Thursday, October 2, 2025

Korelasi Martabat Diplomasi Dan Kehormatan Militer

Sidang Majelis Umum PBB di New York AS tanggal 23 September 2025 dan rangkaian kegiatan didalamnya memperlihatkan kemampuan martabat diplomasi Indonesia. Pidato Presiden Indonesia Prabowo Subianto tegas dan lugas menggema. Orasi dan materi yang dikumandangkan mampu membangunkan kesadaran bersama tentang hakekat perdamaian. Khususnya tentang perdamaian Palestina-Israel, pentingnya memperkuat PBB sebagai lembaga untuk perdamaian dan kesejahteraan. Dan ini yang paling menghentak orasinya : Might cannot be right. Right must be right. Yang kuat tidak bisa selalu benar. Yang benar harus benar. Kalimat adrenalin ini diyakini mampu "menampar bathin" dua pemimpin arogan dunia, AS dan Israel. Sekaligus sebagai peluntur merasa paling benar.

Kita bisa saksikan berkali-kali para delegasi Sidang Umum PBB memberikan applause untuk Presiden Indonesia. Bahkan Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan khusus dengan 8 pemimpin negara Arab dan Muslim menyampaikan pujian dan hormat pada Prabowo. Para pemimpin dunia pun angkat topi dan salut dengan isi pidato dan orasi Presiden kita. Raja Yordania memeluk Prabowo yang juga sahabat karibnya. Termasuk pidato PM Israel yang meyakini akan ada titik terang dari pidato Presiden Indonesia. Kehadiran Presiden Indonesia di forum tertinggi PBB menjadi sebuah misi diplomatik yang sukses dan menguatkan martabat Indonesia di mata dunia.

Lima Oktober 2025, TNI berulang tahun yang ke 80. Pencapaian usia sebilangan ini adalah salah satu evidence kehormatan militer yang mampu mengawal dan menjamin eksistensi Republik Indonesia. Kehormatan militer yang lain adalah tingkat kepercayaan rakyat Indonesia kepada institusi TNI adalah yang tertinggi bersama Presiden. Ini adalah hasil penelitian beberapa lembaga survey sepanjang tahun 2025. Kehormatan militer yang tidak kalah penting adalah kesediaan pemerintah dan DPR bersama komponen civil society lainnya untuk berinvestasi pertahanan, dalam rangka mengembangkuatkan TNI. 

Investasi pertahanan bersama pembangunan ekonomi kesejahteraan adalah dua sisi mata uang, satu kesatuan. Sebuah sinergitas yang harus seiring sejalan. Kondisi geopolitik dunia saat ini dan ke depan serta luasnya teritori yang harus dilindungi, mengharuskan Indonesia memperkuat pertahanan. Negeri kepulauan ini sangat strategis dan kaya dengan sumber daya alam. Potensi konflik masa depan salah satunya adalah memperebutkan sumber daya alam yang terbatas. Oleh karena itu investasi pertahanan negeri dengan 286 juta penduduk ini harus dipercepat. Untuk menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan eksistensi negara.

Kepemimpinan Presiden Prabowo saat ini dalam sudut pandang kita adalah tepat waktu dan tepat manfaat. Korelasinya adalah ketegasan dalam format leadership dan orasi. Kredit poinnya adalah keberanian untuk membongkar praktik-praktik korupsi raksasa. Korupsi skala trilyunan berhasil diungkap terang benderang. Kemudian kemampuannya melakukan diplomasi perdamaian di Sidang Umum PBB menjadi kebanggaan kita bersama. Lihatlah perkembangan terakhir di Gaza, sudah menampakkan titik terang perdamaian. Trump dan Netanyahu secara tersirat akhirnya mengikuti peta jalan perdamaian yang dikumandangkan Prabowo bersama Presiden Perancis dan Raja Arab Saudi. Solusi terbaik adalah dua negara Palestina dan Israel yang berdampingan damai. Semoga.

Di tengah dinamika kondisi geopolitik saat ini dan ke depan yang sulit diprediksi, Prabowo hadir untuk memimpin republik kepulauan terbesar ini. Sejak menjadi Menteri Pertahanan visi dan misi besarnya untuk mengembangkuatkan postur tentara Indonesia terlihat menggebu. Mengapa sampai menggebu, karena selama ini harus kita akui perkuatan alutsista TNI ternyata belum memenuhi persyaratan minimal. Lima belas tahun kita perkuat TNI sejak tahun 2010 hanya untuk memenuhi kriteria pencapaian minimum essential force. Dan saat ini sebagai Presiden, Prabowo sedang berupaya mempercepat pertumbuhan investasi kekuatan pertahanan dengan program extra ordinary. Untuk menuju kekuatan militer yang proporsional dan setara dengan luasnya teritori Indonesia. Termasuk menambah seratusan batalyon TNI dan menguatkan Komponen Cadangan (Komcad) sebagai bagian dari pertahanan semesta.

Maka dalam minggu-minggu ke depan, bulan dan tahun berikutnya kita akan melihat kedatangan berbagai jenis alutsista untuk TNI. Seperti tambahan 6 jet latih tempur T50i dari Korsel dan 2 pesawat angkut berat A400M dari Spanyol bulan depan. Kemudian kedatangan bertahap 42 jet tempur Rafale dari Perancis awal tahun depan. KRI Prabu Siliwangi 321 dari Italia akan tiba Desember tahun ini. Ada juga kapal selam mini tanpa awak dan kapal perang LHD rancangan  PT PAL, pembangunan 2 kapal perang frigate merah putih oleh PT PAL dan pembangunan 2 kapal selam Scorpene di PT PAL kerjasama dengan Perancis. Yang lagi ramai dibahas rencana akuisisi kapal induk Italia Giuseppe Giribaldi. Penetapan anggarannra sudah turun dari Bappenas. Kemarin baru saja diresmikan kapal perang baru jenis kapal cepat rudal KRI Belati 622 produksi galangan kapal swasta nasional. Kapal ini sudah full armament dengan combat management system, meriam Leonardo dan persenjataan rudal Atmaca. Tumben komplit, biasanya FFBNW (fit for but not with).

TNI AD  sedang menunggu kedatangan 22 helikopter Black Hawk dari AS, dan pengiriman lanjutan rudal balistik KHAN dari Turkiye. Dari negerinya Erdogan ini kita akan menerima dalam jumlah besar berbagai jenis alutsista yaitu rudal anti kapal Atmaca, rudal surface to air Hisar (Trisula), rudal jelajah Cakir, drone Anka, drone Bayraktar, 2 fregat Istif Class, dan 2 kapal cepat rudal. Dari Jerman akan datang kapal hydro oceanography KRI Canopus 936. Juga 13 radar GCI dari Thales Perancis dan 12 radar GCI dari Retia Ceko. Kedua jenis radar ini bisa saling sinergitas dan menguatkan dalam manajemen interoperability. Dengan begitu blank spot sudah  tertutup. Seluruh teritori udara kita sudah tercover dan terintegrasi.

Investasi pertahanan memang memerlukan anggaran sangat besar dan multi year. Namun anggaran besar ini bukan untuk belanja habis pakai atau belanja konsumtif (cost/expense).Tetapi menjadi aset strategis pertahanan yang masa manfaatnya bisa mencapai puluhan tahun. Contohnya 3 kapal perang Fatahillah Class yang dibeli tahun 1980 dari Belanda masih aktif sampai sekarang. Salah satu tujuan berinvestasi pertahanan adalah untuk menguatkan marwah dan kehormatan militer kita. TNI yang profesional harus memiliki alutsista teknologi terkini yang terintegrasi dalam manajemen pertempuran modern network centric warfare. Inilah kehormatan militer yang sesungguhnya. TNI yang kuat dan disegani diniscayakan mampu menguatkan marwah diplomasi politik luar negeri kita yang bebas aktif dan dinamis. 

Martabat diplomasi sebuah negara bagaimanapun sangat berkorelasi dengan postur kekuatan militer dan kekuatan ekonomi yang dimiliki. Sudah banyak contohnya. Kemampuan Indonesia menguatkan martabat diplomasi dan politik luar negeri merupakan prestasi dan prestize. Sejalan dengan itu perkuatan militer kita adalah untuk menguatkan bargaining harga diri bangsa dalam dinamika diplomasi. Seperti potensi konflik Ambalat dan Laut China Selatan. Dalam dinamika diplomasi dan kehormatan militer berlaku cara pandang sederhana : Tampilan wajah diri boleh berseri dengan narasi, diskusi, orasi dan persuasi mencari solusi. Namun semua itu harus ditopang dengan adrenalin, tubuh atletis dan kemampuan bela diri. Ini yang disebut gagah dan simpatik. Korelasi martabat diplomasi dan kehormatan militer kita adalah seperti ini. Dirgahayu Tentara Nasional Indonesia. Selamat berulang tahun yang ke 80. TNI Prima-TNI Rakyat-Indonesia Maju.

****

Jagarin Pane / 2 Oktober 2025

Tuesday, September 16, 2025

Antisipasi Fluktuasi Geopolitik Ngeri-Ngeri Sedap

Tiba-tiba saja Israel membombardir Doha ibukota Qatar untuk membunuh pemimpin Hamas. Sangat jelas ini merupakani agresi militer yang paling memalukan. Israel berulang kali memperlihatkan gaya bernegara yang arogan, bergaya preman,sok jago. Karena ada pelindung abadinya AS. Padahal di Qatar ada pangkalan militer terbesar AS. Padahal Qatar selama ini adalah negara yang menjadi mediator, dan fasilitator untuk setiap perundingan Timur Tengah bersama Israel. Padahal Qatar memiliki kekuatan persenjataan yang canggih yang sebagian besar produk Paman Sam. Qatar merasa dikhianati dan marah besar. Sementara di kawasan Eropa, ratusan drone Rusia menyusup ke Polandia yang nota bene anggota NATO. Maka gegerlah Pakta Atlantik Utara itu. Jika Polandia dan NATO membalas maka dunia menuju Perang Dunia Ketiga. Itulah suasana terkini dari dinamika geopolitik dunia yang fluktuatif. Di berbagai kawasan banyak terjadi konflik militer tak terduga.

Para pemikir strategis Indonesia tentu sudah membaca tanda-tanda jaman ini. Cuaca geopolitik saat ini dan ke depan sepertinya bernuansa ngeri-ngeri sedap. Dikira panas sampai petang ternyata hujan tengah hari. Kalau kita amati sebenarnya ini adalah inkubasi dari transisi perubahan tatanan dunia yang selama ini bercorak unipolar. Penguasa hegemoninya adalah AS. Staf khususnya NATO di Eropa. Sementara di Indo Pasifik anak buahnya adalah Jepang, Australia dan Korsel. Perilaku penguasa hegemoni saat ini bisa terlihat jelas sepak terjangnya. Kepemimpinan AS dibawah Donald Trump tidak menunjukkan leadership yang berkualitas, apalagi bijaksana. Tetapi cenderung bergaya "pamership", "premanship" dan yang sebangsa dengan arogansi. Itu semua bisa terjadi karena tatanan dunia saat ini unipolar, dikuasai oleh satu blok kekuatan yang sebenarnya sedang memudar hegemoninya.

Indonesia yang begitu luas teritorinya dan kaya akan sumber daya alam adalah karunia terbesar yang dimiliki bangsa besar ini. Jawaban dan antisipasi terhadap gonjang ganjing geopolitik dunia saat ini adalah dengan memperkuat basis pertahanan. Dan tetap keukeuh dalam posisi non blok yang dinamis. Negeri kepulauan terbesar ini  harus memilki manajemen pertahanan yang kuat dan terintegrasi. Pertanyaannya, bagaimana dengan kondisi kekuatan pertahanan kita saat ini. Jawabannya masih belum mencapai kriteria standar. Oleh karena itulah saat ini kita bisa menyaksikan berbagai program extra ordinary dari Kementerian Pertahanan. Semua berpacu dengan waktu. Untuk mengembangkuatkan investasi pertahanan dengan pengadaan berbagai jenis alutsista strategis dan canggih.  

Kita ambil contoh bagaimana standar manajemen pertahanan di Indonesia Timur saat ini khususnya Maluku dan Papua. Meski sudah ada pangkalan AL Koarmada Tiga di Sorong dan Pasmar Tiga ( Divisi 3 Marinir). Namun  kekuatan striking force Armada Tiga belum masuk kriteria minimum essential force. Ketersediaan KRI pemukul masih terbatas dengan kapal korvet dan kapal cepat rudal. Demikian juga dengan kekuatan TNI AU, belum ada skadron tempur yang ber home base di Maluku dan Papua. Secara ekosistem Maluku dan Papua ini sebenarnya strategis dalam dinamika geopolitik Indo Pasifik. Pemilihan Sorong sebagai Navy Base Armada Tiga berikut Pasmar Tiga karena lebih melihat potensi ancaman dari Utara. Guam sangat dekat dengan Papua. Kita tahu pangkalan militer Andersen di Guam menyimpan  berbagai jenis jet tempur dan pengebom strategis milik AS. Trafik air force dari Guam ke Darwin Australia dan sebaliknya pasti melintasi langit Maluku dan Papua.

Pemerintah berinvestasi pertahanan dengan berbagai jenis alutsista produksi berbagai negara, menjadi bagian dari strategi pertahanan. Misalnya 18 jet tempur Chengdu buatan China jika jadi dibeli , penempatannya bisa di Biak atau Kupang. Sudah tahu lah maksudnya. Termasuk memperkuat skadron Sukhoi yang sudah ada di Makasar. Sementara 48 jet tempur gen 5 KAAN buatan Turki bisa dialokasikan di Manado, Kupang, Balikpapan. Untuk 48 Jet tempur Rafale yang mulai datang awal tahun depan sudah pasti akan ditempatkan di Pekan Baru, Pontianak dan Natuna. Seluruh jet tempur F16 yang berjumlah 33 unit akan berada di home base Iswahyudi AFB bersama 19 unit jet tempur baby falcon T50 golden eagle. Sementara jet tempur IFX dengan asumsi produksi 24 unit kemungkinan besar akan ditempatkan di Medan dan Pekan Baru melapis Rafale. Sebaran skadron tempur ini dalam pandangan kita sudah menyebar merata dan ideal.

TNI AL saat ini sedang berproses menguatkan kemampuan armada tempurnya. Termasuk mengembangkan organisasi. 14 Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) ditingkatkan menjadi Komando Daerah AL dengan panglima bintang dua. Kapal perang terbesar dan canggih KRI Brawijaya 320 sudah datang. Menyusul Desember 2025 nanti KRI Prabu Siliwangi 321. PT PAL sedang mempersiapkan pembangunan 2 kapal selam Scorpene bersama Perancis. Pada saat yang bersamaaan PT PAL sedang menyelesaikan pembangunan 2 Fregat Merah Putih. Di Turki juga sedang berproses pembangunan 2 Fregat Istif Class dan Kapal Cepat Rudal untuk TNI AL. Sementara galangan kapal swasta dalam negeri mendapat order modernisasi 41 KRI, pembuatan kapal Cepat Rudal dan Kapal Patroli Cepat.

Pelajaran dari beberapa pertempuran di berbagai kawasan membuktikan bahwa alutsista buatan Barat ternyata tidak setangguh marketing komunikasinya. Rudal-rudal Iran ternyata mampu menembus Air Defence System (ADS) Israel yang terkenal canggih dan kokoh. ADS Ukraina juga babak belur dihujani drone dan rudal Rusia. Rudal Nassam dan Patriot kalah awu melawan rudal-rudal Rusia yang punya kecepatan tinggi. Belum lagi rudal Oreshnik yang spektakuler itu. Jet tempur Rafale India berhasil dijatuhkan rudal China yang diluncurkan dari jet tempur J10 Pakistan. Battle proven alutsista Rusia dan China telah membuka cakrawala pandang dunia yang selama ini banyak berkiblat ke Barat. Qatar, Arab Saudi, UEA adalah negara yang seluruh alutsistanya buatan AS dan Eropa. 

Pilihan Indonesia untuk investasi pertahanan dengan pola diversifikasi adalah bagian dari strategi manajemen pertahanan sesuai konstelasi geopolitik kawasan. Potensi konflik di sekitar kita juga bercorak warna. Ada China, ada Malaysia, ada Australia. Saat ini ada dua hotspot yang harus mendapat pengawalan ekstra yaitu  Laut Natuna Utara dan Ambalat. Pengadaan alutsista mengikuti konstelasi potensi konflik yang mungkin terjadi. Misalnya pengadaan Coastal Missile dari China. Jika nantinya menjadi aset pertahanan TNI, dalam perspektif kita akan lebih baik ditempatkan di selat-selat strategis ALKI.  Seperti Selat Sunda, Selat Lombok dan Selat Makassar. Demikian juga jet tempur Chengdu lebih pas dialokasikan di Timur Indonesia. Jika penempatan kedua alutsista ini di Natuna agaknya kurang pas. Jadi seperti jeruk makan jeruk. Jeruk purut lagi.

Ada kesan bahwa perkuatan manajemen pertahanan Indonesia yang berbasis interoperability dengan alutsista canggih seperti hendak bersiap untuk perang. Padahal sesungguhnya investasi pertahanan adalah untuk memastikan eksistensi negeri dan pengakuan kesetaraan dalam diplomasi antar negara. Ini sebangun dengan filosofi Si Vis Pacem Parabellum. Jika ingin damai bersiaplah untuk perang. Indonesia mengembangkuatkan manajemen pertahanan untuk memastikan jaminan keberlangsungan hidup bernegara, melindungi segenap tumpah darah, melindungi teritori negeri, melindungi sumber daya alam dan mengawal pertumbuhan ekonomi kesejahteraan. Kita mempercepat pembangunan investasi pertahanan adalah untuk mengantisipasi fluktuasi iklim geopolitik yang ngeri-ngeri sedap. Karena geopolitik dunia saat ini sedang mengalami transisi dari unipolar menjadi multi polar. Dikira panas sampai petang ternyata hujan tengah hari. Tak bawa payung lagi, basah kuyup dah.

****

Jagarin Pane / 14 September 2025


Saturday, August 23, 2025

Daftar Pengadaan Alutsista Indonesia

2 KRI Frigate Brawijaya Class dari Italia

2 KRI Frigate Merah Putih dari PT PAL

2 KRI Frigate Istif Class  dari Turkiye

1 KRI Rigel Class dari Palindo/Jerman

2 KRI Kapal Cepat Rudal dari Turkiye

1 KRI Kapal Cepat Rudal dari Tesco Bekasi

2 KS Scorpene dari Perancis & PT PAL

1 Kapal Induk Giribaldi dari Italia (Opsi)

1 Kapal LHD Helikopter dari PT PAL (Opsi)

42 Jet Tempur Rafale dari Perancis

48 Jet Tempur IFX kerjasama Korsel RI

48 Jet Tempur KHAAN dari Turkiye

  6 Jet Tempur T50 dari Korsel

  2 Pesawat angkut A400M dari Spanyol

13 Radar GCI dari Thales Perancis

12 Radar Retia dari Ceko

  3 Baterai Rudal Balistik KHAN Turkiye

  3 Baterai Rudal ADS Trisula dari Turkiye

22 Helikopter Blackhawk dari AS

12 Drone Anka dari Turkiye

60 Drone Bayraktar TB3 dari Turkiye

45 Rudal anti kapal Atmaca dari Turkiye

****

Jagarin Pane

(Dari berbagai sumber)

Monday, August 18, 2025

Memaknai Dua Upacara, Kehormatan Militer Dan Proklamasi Kemerdekaan

Hanya berjarak satu minggu ada pergelaran dua upacara kebesaran dan martabat negara. Hari Ahad 10 Agustus 2025 upacara dan parade kehormatan militer berlangsung di Pusdiklatpassus Batujajar Jawa Barat. Ada pergelaran dan parade 27.000 pasukan TNI bersama seribuan alutsista berbagai jenis. Parade dan peresmian berbagai satuan tempur TNI menjadi sajian publikasi militer yang membanggakan. Apalagi ada ribuan rakyat ikut menyaksikan langsung on the spot di pangkalan militer Kopassus yang steril. Nah, seminggu berikutnya hari Ahad tanggal 17 Agustus 2025 berlangsung upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia ke 80 di Istana Merdeka dan Monas. Masyarakat tumpah ruah menyaksikan upacara, karnaval dan pesta rakyat sepanjang hari.

Upacara kehormatan militer di Pusdiklatpassus adalah upacara khusus. Momen ini memberikan makna syiar diplomasi pertahanan Indonesia yang begitu luas dan menggema. Kita ketahui kondisi geopolitik dunia saat ini termasuk di kawasan Indo Pasifik sedang tidak baik-baik saja. Berbagai hotspot konflik bermunculan. Dunia sedang bergeliat dari "rezim" unipolar penguasa hegemoni menuju tatanan multipolar. Pada acara yang strategis ini Presiden Prabowo Subianto mengumumkan pengembangan struktur organisasi TNI semua matra. Kekuatan dan struktur pasukan elit TNI, Kopassus TNI AD , Kormar TNI AL dan Kopasgat TNI AU dikembangkan dan komandannya naik dari bintang dua menjadi panglima bintang tiga. Kemudian ada penambahan 6 Kodam TNI AD, peningkatan 14 Lantamal TNI AL menjadi Kodaeral dan panglimanya menjadi bintang dua. Sebelumnya TNI AL sudah mengembangkan 2 armadanya menjadi 3 armada tempur bersama 3 divisi pasukan marinir.

Kekuatan militer matra darat bertambah dengan peresmian 20 brigade infantri dan 100 batalyon teritorial pembangunan TNI AD. Kopassus menambah 3 group (brigade) di luar Jawa yaitu Dumai, Kendari dan Timika. Termasuk penambahan beberapa batalyon armed dan kavaleri. Tersebar di seluruh Indonesia, terbanyak di Papua.  Sementara TNI AL menambah 1 brigade marinir dan 5 batalyon infantri marinir. Matra TNI AU juga menambah 6 batalyon Kopasgat dan peningkatan status 5 Air Force Base TNI AU menjadi kelas A, yang artinya menjadi home base minimal 2 skadron pesawat TNI AU. Wajar saja karena mulai tahun depan sampai sepuluh tahun ke depan TNI AU akan memperoleh sekitar 130 jet tempur canggih mulai dari Rafale, IFX dan KAAN. Pengembangan struktur organisasi TNI ini merupakan kebijakan strategis antisipatif yang komprehensif. Antisipasi menghadapi cuaca ektrim iklim geopolitik dunia dan kawasan yang dalam kacamata intelijen strategis masuk kategori "ngeri-ngeri sedap". Secara kuantitas dengan pengembangan struktur organisasi TNI ini ada penambahan sedikitnya 100.000 prajurit TNI.

Yang menarik di upacara kehormatan militer ini adalah pada saat pemeriksaan pasukan upacara. Presiden Prabowo, Menhan dan rombongan petinggi militer dengan dua kendaraan Maung terbuka, lebih dulu menghormat dan menyapa rakyat dengan senyum. "Kontingen" rakyat ada di sebelah kiri panggung kehormatan. Memanjang ratusan meter di lapangan rumput tepi landasan pacu Suparlan Army Base Pusdiklatpassus. Sebuah pemandangan yang membungakan semangat kebangsaan kita. Presiden melewati barisan civil society yang riuh rendah bersorak sorai bersama lambaian bendera merah putih di tangan. Begitu panjang durasi perjalanan inspeksi Presiden. Setelah melewati barisan ribuan masyarakat lalu putar balik dan memulai inspeksi pasukan tempur TNI sepanjang landasan pacu.

Jarak antara dua upacara kebesaran negara yang hanya 1 minggu ini dalam perspektif kita memberikan kesan dan pesan kuat tentang korelasi kemerdekaan dan pertahanan semesta. Maknanya adalah untuk menyadarkan semua pihak bahwa pertahanan negeri kepulauan ini harus kuat dan disegani. Tidak bisa tidak. Heritage and goal merdeka tidak lain adalah untuk menjaga marwah proklamasi, eksistensi negeri, kekayaan sumber daya alam dan pertumbuhan kesejahteraan. Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan menggema ke seluruh dunia. Proklamasi ini menjadi ujian kebangsaan dan perjuangan semesta seluruh rakyat Indonesia. Apa yang kemudian terjadi adalah pertumpahan darah selama 4 tahun dalam perang kemerdekaan tahun 1945 sampai dengan tahun1949 di seluruh negeri.

Pertempuran di Surabaya yang sangat heroik, terjadi hanya 3 bulan setelah proklamasi kemerdekaan. Tercatat dalam sejarah dunia pertempuran 10 Nopember 1945 merupakan pertempuran terbesar sejak perang dunia kedua berakhir. Pemicu pertempuran besar ini adalah Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 di Surabaya yang dideklarasikan Ulama dan Kyai di seluruh Jawa dan Madura. Bahwa mempertahankan kemerdekaan hukumnya adalah Fardu Ain. Resolusi Inilah yang memberikan api semangat juang puluhan ribu pemuda, santri, laskar mengalir menuju Surabaya. Termasuk membunuh Brigjen Mallaby yang mengguncang tentara sekutu. Perang kemerdekaan selama 4 tahun adalah all out, total football. Agresi militer Belanda  jilid satu dan dua adalah bukti bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dipertahankan seluruh anak bangsa dengan darah dan air mata. Ini adalah evidence sejarah yang tak terbantahkan dan  membentuk karakter kebangsaan seluruh rakyat Indonesia sampai hari ini, yaitu nasionalis patriotik dan religius. Perang kemerdekaan adalah bukti sejarah tak terbantahkan tentang tangguhnya pertahanan semesta rakyat Indonesia.

Sebagai negara kepulauan yang luasnya seluas benua Eropa, Indonesia harus memiliki manajemen pertahanan yang kuat. Ini adalah amanat proklamasi dan marwah kedaulatan negara. Pertumbuhan ekonomi kesejahteraan kita terus tumbuh dan dalam kuartal kedua tahun ini mencapai 5,12%. Pertumbuhan ekonomi berkorelasi dengan pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product). GDP Indonesia saat ini ada di urutan 16 besar dunia. Sejalan dengan pertumbuhan GDP maka rasio pertumbuhan anggaran pertahanan juga meningkat. Saat ini rasio anggaran pertahanan dengan GDP Indonesia ada di kisaran 1%. Rasio ini relatif kecil dibanding negara lain. Maka untuk percepatan investasi pertahanan yang dilakukan pemerintah saat ini perlu menaikkan rasio anggaran pertahanan sampai 2%. 

Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mengembangkuatkan investasi pertahanan dalam program extra ordinary. Dalam waktu dekat secara estafet akan hadir 6 KRI fregat, 3 KRI korvet, 3 KRI kapal cepat rudal, 2 kapal selam, puluhan jet tempur, 2 pesawat angkut berat multi guna, ratusan sistem peluru kendali berbagai jenis, ratusan UAV, puluhan radar GCI dan lain-lain. Sebagaimana pernyataan Presiden Prabowo berulang kali, negara yang tidak kuat manajemen pertahanannya akan mudah dikuasai sumber daya alamnya. Mengembangkuatkan investasi pertahanan saat ini bukan berarti kita ingin berperang dengan negara lain. Melainkan untuk menguatkan paradigma si vis pacem parabellum. Dengan manajemen pertahanan yang kuat, Indonesia dapat menjalankan diplomasi internasional dengan bargaining yang setara, tidak dianggap remeh. Lebih dari itu, kekuatan pertahanan yang gahar akan membuat negara lain berhitung cermat ketika ingin melecehkan teritori Indonesia.

Makna dari dua upacara kebesaran negara yang berdekatan waktunya dalam pandangan kita adalah untuk merefleksikan kesadaran bela negara dalam simpul yang lebih erat. Pertahanan semesta atau Hankamrata sesungguhnya adalah kunci kekuatan bangsa besar ini. Dan ini sudah terbukti dalam palagan perang kemerdekaan kita yang heroik itu. Saat ini pemerintah sedang mengembangkan komponen cadangan (Komcad), membangun batalyon teritorial dan mengajak seluruh masyarakat (civil society) untuk memahami dan mendukung pengembangan postur TNI sebagai kekuatan inti pertahanan semesta. Di dua upacara kebesaran negara kemarin, yang hanya berjarak 1 minggu puluhan ribu civil society on the spot berada dalam partisipasi dan perayaan bersama. Bukankah ini simbol dari sinergitas dan kohesivitas kekuatan pertahanan semesta kita di masa damai ?

****

Jagarin Pane / 18 Agustus 2025


Wednesday, July 30, 2025

The Big Four, Indonesian Navy

World Directory Of Modern Military Warship (WDMMW) belum lama ini mempublikasikan ranking kekuatan angkatan laut seluruh dunia tahun 2025. Angkatan Laut Indonesia ternyata berada di ranking 4 besar dunia setelah AS, China dan Rusia. Dalam catatan WDMMW aset kapal perang TNI AL berjumlah 245 denganTrue Value Rating (TVR) 137,3 poin. TVR adalah akumulasi penilaian dari kuantitas dan kualitas kapal perang, modernisasi, pertumbuhan kapal perang, dukungan logistik, dukungan industri pertahanan, kemampuan serang, interoperablitas dan pengalaman angkatan laut. Ranking dibawah Indonesian Navy berurutan masuk 10 besar adalah Korsel, Jepang, India, Perancis, Inggris, Turki. Sementara di kawasan geopolitik kita Australia ada di urutan 20, Thailand 21, Singapura 24, Filipina 30 dan Malaysia 32.

Banyak kalangan netizen forum militer yang under estimate dengan posisi 4 besar TNI AL ini. Sama halnya dengan publikasi pemeringkatan kekuatan militer Indonesia oleh Global Fire Power (GFP). Peringkat kekuatan militer Indonesia menurut GFP tahun 2025 ada di urutan 13 besar dunia, nomor satu di ASEAN dan Australia. Ketika GFP menerbitkan dinamika ranking sejak 5 tahun yang lalu, netizen forum militer Indonesia "mentertawakan" dan tidak percaya. Padahal indikator dan kriteria yang dipergunakan GFP untuk menentukan ranking sangat kompleks, tidak hanya soal kepemilikan alutsista AD, AL dan AU. Ketidakpercayaan ini sangat mungkin berangkat dari mindset persepsi dan perspektif  tentang keunggulan kepemilikan aset alutsista canggih Australia dan Singapura. Soal kepemilikan alutsista canggih dua jiran ini adalah fakta. Namun penilaian GFP adalah menggabungkan berbagai indikator penguat komprehensif. Dan menempatkan komponen alutsista sebagai bagian dari kekuatan militer sebuah negara.

Dalam perspektif mindset sebagian netizen kekuatan alutsista adalah segalanya. Sementara GFP mengukurnya dari belasan indikator selain alutsista. Seperti jumlah pasukan, komponen cadangan, jumlah populasi, geografi, luas teritori, kekuatan sumber daya alam gas dan minyak bumi, anggaran pertahanan, purchase power, labour force, infrastruktur airport dan pelabuhan, gross domestic product dan lain lain. Indikator ini sesungguhnya menunjukkan bahwa kekuatan militer bagian dari kekuatan pertahanan dan ketahanan nasional sebuah negara. Barulah setelah kementerian pertahanan Indonesia memakai data GFP sebagai salah satu rujukan, penetapan ranking kekuatan militer Indonesia dari GFP tidak lagi diributkan netizen forum militer.

Dalam pandangan kita penilaian The Big Four Indonesian Navy oleh WDMMW adalah proporsional dan wajar. Terlepas dari berbagai komentar "tak yakin" dari sebagian netizen. Salah satu penilaian TVR WDMMW dalam penentuan ranking adalah pembuktian kemampuan sebuah negara memodernisasi dan menambah kapal perang. Indonesia mendapat kredit poin untuk dua kriteria ini. Sementara banyak negara lain yang punya nama besar seperti Inggris, Perancis, Jepang, India relatif stagnan dalam pertumbuhan kapal perangnya. 

Dalam program MEF (minimum essential force) TNI tahun 2010-2024, TNI AL berhasil menambah sedikitnya 70 kapal perang berbagai jenis. Seperti 6 kapal cepat rudal produk PT PAL, 9 kapal cepat rudal produk swasta nasional, 25 kapal patroli cepat produk swasta nasional, 4 kapal tanker produk swasta nasional, 3 kapal LPD (landing platform dock) produk PT PAL, 14 kapal LST (landing ship tank) produk swasta nasional. Ada lagi 3 kapal selam Nagapasa Class produk transfer teknologi Korsel DSME dan PT PAL, 2 korvet Martadinata Class kerjasama Belanda DSNS dan PT PAL. Pengadaan utuh dari luar negeri yaitu 3 light frigate Bung Tomo Class dari Inggris, 2 kapal intelijen bawah air Rigel Class dari Perancis dan 2 kapal penghancur ranjau Pulau Fani Class dari Jerman. 

Yang terbaru produk swasta dalam negeri adalah korvet KRI Bung Karno, KRI Bung Hatta, KRI Raja Ali Fisabilillah dan KRI Lukas Rumkoren. Sementara PT PAL saat ini sedang membangun 2 heavy frigate Merah Putih panjang 140 meter. Dan sedang mempersiapkan pembangunan 2 kapal selam Scorpene kerjasama transfer teknologi dengan Naval Group Perancis. Dari Fincantieri Italia kita beli barang yang sudah jadi dan sedang dalam perjalanan ke Indonesia. Adalah kapal perang terbesar dan tercanggih di ASEAN yang durasi waktu belinya hanya 2 tahun. Yaitu heavy frigate KRI Brawijaya dan KRI Prabu Siliwangi. Dari Turkiye sedang berproses pembangunan 2 kapal serang cepat full combat pesanan Indonesia dan 2 kapal perang frigate Milgem Istif Class. 2 frigate ini awalnya juga untuk AL Turkiye, namun dengan kerjasama pertahanan RI-Turkiye dan lobby bisnis, 2 frigate ini dialihkan untuk Indonesia. Luar biasa program extra ordinary kementerian pertahanan Indonesia untuk percepatan perolehan aset investasi pertahanan.

Dukungan industri pertahanan maritim dalam negeri baik BUMN dan swasta nasional sangat berperan untuk menambah kekuatan armada tempur TNI AL. Ini bagian dari penilaian WDMMW dalam menentukan ranking Navy Power Indonesia. Penambahan lebih dari 70 KRI, dua pertiganya adalah produk industri pertahanan maritim nasional. PT PAL sebagai BUMN strategis dan galangan kapal swasta nasional mendominasi pembangunan puluhan kapal perang berbagai jenis untuk TNI AL selama program MEF tahun 2010-2024. 

Program modernisasi 41 kapal perang TNI AL berbagai jenis dilaksanakan secara paralel. Mulai dari repowering, pembaharuan CMS, radar dan persenjataan. PT PAL ditunjuk menjadi lead integrator upgrade 41 KRI. Bersama beberapa galangan kapal swasta nasional melakukan refurbishment dan modernisasi 41 KRI secara paralel. Kabar terakhir menyebut bahwa PT PAL bekerjasama dengan Roketsan Turki akan mempersenjatai KRI striking force 3 KRI Fatahillah Class dan 12 KRI Patimura Class dengan peluru kendali anti kapal permukaan SSM Atmaca buatan Turkiye. Ini adalah bagian dari program R41, (refurbishment 41 KRI eksisting).

Galangan kapal swasta nasional yang berada di Batam, Banten, Jakarta, Bekasi, Lampung dan Banyuwangi selama program MEF diberi kepercayaan pemerintah membangun puluhan KRI. Terbukti sukses dengan beroperasinya kapal perang berbagai jenis buatan anak negeri. Dan berlanjut sampai sekarang. Industri pertahanan maritim Indonesia saat ini mampu berkibar mekar untuk menguatkan armada TNI AL. Sebuah prestasi yang pantas diapresiasi. Seluruh galangan kapal swasta ini menjadi bagian dari industri pertahanan maritim nasional yang bersama BUMN strategis PT PAL akan terus berkarya dan berinovasi. Prestasi ini jelas memberikan nilai tambah untuk penentuan ranking Indonesian Navy.

Saat ini Interoperabilitas komunikasi taktikal dan pertukaran data antar KRI dengan platform combat management system (CMS) yang berbeda sudah bisa saling bertukar data secara real time. Interoperabilitas adalah sebuah keharusan mutlak dalam manajemen pertempuran modern. Uji pertukaran data melalui Link Id produk PT (Persero) LEN  Indonesia sukses berinterkoneksi antara KRI Halasan dan KRI Belati. Untuk keseluruhan matra, TNI sudah memiliki format perangkat kesisteman network centric warfare (NCW) produk Scytalys Yunani. Ini adalah perangkat sistem pertahanan yang terintegrasi antara TNI AD, TNI AL, TNI AU yang disebut dengan C4ISR (command, controle, communication, computer, intelligence, surveilance and reconnaissance).

Berbagai pencapaian telah diperoleh Angkatan Laut Indonesia sepanjang lima belas tahun terakhir ini. Penilaian ranking yang dilakukan WDMMW untuk TNI AL bukan sesuatu yang berlebihan berdasarkan kriteria TVR. Indonesia sejauh ini mendapat predikat itu karena program strategis MEF dan pemberdayaan industri pertahanan maritim nasional. TNI AL akan terus mengembangkan kekuatannya untuk memastikan seluruh perairan republik kepulauan ini berada dalam kontrol penuh. Untuk mendukung program Indonesia Emas, TNI AL sedang mempersiapkan visi dan misi besar. Yaitu menuju kekuatan regionality deterrent. Kita sepaham karena teritori perairan negeri ini sangat luas. ALKI nya strategis, kaya sumber daya energi fosil. Dinamika konflik kawasan saat ini dan kedepan juga perlu diantisipasi. Lebih dari itu semboyan Jalesveva Jayamahe TNI AL sesungguhnya adalah jatidiri bangsa besar ini. Di laut kita jaya karena kita bangsa pelaut di negeri kepulauan terbesar di dunia.

****

Jagarin Pane / 29 Juli 2025


Friday, July 18, 2025

Urgensi Percepatan Investasi Pertahanan

Sepanjang tahun 2025 ini pemberitaan tentang belanja alutsista Indonesia sangat intens dan menggebu. Berbagai informasi tentang belanja investasi pertahanan Indonesia menggema luas. Misalnya pengadaan ratusan drone, peluru kendali dan 2 kapal cepat rudal dari Turkiye, rencana penambahan jet tempur Rafale, artileri Nexter dan kapal selam Scorpene dari Perancis. Kemudian kepastian lanjutan program jet tempur KFX/IFX bersama Korsel, dengan rencana produksi 48 unit untuk TNI AU. Dari Indo Defence yang digelar di JIExpo Kemayoran Jakarta tanggal 11-14 Juni 2025 berbagai kesepakatan  bisnis alutsista terlihat dengan terang benderang. 

Yang bernuansa spektakuler dalam pergelaran Indo Defence ini adalah MOU pengadaan 48 unit jet tempur gen 5 KAAN buatan Turkiye untuk Indonesia. Gemanya meluas ke seantero dunia karena Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan ikut mempublikasikannya. Dia merasa bangga dan bergembira dengan kesepakatan bisnis alutsista terbesar. Sebenarnya ini adalah format bahasa marketing komunikasi produsen alutsista sebagai publikasi unjuk performansi untuk membangun image merek. Kunci kepastian pengadaan alutsista adalah sign kontrak efektif dan bayar DP seperti kontrak 42 jet tempur Rafale.

Sama halnya dulu ketika India naksir Rafale Perancis. Lalu ada publikasi dari Dassault bahwa India akan memborong seratusan jet tempur Rafale. Nyatanya sampai hari ini hanya 36 Rafale yang menjadi aset angkatan udara India. Termasuk ada kabar kaget belum lama ini bahwa Indonesia akan membeli 42 jet tempur J10 Chengdu bekas dari China yang lagi naik daun karena mampu menjatuhkan Rafale India. Dalam bahasa marketing intelligence bisa saja publikasi ini untuk menguatkan pamor Chengdu yang sedang mencari ceruk pasar. Apalagi sedang menguat pamornya pada pertempuran India Pakistan baru-baru ini.

Dunia kita saat ini sedang tidak baik-baik saja. Sedang berada dalam proses transisi perubahan tatanan dunia dari unipolar ke multipolar. Selama 45 tahun lebih sejak perang dunia kedua usai, dunia berada dalam tatanan bipolar blok barat dan blok timur. Keduanya saling berhadapan dengan menggelar kekuatan militer besar yaitu NATO dan Pakta Warsawa. 35 tahun kemudian sejak Pakta Warsawa dan Uni Sovyet bubar tatanan dunia berubah menjadi unipolar. Dengan dominasi dan hegemoni AS bersama NATO. Mereka menguasai "tatakrama dan perilaku" berdasarkan cara pandang mereka. Perang Teluk jilid satu dan dua, serbuan ke Libya dan Afghanistan adalah simbol hegemoni dan arogansi AS bersama NATO berdasarkan pembenaran argumen versi barat. Kemudian China muncul sebagai kekuatan ekonomi dan militer raksasa. Lalu terbentuk kerjasana ekonomi BRICS, diikuti terbentuknya Aliansi Strategis Rusia, China, Iran dan Korea Utara. Menyusul hadir Pakta Aukus sebagai NATO nya Indo Pasifik.

Transisi tatanan dunia, dinamika kawasan, luasnya wilayah tanah air yang kaya sumber daya alam, posisi geostrategis dan geopolitik Indonesia termasuk perebutan sumber daya alam adalah pemicu percepatan penguatan investasi pertahanan Indonesia. Kekuatan pertahanan Indonesia saat ini baru sampai pada kriteria minimalis. Limabelas tahun program MEF TNI sejak tahun 2010 telah menghasilkan pertumbuhan kekuatan alutsista pengawal republik yang signifikan. Meski baru masuk kriteria minimal. Dan saat ini kita sedang mengupayakan pertumbuhan investasi pertahanan secara extraordinary agar mampu secepatnya memberikan daya tangkal kekuatan pertahanan yang setara dengan dinamika konflik kawasan dan luasnya wilayah teritori kita.

Berbagai parameter dinamika kawasan berpotensi menjadi konflik dan perang terbuka. Termasuk berbagai contoh pertempuran di berbagai kawasan dan perkembangan teknologi alutsista. Maka percepatan untuk belanja investasi pertahanan negeri ini sangat diperlukan. Kita cermati pertumbuhan satuan tempur dan teritorial yang nyaris tak berkembang selama 50 tahun. Maka perlu pengembangan. Jumlah batalyon TNI AD misalnya hanya bertambah hitungan jari selama beberapa dekade ini. Batalyon artileri, arhanud, dan kavaleri TNI AD masih sangat kurang jika dibandingkan dengan luasnya wilayah. Air Defence System (ADS) kita perlu penguatan prioritas. Utamanya untuk lapis kedua infrastruktur satuan tembak peluru kendali surface to air jarak menengah.

Penambahan 100 batalyon teritorial TNI AD adalah bagian dari upaya untuk memastikan coverage kontrol pertahanan darat secara merata. Indonesia adalah negara kepulauan. Manajemen pertahanan internal pulau adalah bagian dari strategi pertahanan komprehensif bersama matra laut dan udara. Perkuatan matra udara dan laut adalah untuk memenuhi kriteria pre emptive strike. Doktrinnya berani masuk digebuk. Kalau sudah terlanjur masuk, matra darat yang akan menggebuk. Penambahan 100 batalyon teritorial TNI AD ini juga dalam upaya membangunkembangkan manajemen ketahanan pangan yang sedang diprioritaskan pemerintah. Kita ketahui pemerintah saat ini sedang berupaya untuk mencapai ketahanan pangan sebagai bagian dari kedaulatan pangan. Kementerian pertanian dan pertahanan bersinergi untuk percepatannya.

Manajemen tentara adalah manajemen komando. Perintah untuk ekstensifikasi dan intensifikasi lahan pertanian dan target yang ingin dicapai adalah "perintah tempur" yang harus dilaksanakan dan wajib terlaksana. Tugas ini masih berada dalam teritori operasi militer selain perang (OMSP) sesuai UU TNI. Dengan argumentasi ini kita meyakini program swasembada pangan bisa tercapai, dengan perekrutan sdm tentara yang disiplin dan sdm pertanian yang profesional. Saat ini Indonesia berhasil dengan program swasembada beras hanya dalam waktu 6 bulan sejak Nopember 2024. Sebuah prestasi yang patut diapresiasi. Perintah dan rantai komando Presiden, bersama kualitas seorang Menteri Pertanian dan Wamennya terbukti menghasilkan kinerja cemerlang.

Harus diakui bahwa sampai saat ini manajemen pertahanan kita belum kuat, masih minimalis. Sementara dinamika konflik dan pertempuran terjadi di berbagai kawasan. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa di tahun-tahun mendatang tidak ada perang. Di Indo Pasifik ada Pakta AUKUS untuk melawan China. Panmunjom Korea, Nine Dash Line, dan Taiwan adalah hotspot bisul yang bisa meletus menjadi pertempuran hebat. Thailand dan Kamboja yang bukan hotspot, tiba-tiba saja bertempur oleh sebuah sebab perselisihan perbatasan. Padahal sesama anggota ASEAN, mestinya bisa dirundingkan sesuai karakter ASEAN. Pertempuran Thailand-Kamboja adalah contoh terkini bahwa konflik terbuka bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.

Perkuatan alutsista dan pengembangan organisasi militer Indonesia saat ini adalah sebuah kenicayaan. Dalam waktu dekat Kopassus TNI AD, Kopasgat TNI AU , Kormar TNI AL akan dipimpin panglima bintang tiga. Lantamal akan menjadi Komando Daerah Angkatan Laut (Kodaeral). Beberapa Air Force Base menjadi kelas A seperti Soewondo AFB Polonia Medan. Lima Kodam baru segera diresmikan. Yaitu Kodam XIX Tuanku Tambusai untuk provinsi Riau dan Riau Kepulauan. Kodam XX Radin Inten untuk provinsi Lampung dan Bengkulu. Kodam XXI Tambun Bungai untuk provinsi Kalsel dan Kalteng. Kodam XXII Tadulako untuk provinsi Sulteng dan Sulbar. Kodam XXIII Mandala Trikora untuk provinsi Papua Selatan. Penambahan Kodam ini selaras dengan penambahan 100 batalyon teritorial TNI AD. Sementara itu batalyon Armed Roket dan batalyon Kavaleri juga akan ditambah.

Investasi pertahanan adalah amanat konstitusi. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kesejahteraan yang semakin meningkat, investasi pertahanan adalah bagian dari derap langkah yang seiring sejalan. Pertumbuhan ekonomi menghasilkan pertumbuhan GDP dan GNP. Perjalanan pertumbuhan kesejahteraan harus berada dalam payung perlindungan yang kuat dengan investasi pertahanan. Semuanya bermuara pada eksistensi dan keberlangsungan perjalanan bangsa. Kekuatan militer yang kita kembangkan adalah untuk memastikan bahwa wilayah teritori NKRI berada dalam genggaman manajemen pertahanan yang tangguh, modern dan bermarwah. Genggaman ini sejatinya adalah untuk memberikan jaminan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Bukankah dua hal ini yang menjadi bagian dari tujuan kita bernegara?

****

Jagarin Pane, 18 Juli 2025