan pertahanan yang kita lakukan saat ini, karena Indonesia selama ini "terlena" dengan filosofi zero enemy. Faktor lingkungan ASEAN yang damai selama 40 tahun menjadikan fokus pembangunan ekonomi nomor satu. Investasi pertahanan seadanya. Nah setelah lidah naga mulai mengacak-acak ketenteraman kawasan dan jiran sebelah pamer kekuatan di Ambalat barulah kita sadar betapa kekuatan pertahanan kita tertinggal. Lalu Presiden SBY menggagas dan memulai penguatan investasi pertahanan tahun 2010 dengan program MEF. Kemudian selama 4 tahun terakhir Menhan Prabowo mempercepat pencapaian dengan extra ordinary. Kesannya seperti menggebu-gebu padahal sebenarnya baru ingin mencapai target minimal kekuatan alutsista kita yang tertinggal selama ini.

Pengadaan 42 jet tempur Rafale, 25 radar GCI, 2 kapal perang heavy fregate merah putih, 2 kapal perang PPA dari Italia, 2 kapal selam, 22 helikopter Black Hawk dan lain-lain menunjukkan keseriusan pemerintah membangun investasi pertahanan. Pembangunan ekonomi kesejahteraan memang harus seiring sejalan dengan pembangunan pertahanan karena keduanya adalah kekuatan komprehensif sebuah negara. Maka jangan heran disamping banyaknya seremoni peresmian pembangunan ekonomi dan infrastruktur, kita juga banyak kedatangan berbagai jenis alutsista. Baik yang produksi dalam negeri maupun pengadaan lintas negara. Ke depan juga akan terus seperti ini karena kita akan terus melaju menuju Indonesia maju, Indonesia yang sejahtera dan disegani. Kekuatannya adalah keberlangsungan pembangunan ekomoni kesejahteraan dan investasi pertahanan. Keduanya harus seiring sejalan. Nusantara baru Indonesia maju. Semoga.

****

Jagarin Pane, 21 Juli 2024


Saturday, June 22, 2024

Selamat Datang Network Centric Warfare

Satu program strategis dan prestisius dalam manajemen pertahanan Indonesia baru saja selesai dibangun. Adalah perusahaan teknologi software militer asal Yunani Scytalys yang selama 4 tahun ini dengan kontrak US$ 49 juta sukses membangun sistem koneksi data (data link) untuk seluruh matra TNI bersama seluruh satuan tempurnya. Scytalys membangun sistem komando terintegrasi dengan kemampuan berbagi informasi, perintah dan koneksi data secara cepat dan akurat dalam satu komando sinergi dan hirarki. Pekerjaan membangun sistem teknologi software militer terpadu ini selesai 12 Juni 2024 yang lalu. Jepang dan Korsel sudah lebih dulu mengadopsi network centric warfare produk Scytalys ini.

Sebagaimana kita ketahui, Indonesia saat ini sudah memiliki berbagai jenis alutsista strategis di seluruh matra TNI. TNI AU punya Jet Tempur Sukhoi, F16, T50, Hawk, Super Tucano, Hercules, Boeing Surveillance, Oerlikon Skyshield, Radar GCI, Radar Pasif, Satbak Rudal, Drone, Helikopter dan lain-lain. TNI AL punya aset mahal KRI Fregate, Korvet, Kapal Selam, Kapal Cepat Rudal, Landing Platform Dock, Landing Ship Tank, Penyapu Ranjau, Intelijen Bawah Air, Tanker, Helikopter anti kapal selam, Tank Amfibi, Roket Multi Laras RM Grad, Vampire dan lain-lain. Sementara TNI AD punya Main Battle Tank Leopard, Tank Marder, Tank Harimau, Panser Anoa, Badak, Ranpur M113, Roket Multi Laras Astross, Artileri M109, Artileri KH178, KH179, Artileri Nexter, Satbak Rudal Starstreak, Mistral, Helikopter Apache, Mi35, Mi17, Bell, Fennec, dan lain-lain. Semua yang disebut diatas adalah alutsista berkelas dan berteknologi.

Pada saat yang bersamaan kita juga sudah dan sedang memesan berbagai jenis alat pukul gahar di semua matra. Ada pesanan Jet Tempur Rafale, F15 Id, Kapal Perang Heavy Fregate Merah Putih, Kapal PPA Fincantieri, Fremm, Kapal Selam Scorpene Evolved, Pesawat MRTT,  AEW&C (early warning dan control), Satelit Militer, Radar GCI, Helikopter Black Hawk, Drone Anka, Bayraktar, Satbak Rudal Khan dan lain lain. Ini belum termasuk rencana pengadaan Missil Coastal, Kapal Selam Midget AI (artificial intelligence), Kapal Selam Interim,Jet Tempur IFX dan lain-lain. Semua pengadaan alutsista gahar yang akan menjadi aset investasi pertahanan Indonesia dengan teknologi terkini, menjadi bagian dari sistem interkoneksi data militer terpadu.

Dengan kata lain beragam jenis alutsista produk berbagai negara produsen ini dalam manajemen pertempuran modern harus bisa terintegrasi tanpa kecuali. Integrasi dalam sistem komunikasi dan informasi, koneksi data dan perintah komando. Bangunan military interoperability framework ini memadukan berbagai platform koneksi data di satuan tempur dengan berbagai jenis alutsista. Ini yang disebut dengan kemampuan network centric operation. Integrasi koneksi data dari yang bernama Link 16, Link 22, J-Reop, Link 11A/B, Link 1 pada akhirnya melahirkan kedaulatan data link untuk TNI. Indonesia akhirnya patut bangga karena mampu berdaulat penuh dalam sistem manajemen koneksi data militer. Standar koneksi data Indonesia (INDL) adalah hasil dari program SIK (Sistem Interoperabilitas Kodal) buatan Scytalys.

INDL adalah protokol software data link TNI yang canggih, anti sadap, anti jamming. Implementasi INDL berhasil mereformasi semua koneksi data parsial menjadi terpadu dalam satu komando pengendalian tempur. Sehingga akan menghasilkan respon cepat berdasarkan data, informasi dan sandi. Desain dan format strukturnya adalah C4ISR (command, control, communication, computers, intelligence, surveillance, reconnaissance). Semua strategi dan taktik dalam gambaran operasional di markas komando dan satuan tempur saat ini sudah mempunyai fasilitas pertukaran data dan informasi yang cepat, lancar, akurat dan steril. Semuanya dalam satu konektivitas teknologi software yang berkualitas.

Kepulauan Natuna adalah contoh implementasi INDL. Kepulauan garis depan Indonesia yang halaman ZEE nya "direcoki lidah naga" nine dash line, saat ini sudah mempunyai sistem pemantauan dan pengawasan berlapis. Ada tiga radar canggih "Bang Thomson, Mbak Vera NG dan Mas Weibel" yang saling melapis bersinergi. Keren kan. Ada skadron UAV / UCAV, ada patroli jet tempur dan KRI, ada Kapal Bakamla, ada Brigade Tempur Komposit Gardapati. Semua infrastruktur alutsista dalam berbagai satuan tempur ini sudah terkoneksi dalam INDL. Keseluruhan sistem ini beserta prajurit yang mengawakinya menjadi bagian dari Network Centric Warfare berada dalam satu komando Kogabwilhan Satu di Batam.

Sebenarnya TNI AD sudah lebih dulu memiliki koneksi data BMS (battle field management system). Dengan kemampuan BMS ini setiap mengadakan latihan militer, TNI AD menyertakan seluruh perangkat kesisteman satuan tempur antar kecabangan dalam format Brigade Tim Pertempuran (BTP). Didalamnya ada Batalyon Infanteri, Batalyon Artileri dan Batalyon Kavaleri. Untuk kota Semarang bahkan dapat menyertakan Batalyon Arhanud dan Penerbad TNI AD. Yon Arhanud 15 saat ini sudah memiliki Air Defence System, satuan tembak rudal SAM (surface to air) Starstreak. Sementara Penerbad menempatkan skadron helikopter serbu Apache dan Mi35 di Ahmad Yani Army Force Base. Unik juga ya ada Apache buatan AS bisa berlatih bersama Mi35 buatan Rusia. BMS ini sudah teruji dalam beberapa simulasi pertempuran selama beberapa tahun terakhir di Puslatpur TNI AD Baturaja Sumsel.

Kita mengapresiasi tercapainya program strategis Kemenhan ini. Bahwa bangunan kesisteman dan manajemen pertahanan yang terintegrasi adalah mutlak. Tidak lagi mengedepankan ego matra atau ego satuan tempur. Penting juga untuk menghindari terjadinya friendly fire alias nembak koncone dewe. Termasuk mestinya tidak lagi menganut doktrin militer "masuk dulu baru digebuk". Dan berganti dengan doktrin pre emptive strike "berani masuk digebuk". Misalnya berani ganggu Natuna ya kita gebuk. Network Centric Warfare jelas menjunjung kurikulum pre emptive strike, berani masuk digebuk. 

Kita sudah punya alat penggebuknya tapi masih kurang greget. Nah sekarang tinggal menunggu alat penggebuknya yang gahar untuk segera datang seperti Jet Tempur Rafale, Kapal Perang Heavy Fregate, Kapal Selam Serbu, Missil Coastal dan lain-lain. Kita sedang mempersiapkan filosofi Si Vis Pacem Parabellum, jika ingin damai bersiaplah untuk perang. Dengan tersedianya beragam jenis alutsista strategis dan gahar, pihak yang "suka bikin recok" menjadi segan. Setidaknya inilah yang disebut show of force dalam diplomasi militer. Intinya kita harus kuat secara militer karena dia adalah investasi pertahanan untuk eksistensi dan marwah negeri tercinta. Selamat datang Network Centric Warfare. 

****

Jagarin Pane / 22 Juni 2024