Thursday, February 18, 2016

Ketika Jiran Mulai Terpana

Belanja militer Indonesia tahun 2016-2019 terus dipacu untuk memenuhi kriteria kekuatan pukul yang mampu diandalkan. Contohnya TNI AU dalam 4 tahun ke depan mendapat asupan dana US$ 3,1 milyar untuk belanja alutsista. Bulan Maret mendatang sudah kontrak pembelian 10 unit jet tempur Sukhoi SU35 lengkap dengan persenjataannya. Tidak hanya itu, TNI AU juga sedang mendatangkan 5 unit Hercules, 4 pesawat bom air  Beriev Be200, 6 helikopter Caracal, 4 Radar, termasuk melengkapi 15 unit jet tempur T50 dengan radar dan rudal, juga 11 pesawat KT1 Wong Bee. Tumben Wong Bee juga dikasih rudal.

Angkatan Laut ikut mempercepat laju modernisasinya. Setelah meluncurkan 1 kapal perusak kawal rudal PKR 10514 di Surabaya Januari lalu, proyeksi empat tahun ke depan TNI AL akan mendapatkan minimal 6 kapal fregat baru, 5 kapal selam baru, 4 kapal cepat rudal (KCR) 60 m, 54 tank amfibi BMP3F, 11 Helikopter anti kapal selam, berbagai jenis peluru kendali anti kapal, meriam artileri, roket dan peluru kendali pertahanan udara pangkalan.
Apache dan Ahmad Yani Class, luar biasa
Yang menarik, wilayah perairan luas Indonesia saat ini sudah ada pembagian tugas dimana BAKAMLA ditugaskan menjaga kemanan laut khususnya dari motif ekonomi seperti pencurian ikan dan penyelundupan. TNI AL khusus menjaga teritori kedaulatan negara dari ancaman militer asing.  Kapal-kapal BAKAMLA yang berukuran besar dipersiapkan juga menjadi armada cadangan TNI AL manakala terjadi perang. Kapal-kapal BAKAMLA yang berukuran 80 meter dan 110 meter dipersiapkan dengan landasan peluru kendali anti kapal.

BAKAMLA saat ini punya 20 kapal dan dalam empat tahun ke depan akan menjadi 50 kapal dari berbagai ukuran.  Sementara TNI AL yang saat ini punya 170 KRI akan dipertahankan dalam jumlah yang sama dengan melakukan pergantian armada yang sudah uzur dengan KRI berwajah fregat modern. Termasuk juga armada pendukung dan pangkalan AL.  Jumlah KRI sebanyak itu akan didistribusikan kedalam tiga armada, barat, tengah dan timur.

Sementara itu Angkatan Darat juga mengembangkan postur tempurnya terutama kemampuan daya pukulnya. Sambil menunggu kedatangan 8 heli Apache juga bersiap mendapatkan 8 heli Chinook, persenjataan artileri berat, 60 panser Badak dan Anoa. Juga penambahan batalyon kavaleri, artileri dan infantri di berbagai Kodam. Termasuk pembentukan Kodam Merdeka di Sulawesi dan Kodam Papua Barat.

Indonesia tidak akan terbendung lagi soal modernisasi kekuatan militernya. Ini sejalan dengan pertumbuhan GDP yang juga tidak tertandingi di kawasan ini.  Anggaran berbasis PDB yang mulai diterapkan tahun depan akan memastikan bahwa dalam 3 tahun ke depan anggaran militer Indonesia akan menjadi yang tertinggi di ASEAN. Sebagai contoh jika dipakai formula 2% dari PDB maka kita anggaran pertahanan kita menjadi nomor satu di rantau ASEAN.
Fregat terbaru, KRI Martadinata 331
Malaysia yang selama puluhan tahun komunitas forum militernya selalu melecehkan postur militer Indonesia, sudah mulai terpana dan terbangun dari mimpi kebanggaan keperkasaan militernya. Forum itu yang mayoritas pengisinya justru hanya dari satu puak “pemilik” semenanjung, selama ini selalu meremehkan kekuatan militer kita.  Namun saat ini kondisi ekonomi negerinya yang tersendat mengharuskan belanja militernya dipuasakan untuk beberapa tahun. 

Selama 4 tahun ini tidak ada belanja militer yang mengejutkan dari negeri jiran itu selain perbaikan alutsista, upgrade dan penambahan suku cadang.  Bahkan dua kapal selamnya pun ikut di rawat inap selama 18 bulan karena berbagai alasan teknis. Nah selama periode itu pula mereka mendengar dan menyaksikan gempitanya modernisasi militer tetangga sebelahnya yang bernama Indonesia, sebuah nama yang selalu diidentikkannya dengan TKI sehingga kesan melecehkan terbawa sampai bathin mereka.

Tiada hari tanpa ada kabar bagus tentang alutsista, baik berupa kedatangan alutsista baru maupun pesanan untuk kedepannya. Akhir Februari ini akan datang 4 pesawat Super Tucano, awal Maret kedatangan 5 jet tempur F16 Blok 52 Id, bulan-bulan berikutnya KCR, Radar, Hercules, Panser Badak, Helikopter Caracal, Tank Amfibi, Tank Leopard, Nexter, Astross, ATGM, UAV dan lain-lain akan beruntun datang memenuhi kesatrian militer negeri ini. Belum lagi adanya pesanan baru. Tahun ini dan tahun-tahun berikutnya adalah tahun-tahun yang paling meriah melihat kedatangan berbagai jenis alutsista canggih di negeri ini.

Malaysia dalam banyak hal memang selalu meremehkan kita, karena kacamata mereka hanya wajah TKI itu. Tetapi ketika kita mulai serius memodernisasi militer kita selama lima tahun terakhir ini, mereka khususnya forum milternya mulai bercermin diri dan mulai tahu diri. Apalagi saat ini Indonesia sedang membangun pangkalan militer di Natuna, mereka semakin gelisah. Karena meski pangkalan ini untuk membentengi ancaman dari utara Laut Cina Selatan tapi juga sekaligus bisa sebagai pangkalan penggempur Sabah, Sarawak dan memotong jalur logistik militer Malaysia ke Kalimantan jika pecah konflik Ambalat.

Makna dari semua pertumbuhan dan pemekaran militer Indonesia karena indikator potensi hebat yang dimiliki Indonesia memang tak tertandingi.  Itu sebabnya mengapa lembaga pemeringkat militer Global Fire Power menempatkan Indonesia sebagai kekuatan miilter terkuat no 12 di dunia, nomor wahid di ASEAN dan mengungguli Australia.  Indikatornya jelas, jumlah SDM raksasa, SDA melimpah, wilayah luas, alutsistanya bertambah modern.

Jadi ke depan kita akan menjadi kekuatan militer yang akan diperhitungkan di regional ini. Kalau hanya sekelas Malaysia atau hanya imbangi Singapura hanyalah sasaran antara. Jangka waktu sepuluh tahun ke depan kita harus menjadi yang terbaik dalam keunggulan teknologi alutsista berikut kuantitasnya. Optimisme itu menjadi ruang kesejukan manakala pertumbuhan ekonomi kesejahteraan dan PDB kita semakin membaik. Biarkan tetangga terpana sekaligus membalikkan opini bahwa wajah kita bukan TKI karena 4 tahun ke depan cerita tentang TKI sudah game over alias tidak ada lagi.  Dan kita tiba-tiba saja sudah jauh meninggalkan jiran yang selama ini merasa dialah yang paling jaguh.
****

Jagarin Pane / 18022016

Wednesday, February 10, 2016

Pesan Dan Datang Bersahutan


Kabar baik untuk TNI AU, bulan depan Menhan akan teken kontrak pembelian tahap pertama 10 unit jet tempur Sukhoi SU35 lengkap dengan persenjataannya. Pada bulan yang sama kita juga akan kedatangan 5 jet tempur F16 blok 52 Id sebagai bagian dari pengadaan 24 jet tempur F16 dari AS. Dengan kedatangan 5 F16 ini maka sudah ada 13 unit F16 yang mengisi skuadron tempur di Pekanbaru dan Natuna. Sementara itu diprediksi sampai tahun 2019 kita akan memiliki 16 jet tempur kelas berat paling canggih Sukhoi SU35. Alhamdulillah.

Sementara itu Hercules yang kelima dari Australia juga sudah menjelang datang. Kita memesan 5 pesawat angkut militer dari Australia yang sudah di retrofit. Sesuai rencana setelah kedatangan 5 Hercules ini masih ada pesanan pembelian 4 Hercules dari Australia.  Kesembilan Hercules ini akan membentuk skuadron baru di Makassar.

Tahun ini TNI AU juga akan melengkapi radal dan rudal untuk pesawat latih tempur T50 yang dibeli dari Korea Selatan.  Juga upgrade 10 F16 blok 15 Ocu agar setara dengan adik kelasnya Blok 52Id. Jadi begitulah kesannya, datang, pesan dan datang lagi.

*** Jagarin Pane / 10022016

Monday, February 8, 2016

Natuna After 2018

Boleh dibilang hot spot paling strategis sekaligus paling bergengsi untuk dikawal dan dijaga ketat tidak lain adalah Kepulauan Natuna di Laut Cina Selatan (LCS).  Saat ini pembangunan pangkalan militer sedang berjalan disana dengan anggaran ratusan milyar untuk membesarkan pangkalan udara dan laut yang sudah ada saat ini. Tujuannya jelas agar Natuna mampu menjadi pusat pertahanan teritori berkarakter lebah berikut isian segala macam alutsista.

Natuna memang harus disaranglebahkan dalam pola pertahanan teritori agar keinginan untuk mengganggu apalagi mencaplok dari penganut ekspansionis setidaknya bisa terhalangi.  Meski tidak tertutup kemungkinan sarang lebah itu mampu dibakar habis oleh kekuatan besar itu melalui pertempuran terbuka skala besar.  Jujur saja kalau berhadapan head to head secara militer jelas kita kalah kelas dengan si lidah naga.

Armada KRI, menegakkan teritori laut NKRI
Sejalan dengan itu pangkalan udara Supadio di Kalbar juga dikembangkuatkan sebagai basis militer respon cepat dan bersama pangkalan AL Pontianak berfungsi sebagai pangkalan sinergitas dengan pangkalan militer di Natuna. Indonesia tidak lagi main-main dengan diplomasi gaya Cina yang manis dibibir tapi pahit di kenyataan.  Nyatanya Cina telah membangun pangkalan militer skala besar di pulau karang Fiery Cross Spralty yang jarak tempurnya mampu menjangkau Natuna.

Indonesia after 2018 adalah sebuah wajah yang diyakini punya kemampuan ekonomi dan militer yang jauh lebih baik dari sekarang ini. Khususnya pembangunan kekuatan militer maka mulai tahun 2018 kekuatan pengawal republik sudah mendapatkan titik tumpu pertahanan yang mampu mengcover seluruh wilayah tanah air. Wilayah yang masih bolong saat ini, ruang udara Bengkulu, Tambolaka, Morotai, Singkawang sudah dicover oleh instalasi radar militer canggih. Termasuk juga alat cegat, usir dan pukulnya sehingga “doa selamat” yang dilantunkan di satuan radar Saumlaki sudah mampu dijalankan oleh jet tempur yang disebar Kohanudnas di beberapa titik tumpu pertahanan udara.

Natuna after 2018 adalah etalase hilir mudik alutsista taktis dan strategis TNI.  Bergantian jet tempur Sukhoi SU35, SU30, SU27, F16, T50 mendatangi pangkalan udara Ranai untuk saling isi, saling lengkap, saling sinergi menjaga pagar teritori yang di utara perairannya sudah ada gerakan militer saling intip antara penganut klaim teritori. Demikian juga dengan pangkalan AL Natuna sudah disebar berbagai jenis KRI kombatan, Ahmad Yani Class, Diponegoro Class, Bung Tomo Class, Martadinata Class, dan tentu saja kapal selam. Bergiliran hilir mudik untuk menyatakan dengan jelas bahwa ini adalah wilayah teritori republik Indonesia.
Navy Base Surabaya, kekuatan pukul utama
Sementara daratan Natuna, sudah tersedia 1 brigade kombatan gabungan yang terdiri dari 1 batalyon raider, 1 batalyon arhanud, 1 skuadron Penerbad, 1 batalyon marinir dan 1 batalyon paskhas berikut sejumlah alutsista yang menyertainya.  Ada Oerlikon Skyshield, ada Pantsir-S, ada Apache, ada Mi35, ada Astross, ada UAV dan seterusnya.  Tidak tertutup kemungkinan penyediaan tempat bagi sarana labuh dan bekal ulang beberapa kapal perang dan jet tempur negara lain seperti AS dan Australia.

Memperkuat pertahanan di Natuna sesungguhnya bukan untuk melawan Cina tetapi untuk menyatakan sikap secara militer bahwa kita adalah pemilik teritori Natuna secara sah dan tak terbantahkan.  Kita ketahui bahwa keinginan Cina untuk menguasai seluruh teritori laut dan pulau-pulau di LCS (Paracel, Spratly) belakangan ini sangat intensif dan terang-terangan. Perairan yang diklaim itu bersinggungan dengan perairan ZEE Natuna, meski katanya Natuna tidak termasuk.  Tetapi pernyataan diplomatik itu boleh jadi akan melenakan kita jika kita tidak tahu lidah diplomatik tidak bertulang dan boleh jadi di kemudian hari menyemburkan lidah api ke Natuna.

Makanya kita pun bersiap agar Natuna mampu melindungi dirinya dengan konsep sarang lebah.  Angkatan laut dan udara sebagai kekuatan utama akan terus dikembangkuatkan untuk mendukung ketahanan dan kedaulatan teritori.  Tahun 2018 nanti kita sudah punya setidaknya 5 kapal selam baru dari jenis Changbogo Class dan Kilo Class.  Sementara armada kapal perang permukaan sudah diperkuat dengan beberapa kapal fregat baru dengan persenjataan canggih. Demikian juga dengan angkatan udara, kita sudah punya Sukhoi SU35, tambahan SU30/27 dan F16.

Anggaran militer berbasis PDB tentu akan mampu mengangkat kemampuan dan daya tempur militer kita karena sejatinya kita masih butuh banyak kapal perang pemukul berbagai jenis utamanya fregat, destroyer dan kapal selam.  Kita juga masih butuh beberapa skuadron tempur untuk memperkuat taji kedaulatan udara. Tahun 2018 adalah tahun permulaan hasil karya jelas modernisasi militer kita dan tahun-tahun mendatang setelah itu akan semakin kelihatan postur kekuatan TNI yang sesungguhnya, gahar.

Natuna after 2018 adalah mulai terbangun dan terstrukturnya bentuk sarang lebah pertahanan.  Sudah ada kesiapan menjemput segala ancaman meski tentu saja kita tidak boleh sendirian berhadapan dengan lidah naga.  Kita tetap butuh teman lain yang membenci si juluran lidah naga. Teman itu bisa bernama Jepang, Australia dan AS. Juga Vietnam dan Filipina yang sudah terang-terangan bersengketa dengan juluran si lidah naga.  Andai saja lidah naga itu membatasi julurannya maka konflik di LCS tidak akan separah ini. Tapi apa boleh buat, nasi putih sudah menjadi bubur panas.

Kita harus bersiap karena yang kita hadapi adalah ketidakpastian iklim teritori.  Kalau kita kuat secara militer maka setidaknya ada jaminan percaya diri untuk mempertahankan teritori sembari tetap melakukan terobosan diplomatik.  Diplomasi negara dengan bayang-bayang kekuatan militer diniscayakan akan mampu menimbulkan efek segan dan sungkan pada pihak manapun yang hendak menganggu apalagi mencaplok teritori NKRI.  Jadi perkuatan militer adalah satu-satunya peta jalan yang patut didukung dan diapresiasi.
****
Jagarin Pane/08022016


Wednesday, February 3, 2016

Tuesday, February 2, 2016