Thursday, February 29, 2024

Belok Kiri Berhenti, Lurus Jalan Terus

Indonesia memastikan "harga" negosiasi untuk kelanjutan 2 proyek strategis kerja sama teknologi tinggi alutsista gahar dengan Korsel. Bahasa kiasannya adalah: belok kiri berhenti, lurus jalan terus. Jika negosiasi yang sudah berlangsung lama tetap alot ya belok kiri dulu untuk rehat di rest area. Jika sepakat untuk lurus win-win solution ya jalan terus. Kedua proyek bergengsi dan strategis itu adalah  kerjasama pengembangan jet tempur gen 4,5 semi stealth KFX / IFX dan lanjutan kerjasama pembangunan 3 kapal selam jilid 2 Nagapasa Class.

Untuk program pengembangan jet tempur KFX/IFX start awalnya sudah dimulai sejak masa pemerintahan SBY periode kedua. Cost sharing pendanaannya dibagi tiga pihak. Pemerintah Korsel 60%, KAI (Korea Aerospace Industries) 20% dan Indonesia 20%. Dari kontribusi 20% ini Indonesia menanggung cost sharing US$ 1,5 Milyar, mengirimkan 100 orang insinyur ke Korsel, mendapat 1 prototype IFX dan mendapat jatah produksi 48 jet tempur IFX. Sementara Korsel sendiri akan memproduksi 120 jet tempur KFX. Sesuai perjanjian, produksi massal akan dimulai tahun 2026. Keseluruhan proyek ini bernilai  US$ 7,9 Milyar, dan iuran masing-masing pihak dimulai Januari tahun 2016 sesuai Cost Sharing Agreement.

Baru setahun berjalan, tahun 2017 Indonesia menunda iuran oleh sebab-sebab teknis di lapangan. Tenaga ahli Indonesia mengalami keterbatasan memasuki akses teknologi sensitif. Dalam perjanjian ini PT DI mendapat akses desain, pengembangan prototype, komponen manufaktur, testing dan sertifikasi. Masalahnya adalah jeroan teknologi tinggi jet tempur ini ada yang made in Yues'e. Korsel dan AS punya perjanjian lisensi teknologi, sedangkan Indonesia tidak punya. Korsel kan sekutu AS, sedangkan kita sahabat AS "setingkat dibawah sekutu". Begitu cara pandang Paman Sam.

Presiden Jokowi berkunjung ke Washington DC 13-14 Nopember 2023 dan menandatangani perjanjian diplomatik terbaik sepanjang sejarah. Yaitu kemitraan strategis skala luas dengan Presiden AS Joe Biden. Momen ini sebenarnya bisa menjadi forum negosiasi diplomasi tingkat tinggi. Agar Indonesia bisa mendapat lisensi teknologi tempur sensitif untuk jet tempur KFX/IFX. Apalagi Indonesia dan AS saat ini sedang dalam tahap perundingan pengadaan jet tempur twin engine F15 Id. Termasuk peran penting geopolitik dan geostrategis Indonesia di Laut China Selatan. AS membutuhkan mitra strategis Indonesia di kawasan ini.

Beberapa tahun kemudian Indonesia melanjutkan pembayaran cost sharing KFX/IFX meski belum seluruh tunggakan dilunasi. Namun persoalan keterbatasan akses para Insinyur Indonesia dan belum adanya lisensi teknologi tinggi sensitif dari AS menjadi kendala pencapaian sampai saat ini. Kabar baiknya adalah Menlu Retno dan Menlu Korsel disela-sela pertemuan Menlu G20 di Rio de Jeneiro Brazil 21 Februari 2024 yang lalu sepakat untuk melanjutkan kerjasama ini. Kerjasama teknologi ini dalam tataran diplomatik kedua negara adalah penguat hubungan multi dimensi.

Serial lanjutan kerjasama teknologi kapal selam jilid 2 Nagapasa Class nyatanya harus rehat dulu di rest area "ketidaksesuaian" selama 4 tahun sejak tahun 2019. Seperti diketahui proyek prestisius pembangunan 3 kapal selam Nagapasa Class jilid 1 sudah rampung. Namun tiga kapal selam  produk transfer teknologi ini, masing-masing KRI Nagapasa 403, KRI Ardadedali 404 dan KRI Alugoro 405 tidak menunjukkan kinerja optimal sebagai kapal selam tempur. Indonesia sudah berpengalaman mengoperasikan kapal selam sejak tahun 1959 dengan memiliki 12 kapal selam Whiskey Class buatan Uni Sovyet (sekarang Rusia) dan 2 Cakra Class buatan Jerman.

Awak Hiu Kencana tahu persis dengan anatomi kapal selam. Diantara ketiga kapal selam itu hanya KRI Alugoro 405 yang dibuat di PT PAL Surabaya yang menunjukkan performansi lumayan. Bagaimana mau meneruskan pembangunan kapal selam ke 4,5,6 jika yang 1,2,3 kinerjanya kurang optimal. Jadi ini yang harus diluruskan lebih dulu. Sesuai permintaan Menhan Prabowo sebagaimana disampaikan Dirut PT PAL Kaharudin Jenod beberapa waktu lalu. Tentu setelah menerima beberapa  keluhan operasional dari awak Hiu Kencana. Musibah KRI Nanggala 402 produk Jerman yang di upgrade di Korsel  menjadi benchmark utama dalam kinerja operasional Hiu Kencana.

Dalam pandangan kita kedua proyek prestisius dan strategis ini adalah gerbang untuk mencapai perolehan teknologi tinggi alutsista. Dalam bingkai yang lebih besar perolehan teknologi IFX dan Nagapasa diniscayakan sebagai bagian untuk menguatkan prestasi Indonesia Emas. Negosiasi adalah bagian dari dinamika perjanjian agar semuanya bisa berjalan secara proporsional dan profesional. Nagapasa Class batch 2 semoga bisa berlanjut dan pembangunannya bisa dilaksanakan di galangan kapal selam PT PAL. Soal pengadaan kapal selam herder merek lain bisa paralel, karena kita baru punya 4 kapal selam. Nagapasa Class adalah lanjutan transfer teknologi. Kapal selam herder adalah kebutuhan. Semuanya untuk memenuhi target 12 kapal selam, standar minimal untuk menjaga perairan bawah laut negeri yang luas ini.

****

Jagarin Pane

Semarang, 29 Februari 2024


Sunday, February 18, 2024

Peta Jalan Semakin Terbentang

Teritori politik domestik negeri hari-hari ini sedang sibuk dengan dinamika perhitungan hasil Pemilu 14 Februari 2024. Tanpa bermaksud cawe-cawe dalam hingar bingar politik, kepemimpinan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto selama hampir lima tahun ini mampu meletakkan road map percepatan penguatan alutsista. Sekaligus mengembangkan sinergitas pertahanan dengan industri pertahanan. Termasuk menempatkan figur profesional untuk menjadi Leader di BUMN industri pertahanan. Sebagai contoh PT PAL saat ini dibawah kepemimpinan Kaharuddin Jenod tampil sebagai industri pertahanan maritim plat abang yang mulai mendunia. Siapa itu Kaharuddin Jenod silakan tanya Oppung Gugel.

Industri pertahanan Indonesia matra laut semakin memperlihatkan prestasi dalam kontestasi penyediaan kebutuhan alutsista TNI. Kombinasi antara industri pertahanan berlogo BUMN dan swasta nasional saling menguatkan dalam kerja extra ordinary untuk memenuhi target Kementerian Pertahanan. Seperti dalam pengerjaan modernisasi 41 KRI eksisting, PT PAL sebagai lead integrator mendistribusikan pekerjaan kepada 8 galangan kapal swasta nasional. Saat ini pekerjaan telah rampung 50% dan akhir tahun ini diperkirakan selesai. Upgrade 41 KRI meliputi instalasi peluru kendali anti kapal permukaan, combat management system, repowering mesin dan sistem informasi komunikasi terpadu.

Jam terbang beberapa galangan kapal swasta nasional sudah teruji dalam pengadaan kapal perang berbagai jenis yang dibutuhkan TNI AL. Misalnya pembuatan 8 kapal cepat rudal little but lethal "Clurit Class", 12 kapal jenis landing ship tank "Bintuni Class", 14 kapal patroli cepat. Termasuk kapal perang trimaran KRI Golok 688 yang fenomenal itu. Dan puluhan kapal patroli berlabel KAL. Saat ini sedang berproses pembangunan 3 kapal perang jenis korvet, 1 kapal perang intelijen bawah air, 2 kapal patroli cepat. Semuanya dikerjakan galangan kapal swasta nasional. 

PT PAL sendiri saat ini sedang menggarap proyek kapal perang prestisius baik untuk keperluan domestik maupun ekspor. Ada pembangunan 2 heavy fregate merah putih untuk TNI AL, ada 2 LPD untuk angkatan laut Filipina, ada 1 LPD untuk angkatan laut Uni Emirat Arab. BUMN matra laut ini sukses membangun 6 kapal LPD, 6 kapal cepat rudal "Sampari Class", 2 korvet "Martadinata Class", 1 kapal selam "Nagapasa Class". Sementara itu  di matra darat PT Pindad saat ini sedang menyelesaikan pesanan tank Harimau untuk TNI AD,  terus memproduksi panser Anoa dengan versi terkini. Juga panser kanon Badak dan lain-lain. Di matra udara PT DI sedang mengerjakan 6 pesawat NC 212 untuk Filipina, baru saja menyerahkan 5 unit NC212 untuk TNI AU dan memenuhi pesanan CN 235 untuk tiga matra TNI. Pesanan puluhan helikopter berbagai jenis telah diserahkan ke user TNI AU dan TNI AD.

Figur Prabowo di Kementerian Pertahanan seperti membangunkan kesadaran inspiratif kita. Bahwa penguatan manajemen pertahanan dengan dukungan industri pertahanan adalah sinergitas total. Dan harus cepat. Ketegasan kepemimpinan dan kecepatan proses memang diperlukan karena Indonesia saat ini sedang menghadapi potensi konflik skala besar. Strategi membeli waktu harus mendapat pengawalan dengan manajemen extra ordinary. Waktu yang tersedia tidak lagi berbilang dekade, hanya bilangan tahun. Maka strategi membeli waktu adalah membuat peta jalan percepatan extra ordinary.

Kita berpacu dengan waktu dan kita harus mempunyai kekuatan militer yang berbanding lurus dengan luas teritori kita.  Untuk lima tahun kedepan TNI AL minimal harus mendapat tambahan 6 kapal perang heavy fregate, 5 kapal selam, seratusan tank / panser amfibi, ratusan coastal missile. TNI AU dengan penambahan 42 jet tempur Rafale, masih harus diperkuat dengan minimal 18 jet tempur F15, 36 jet tempur IFX hasil kerjasama teknologi dengan Korsel. Juga penambahan pesawat angkut berat Super Hercules untuk kekuatan 3 skadron. Alutsista lain yang sudah dipesan adalah 24 helikopter Blackhawk untuk TNI AD, 2 pesawat Airbus A400M dan 2 pesawat A330 MRTT untuk TNI AU.

Peta jalan ke depan semakin terbentang. Dan terang benderang. Setidaknya keberlanjutan program extra ordinary penguatan postur TNI akan semakin berjaya. Termasuk menguatkan industri pertahanan strategis sebagai suplier utama pemasok logistik alutsista TNI.  Saat ini kita sedang membangun infrastruktur hardware dan software  network centric warfare, membeli satelit deteksi cakupan luas Blacksky, dan membangunbesarkan kekuatan radar GCI. Selain itu mengembangkan banyak skadron UAV di tiga matra TNI, menambah 5 skadron tempur TNI AU, menguatkan skadron intai strategis dengan pesawat AEW peringatan dini dan mengembangkan skadron helikopter Penerbad.

Sepantasnya Indonesia memiliki kekuatan pertahanan yang sebanding dengan luas wilayahnya. Menuju ke arah pencapaian itu tidak pula dengan jalan santai dan biasa-biasa saja. Karena ancaman sudah nyata. Kita harus berlari cepat untuk mencukupi aset investasi pertahanan yang diperlukan. Tiga tahun terakhir ini sebenarnya kita baru berlari dengan komando tegas. Karena dua tahun sebelumnya wabah Covid mengharubirukan negeri. Semua program pemerintah fokus untuk mengendalikan pandemi. Tiga tahun ini  Kementerian Pertahanan bergegas untuk menguatkan benteng teritori. Sat set sat set bunyi perintahnya sembari membentangkan road map modifikasi minimum essential force. Peta jalan pun semakin terbentang. Keterpilihan Prabowo dalam kontestasi Pilpres 2024 mencerahkan horizon extra ordinary penguatan militer Indonesia. Kita menyambut gembira.

****

Jagarin Pane

Jakarta, 18 Februari 2024


Saturday, January 27, 2024

PAL On Going Project

Industri pertahanan terkemuka PT PAL Indonesia sepanjang Selasa pekan ini memamerkan unjuk kinerja program strategis Kementerian Pertahanan. Kunjungan Menteri Pertahanan ke PT PAL Indonesia di Surabaya memberikan testimoni dan gambaran kepada khalayak tentang berbagai proyek strategis angkatan laut yang dipercayakan kepada industri pertahanan strategis ini. Semuanya on going project.

Sajian informasi yang dipergelarkan memperlihatkan berbagai aktivitas PT PAL Indonesia yang saat ini telah dan sedang merekrut banyak tenaga kerja dan ahli perkapalan Indonesia. Sama halnya dengan Dirut PT PAL yang dipercayakan kepada seorang Kaharuddin Djenod. Dia adalah seorang ahli rancang bangun perkapalan yang sudah bekerja mapan dan diakui di Jepang. Kemudian dipanggil pulang Erick Thohir untuk menakhodai PT PAL Indonesia mulai April 2021. Penempatan Djenod di posisinya saat ini adalah keputusan yang sangat cerdas. The right man on the right place, menempatkan sosok profesional pada keahliannya menghasilkan produktivitas dan kinerja yang cemerlang.

PT PAL saat ini sedang mengerjakan proyek prestisius, yaitu membangun 2 kapal perang terbesar untuk TNI AL. Kapal perang striking force heavy fregate Merah Putih berbobot 5996 ton dengan panjang 140 meter ini akan menjadi uji kemampuan, kecakapan dan teknologi PT PAL paling akbar. Sejauh ini galangan kapal BUMN ini sudah terbukti mampu membangun berbagai jenis kapal perang untuk TNI AL. Seperti kapal patroli cepat, kapal cepat rudal, landing platform dock, kapal tanker logistik, kapal rumah sakit, korvet 10514 Martadinata Class. Termasuk kerjasama pembuatan 3 kapal selam Nagapasa Class dengan Korsel. Sebuah pencapaian yang patut diapresiasi.

Pada saat yang bersamaan PT PAL baru saja memulai pekerjaan pembangunan 2 kapal perang landing platform dock (LPD) pesanan kedua untuk angkatan laut Filipina. Dalam istilah perkapalan memulai pekerjaan lunas kapal disebut keel laying. Seperti kita ketahui beberapa tahun yang lalu jiran utara yang baik hati ini memesan 2 kapal LPD produksi PT PAL. Kedua kapal perang  sudah diserahkan dan ternyata sangat membantu dalam pertempuran di Marawi Filipina Selatan yang terkenal heroik itu. Terutama dalam deploy pasukan, tank dan logistik tentara Filipina. Jadi battle proven neh. 

Manila merasa puas dengan kinerja 2 kapal perang pesanan pertama Tarlac Class. Kemudian memesan 2 unit lagi ke PT PAL. Artinya kita sudah mampu mengekspor kapal perang.  Uni Emirat Arab juga sudah sign kontrak efektif pengadaan 1 unit LPD dengan PT PAL. Namanya juga negara sultan, spek yang diinginkan pasti memakai kriteria sultan. Berita ekspor kapal perang ini bergaung luas di media internasional. Sebuah iklan gratis yang menguatkan posisi industri pertahanan Indonesia.

Proyek strategis yang lain adalah memodernisasi 41 KRI eksisting. Anggaran yang disediakan US$ 900 juta. PT PAL sebagai lead integrator, tidak bekerja sendirian. Ada beberapa galangan kapal swasta nasional yang mendapat kepercayaan untuk proyek ini. Bagian penting dari refurbishment 41 KRI adalah memasang infrastruktur tempur dengan peluru kendali surface to surface. Pilihannya adalah memakai rudal Atmaca buatan Turkiye dengan jarak tembak 220 km. KRI yang mendapatkan instalasi perkuatan peluru kendali ini adalah Parchim Class (12 KRI), Fatahillah Class (3 KRI), FPB (10 KRI). Informasi soal rudal ini yang kemudian menjadi topik pembicaraan kalangan forum militer tanah air. Dari pabrikannya di Turkiye ada kabar bahwa Indonesia sudah memesan 45 rudal Atmaca. Diam-diam jalan terus rupanya.

Parchim Class seperti kita ketahui adalah korvet anti kapal selam. Korvet ini dibeli bekas dan borongan dari inventori angkatan laut Jerman Timur tahun 1993. Pemasangan rudal Atmaca tentu semakin menggagahkan posturnya yang sering wira wiri patroli di perairan Natuna. Demikian juga dengan korvet Fatahillah Class yang sebelumnya punya rudal Exocet Blok 2 yang sudah expired. Instalasi rudal Atmaca akan mengembalikan marwahnya sebagai KRI pemukul dengan kekuatan peluru kendali. Selain instal rudal, program upgrade KRI eksisting meliputi repowering, pembaharuan teknologi tempur, sistem navigasi dan komunikasi, combat management system. Basis semuanya adalah Network Centric Warfare.

Untuk Martadinata class (2 KRI), Bung Tomo Class (3 KRI) dan Diponegoro Class (4 KRI) saat ini sudah memiliki infrastruktur tempur dengan rudal Exocet Blok 3. Sementara 8 kapal cepat rudal Clurit Class 40 meter buatan galangan kapal swasta nasional sudah mempunyai rudal C705 buatan China. 6 kapal cepat rudal 60 meter buatan PT PAL beberapa diantaranya sudah dipasang rudal. Upgradenya untuk sistem navigasi dan komunikasi. Selain program strategis diatas sebenarnya ada beberapa program PT PAL Indonesia  sudah "siap tayang". Misalnya membangun kapal LHD (kapal induk helikopter) dan kapal selam mini tanpa awak. Sementara ini tahan diri dulu untuk menyelesaikan on going project, termasuk melanjutkan program Nagapasa Class jilid dua.

Pencapaian prestasi monumental PT PAL Indonesia saat ini dalam perspektif kita merupakan keberhasilan based on manajemen profesional. Tentu dengan dukungan penuh Kementerian Pertahanan. Sangat wajar kita mengapresiasinya karena BUMN ini mampu menguatkan dan menunjukkan sinergitas internal dan koordinasi eksternal.Termasuk mengelola pergulatan kepentingan antar pihak yang memang selalu ada dalam bisnis korporasi. Menjadi lead integrator bersama 9 galangan kapal swasta lainnya untuk upgrade 41 KRI tentu banyak pergulatan manajemen didalamnya. Harapan besar kita semoga semua program strategis ini dapat diselesaikan sesuai target waktu. Semuanya untuk menguatkan Jalesveva Jayamahe.

****

Jagarin Pane / 26 Januari 2024


Thursday, January 4, 2024

Blunder Cawapres Satu

Sekarang tidak ada perang, untuk apa beli alat perang. Begitu pernyataan Cawapres Satu di Soreang Bandung Rabu 3 Januari 2024 dalam acara Temu Gus dengan para petani. Pernyataan beli alat perang dengan utang padahal tidak ada perang, lebih baik beli alat pertanian dengan utang, adalah pernyataan blunder. Pernyataan ini kemudian dibantah pada hari yang sama oleh Nurul Arifin anggota Komisi 1 DPR dengan menyebut filosofi Si Vis Pacem Parabellum. Jika ingin damai bersiaplah untuk perang. Dengan melihat kondisi geopolitik kawasan saat ini yang sedang memanas, mau tidak mau Indonesia harus menguatkan investasi pertahanan.

Kita tidak ingin masuk wilayah politik meskipun pernyataan Cawapres Satu terkait politik Pilpres untuk mengambil hati simpati pemilih. Namun jangan sampai kemudian khalayak salah persepsi perihal perkuatan alutsista TNI yang sedang berlangsung saat ini berdasarkan framing dan penggiringan opini. Semua harus berdasarkan fakta historis dan fakta terkini. Maka perlu kita jelaskan secara rinci berdasarkan fakta on the spot, fakta di lapangan.

Awal era reformasi kondisi alutsista kita sangat memprihatinkan bersamaan dengan gejolak GAM, ricuh di beberapa daerah dan embargo alutsista oleh AS dan sekutunya. Ketika gejolak GAM menghebat di Aceh tahun 2000-2004, TNI dengan segala keterbatasannya menggunakan jet tempur Hawk untuk mengebom, dan tank Scorpion untuk menggempur GAM. Tiba-tiba Inggris bereaksi keras agar Hawk dan Scorpion buatan dia tidak boleh digunakan di Aceh. Inggris ini sudah dua kali memperlihatkan arogansinya soal alutsista kepada Indonesia. 

Sebelumnya di era tahun 1990an ketika Indonesia membeli 40 jet tempur Hawk dari Inggris. Pada pengiriman gelombang terakhir secara ferry, 4 Hawk yang diterbangkan pilot Inggris ditinggalkan begitu saja di Bangkok Thailand. Alasannya keputusan London menghukum Jakarta karena peristiwa Santa Cruz di Dilli Timor Timur tahun 1991 yang menewaskan ratusan orang. Akhirnya pilot TNI AU yang menerbangkan pesawat Hawk itu sampai Soewondo AFB (Polonia) di Medan setelah berkoordinasi dengan otoritas Thailand.

Embargo AS karena kasus Santa Cruz menyebabkan 10 jet tempur F16 TNI AU kekurangan suku cadang. Hanya 2 unit yang ready for use dengan memanfaatkan suku cadang kanibal. Pada saat yang bersamaan tahun 2002-2007 konflik Ambalat dengan Malaysia memanas. Sebagai akibat Sipadan Ligitan lepas dari Indonesia karena keputusan Mahkamah Internasional. Suatu ketika 4 pesawat Bronco TNI AU melakukan patroli udara diatas Sipadan Ligitan, Malaysia kemudian mengerahkan 3 jet tempur F5E untuk mengusir Bronco. Jelas kalah kelas, F5E membawa rudal dan kecepatan supersonic dibanding Bronco yang baling-baling dan tak punya rudal. 

Kemudian Juli 2003, 2 jet tempur F16 TNI AU melakukan aksi "bonek" dengan mendatangi rombongan kapal induk AS di Bawean yang sedang menuju Australia. Pasalnya ada manuver 5 jet tempur F18 Super Hornet yang membahayakan penerbangan sipil di Surabaya, Makassar dan Denpasar. Bayangkan 2 jet tempur F16 kita dikeroyok 5 jet tempur Super Hornet AS. Namun mereka akhirnya patuh. Pemerintah Indonesia menaruh perhatian serius soal insiden Bawean dan embargo alutsista. Presiden Megawati kemudian mengambil langkah cepat dengan membeli 4 jet tempur Sukhoi dari Rusia. Hanya dalam hitungan bulan 4 jet tempur Sukhoi datang dan ikut memeriahkan HUT TNI 5 Oktober 2003.

Presiden SBY pernah mengunjungi menara suar Karang Unarang di Ambalat dengan beberapa KRI Maret 2005. Tiba-tiba pesawat Malaysia datang dan terbang rendah dengan bermanuver mengejek. Dalam tata krama diplomatik peristiwa ini merupakan penghinaan. Betapa arogansinya jiran sebelah manakala kekuatan alutsista kita sedang melemah waktu itu. Kasus Ambalat ini kembali membakar semangat nasionalis patriotik Indonesia. Gema ganyang Malaysia menggema. Sayangnya militer kita waktu itu kalah daya dengan jiran sebelah. Untuk angkatan udara Malaysia punya segerobak jet tempur yaitu 18 Sukhoi, 8 Hornet, 18 Mig 29, 16 F5E. Bandingkan dengan Indonesia kita  yang hanya punya 4 Sukhoi tanpa senjata, 10 jet tempur F16 dan 12 F5E dalam kondisi diembargo.

Dengan pertimbangan analisis intelijen, geostrategis dan geopolitik kawasan, Presiden SBY kemudian membuat program strategis menguatkan militer Indonesia. Program strategis ini dikenal dengan Program MEF TNI (minimum essential force), dimulai tahun 2010. Saat ini kita sudah berada di MEF jilid tiga 2020-2024. Perkuatan alutsista TNI sudah meningkat secara signifikan meski belum sampai pada kekuatan minimal yang dibutuhkan. Secara defacto Indonesia saat ini mengontrol penuh seluruh perairan Ambalat dengan kehadiran patroli 4-5 KRI bergantian bersama pesawat patroli TNI AU.

Dinamika dan provokasi di Laut China Selatan (LCS) selama sepuluh tahun terakhir dengan klaim ten dash line alias "lidah naga" China kembali menyentak kita. Natuna harus kita perkuat. Keputusannya adalah membangun pangkalan militer tiga matra di pulau garis depan itu. Provokasi China di perairan ZEE Natuna semakin menjadi-jadi. Eksploitasi Migas di Blok Natuna Timur Laut diganggu oleh kapal coast guard China dengan back up kapal perangnya.  Bahkan "ditungguin" berminggu-minggu. Indonesia kemudian mengirim kapal Bakamla dan KRI ke lokasi yang sama. Pernah terjadi electronic warfare di tengah laut. Kapal perang kita dari Parchim Class dijamming sehingga melumpuhkan kemampuan deteksi dan komunikasi. Akhirnya pulang ke pangkalan.

Program MEF adalah untuk mencukupi kebutuhan minimal gizi alutsista TNI. Kementerian Pertahanan saat ini sedang bergeliat dengan program extra ordinary. Kita sedang berpacu dengan waktu karena iklim Indo Pasifik sedang menuju konflik skala besar dan paling mematikan. Basis dari semua konflik ini adalah rivalitas antara AS dan China. Bahasa framingnya mengaduk adonan panas yang bernama Selat Taiwan, LCS dan Panmunjom Korea untuk mengajak, merangkul dan memusuhi. Diplomasi militer Indonesia yang tidak bersekutu dengan siapapun adalah dengan membangun kekuatan militer yang sebanding dengan luas wilayah. Ini sejalan dengan pembangunan ekonomi kesejahteraan. Pembangunan ekonomi dan infrastruktur mendapat prioritas terbesar dan utama. Kita bisa melihat hasilnya sejak era Presiden SBY dan Jokowi.

Semuanya seiring sejalan. Ekonomi kesejahteraan bertumbuh, saat ini PDB Indonesia ada di urutan 16 besar dunia, masuk grup elite G20. Rasio Hutang ada di 39% dari PDB, sebuah rasio yang berada di jalur aman. Bandingkan dengan Malaysia yang hampir 80% dari PDBnya. Bahwa pembangunan ekonomi adalah untuk investasi kesejahteraan maka perkuatan militer adalah investasi juga, investasi pertahanan. Investasi ini untuk masa guna jangka panjang 25-30 tahun ke depan. Lebih dari itu investasi pertahanan adalah untuk memastikan jalannya eksistensi dan marwah negara. Kekuatan ekonomi dan militer sebuah negara adalah marwah kedaulatan komprehensif. Dan Kita sedang menuju ke arah itu. Semoga Allah meridhoinya.

****

Jagarin Pane, 4 Januari 2024


Sunday, December 31, 2023

Just Cut Off, Not Stop

Anggaran investasi pertahanan Indonesia untuk memenuhi target minimum essential force (MEF) jilid 3 periode tahun 2020 sampai dengan tahun 2024 akhirnya ditutup. Dengan cut off anggaran multi years sebesar US$ 25,7 Milyar. Angka ini merupakan investasi pertahanan dengan jumlah terbesar sejak era konfrontasi Dwikora tahun enampuluhan, dengan penetapan sumber anggaran dari pinjaman luar negeri. MEF adalah program strategis militer Indonesia yang dimulai tahun 2010. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan minimal alutsista yang diperlukan dalam membangun manajemen pertahanan negeri kepulauan yang luas ini.

Dalam proses sinergitas dan koordinasi antara Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian Pertahanan, pengajuan anggaran ini sebenarnya sempat menyentuh nilai US$ 34 milyar untuk percepatan perolehan aset alutsista. Karena memang banyak yang harus dipenuhi untuk memenuhi syarat pre emptive strike dan network centric warfare. Perang Rusia dan Ukraina menjadi benchmark terkini untuk model perang modern. Sementara dinamika potensi konflik di kawasan sudah menguat dengan provokasi dan show of force based on rivalitas. Framing yang didengungkan adalah klaim kepemilikan teritori.

Cut Off anggaran adalah hal yang biasa, karena terkait dengan tahun anggaran. Sebagaimana halnya setiap Laporan Keuangan yang disusun selalu berbasis cut off dan standar akuntansi. Angka 25,7 milyar dolar yang disepakati ini sebenarnya sudah memenuhi kapasitas optimal perjuangan program Kementerian Pertahanan. Toh hanya cut off bukan stop finish. Di periode tahun 2025-2029 akan berlanjut lagi dengan program penguatan alutsista. Jadi setidaknya ambil nafas dulu, dan berkonsentrasi dengan pemenuhan kebutuhan secara bertahap. 

Data dibawah ini menunjukkan program extra ordinary Kemenhan dengan kinerja yang cemerlang. Kerjasama pengadaan alutsista TNI dengan industri pertahanan dalam negeri, dan transfer teknologi dengan industri pertahanan negara lain. Inilah gambaran hasilnya berdasarkan data dari berbagai sumber :

  1 Korvet VVIP KRI Bung Karno 369 dari GSN*

  2 Kapal Offshore Patrol Vessel dari GSN*

  4 Kapal Landing Ship Tank dari GSN*

  6 Kapal Patroli Cepat dari GSN*

  1 Kapal Tanker BCM dari GSN*

  1 KCR Trimaran KRI Golok 688 dari GSN*

  2 Kapal LPD Rumah Sakit dari PT PAL

  3 Kapal Cepat Rudal 60m dari PT PAL

  2 Heavy Fregate Arrowhead 140m PT PAL

  2 Kapal pemburu ranjau dari Jerman

  2 Kapal selam serbu

  2 Kapal PPA dari Italia

  2 Kapal fregate Fremm dari Italia

  1 Kapal submarine rescue dari Inggris

  1 Kapal hydro oceanografi dari GSN*

42 jet tempur Rafale dari Perancis

12 jet tempur Mirage dari Qatar

  6 jet latih tempur T50 dari Korsel

  3 pesawat latih KT-1 Wong Bee dari Korsel

  2 pesawat Falcon 8x dari Perancis

  2 Pesawat MRTT A400M dari Airbus

  2 Pesawat MRTT A330 dari Airbus

  5 Pesawat Super Hercules dari AS

13 Radar GCI Thales dari Inggris

12 Radar pasif Vera Ng dari Ceko

  6 Pesawat amfibi CL515 dari Kanada

  4 Pesawat CN235 MPA dari PT DI

  9 Pesawat NC212 dari PT DI

  2 Satbak Rudal SAM Nasam dari Norwegia

  3 Satbak Rudal SAM MR dari Turki

  3 Satbak Rudal SAM LR dari Turki

  3 Satbak Rudal Khan S to S dari Turki

12 UCAV Anka dari Turki

12 UCAV Bayraktar dari Turki

14 UAV Scan Eagle dari AS

  9 Helikopter Bell 412 Epi dari PT DI

  8 Helikopter EC725 Cougar dari PT DI

24 Helikopter Black Hawk dari AS

  1 Infrastruktur NCW* dari Yunani

18 Tank Harimau dari Pindad

23 Panser Badak dari Pindad

22 Panser Pandur (Cobra) dari Ceko

15 Ranpur Bushmaster dari Australia

50 Ranpur Komodo dari Pindad

50 Panser Anoa 3 dari Pindad

      Program upgrade untuk 41 KRI eksisting

      Program jet tempur KFX/IFX dengan Korsel

Keterangan:

*GSN : Galangan Kapal Swasta Nasional

*NCW: Network Centric Warfare

Kita patut mensyukuri program extra ordinary Kementerian Pertahanan ini dengan dukungan penuh Kementerian Keuangan dan Bappenas. Sementara Cut Off dulu, mampir di Rest Area. Bukan berhenti berinvestasi pertahanan karena masih banyak yang harus dipenuhi. Si vis pacem parabellum, jika ingin damai, bersiaplah untuk perang.

****

Jagarin Pane, 31 Desember 2023


Friday, December 22, 2023

Menguji Proporsionalitas Potensi Konflik LCS

Vietnam memperlihatkan kecerdasan diplomatiknya dalam menjalankan diplomasi bambu. Hanoi menjalankan percaturan politiknya dengan menjalankan dua langkah kuda berurutan selama tiga bulan terakhir ini. Bulan September 2023 yang lalu Vietnam menyambut kedatangan Presiden AS Joe Biden dengan karpet merah di Hanoi. Tiga bulan berikutnya, 12 Desember 2023, Vietnam menyambut kedatangan sahabat tradisionalnya, tetangga besarnya  Presiden China Xi Jinping. Diplomasi bambu adalah arahan politik luar negeri Vietnam untuk para diplomatnya agar lentur dan fleksibel namun kokoh dalam prinsip menyikapi dinamika geopolitik kawasan.

Sementara itu tanggal 13 Nopember 2023 Presiden Indonesia Joko Widodo mendapat sambutan hangat dari Presiden Joe Biden di White House Washington. Pertemuan ini menghasilkan perjanjian kualitas puncak yaitu kemitraan komprehensif strategis Indonesia-AS. Setingkat dibawah kriteria Sekutu. Ini adalah kunjungan bilateral penting Presiden Indonesia yang sebelumnya mendapat mandat dari negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang baru melaksanakan konferensi darurat di Riyadh Arab Saudi. Amanatnya adalah menyampaikan Resolusi OKI agar AS menekan Israel untuk menghentikan perang brutal di Gaza Strip. Dari Washington Presiden Jokowi terbang ke San Fransisco untuk menghadiri KTT APEC 14-16 Nopember 2023.

Rentang perbatasan teritori darat dan perairan Vietnam dan China adalah yang terluas. Dalam peta geopolitik ASEAN posisi Vietnam berada di garis depan berhadapan dengan teritori daratan China dan klaim China di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Laut China Selatan (LCS). Negeri Nguyen ini adalah yang paling banyak tensi "naik darahnya" berkonflik dengan China.  Tahun 1974 Vietnam, waktu itu masih bernama Vietnam Selatan terlibat pertempuran laut yang sengit di kepulauan Paracel LCS. China sukses memukul mundur Vietnam. Kemudian Februari tahun 1979 China melakukan invasi 9 hari ke perbatasan utara Vietnam. Invasi China sebagai reaksi kemarahan Paman Mao atas perilaku hegemoni Vietnam terhadap Laos dan Kamboja yang merupakan "anak asuh" China. Terkini, dalam konflik LCS selama 5 tahun terakhir ini diantara negara ASEAN, Vietnam adalah yang paling banyak bervivere pericoloso alias bersitegang dengan China.

Apa yang bisa kita maknai dari unjuk kinerja kualitas diplomatik diatas. Bahwa proporsionalitas potensi konflik di LCS sesungguhnya merupakan peta jalan menuju rasionalitas. Untuk lebih mengumandangkan syair sinergitas kerjasama ekonomi kesejahteraan kawasan. Sementara diplomasi militer, gertakan militer dan yang sebangun dengannya termasuk show of force adalah bagian dari bargaining power diplomasi setiap negara untuk menunjukkan akar dari kekuatan diplomasi bambu. Sekuat apapun angin puting beliung menerjang bambu, akarnya cukup kuat bertahan menghadapi gempuran. Itu sebabnya saat ini Vietnam, Filipina dan Indonesia bergerak cepat membangun kekuatan militernya untuk menghadapi angin puting beliung yang suatu saat bisa saja menghantam LCS.

Skala prioritas potensi konflik Indonesia dengan China sebenarnya lebih rendah kadar tingkatannya dibanding dengan Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunai. Klaim China di LCS yang bersinggungan dengan Indonesia hanya di perairan ZEE Utara Natuna. Sementara ke empat negara ASEAN lainnya "bertarung" dengan China memperebutkan pulau-pulau atol  Spratly dan Paracel di perairan yang kaya sumber daya energi fosil itu. Oleh sebab itu dalam pandangan kita duduk perkara klaim China ini, Indonesia harus menempatkannya pada pada kursi keseimbangan rasionalitas berbaju proporsional. Tidak perlu emosional.

Meskipun demikian menyikapi dinamika demam berkepanjangan di LCS ini sangat wajar dan sangat perlu jika Indonesia bergegas memperkuat otot militer. Antisipasi utama adalah untuk menjaga dan menegakkan kewibawaan teritori negeri di Natuna. Lebih dari itu, yang perlu diketahui khalayak, bahwa sampai dengan hari ini kekuatan militer Indonesia belum sampai pada kriteria kekuatan minimal. Dalam tataran doktrin militer defensif aktif perlu kekuatan minimal yang dipersyaratkan. Kita belum sampai di persyaratan itu. Dan saat ini prioritas penguatan alutsista adalah unuk angkatan laut dan angkatan udara. Syarat utama doktrin pertahanan "berani masuk digebuk" harus memiliki kekuatan pukul yang gahar di matra laut dan udara.

Dalam uji proporsionalitas potensi konflik di LCS Indonesia tidak boleh terjebak dalam framing proxy war antara dua gajah dan sekutunya. Rivalitas pertarungan perebutan trophy hegemoni antara AS sebagai petahana dan China sebagai kompetitornya,saat ini begitu sengitnya. Saling jegal satu sama lain terlihat jelas dalam semua dimensi pergaulan dan perdagangan internasional. Sampai ke soal teknologi tinggi microchif. Demikian juga dalam adu cerdas berdiplomasi. Dalam kunjungan Presiden China ke Vietnam Desember ini, Xi Jinping terang-terangan menyebut sebagai puncak keberhasilan diplomasi China. Bagi Vietnam kemitraan dengan China yang baru  terbentuk ini memberi ruang harapan untuk membangun saling percaya dan meredakan ketegangan di LCS. Bagaimanapun China adalah mitra kerjasama ekonomi terbesar bagi Vietnam.

Dengan perkembangan diplomatik terbaru ini, Indonesia dan Vietnam termasuk juga Filipina harus bisa menguatkan uji kesepadanan dan ketahanan dalam politik luar negeri dan diplomasi militer. Sejauh ini dalam peta geostrategis militer di ASEAN, AS sukses merangkul Indonesia, Filipina, Malaysia. Berbagai serial latihan militer gabungan seperti Garuda Shield di Indonesia dan Balikatan di Filipina berlangsung dalam skala besar dan berulang. Termasuk latihan militer skala kecil yang melibatkan satuan marinir, batalyon TNI AD, pilot jet tempur dengan militer AS dan Australia. Dalam konteks diplomasi militer berbagai serial latihan gabungan ini berperan sebagai show of force dan mengingatkan pihak sono agar tidak gampang "ngamukan".

Uji proporsionalitas ini juga bagian dari strategi membeli waktu sembari terus memperkuat taring militer TNI. Kita menempatkan persoalan klaim ZEE Natuna secara proporsional dengan kecerdasan dan kepiawaian berdiplomasi. Tidak terpengaruh oleh framing ajakan permusuhan global salah satu pihak dan persekutuan militer merupakan bagian dari menguatkan posisi dan marwah negeri. Syarat utamanya kekuatan ekonomi dan kekuatan militer harus berkelas. 

Bagaimanapun dalam bingkai kerjasama ekonomi internasional, saling ketergantungan take and give adalah satu-satunya jembatan penghubung yang harus dibesarhebatkan untuk kesejahteraan bersama. Jembatan itu jangan dihancurkan hanya karena persoalan klaim ten dash line dan rivalitas. Mari bercermin pada perang hebat dan melelahkan antara Rusia dan Ukraina, dan perang brutal di Gaza Strip. Mari bercermin dari deraian air mata Ibu dan tangisan anak yang tubuhnya berdarah terkena serpihan amunisi.

****

Jagarin Pane / 22 Desember 2023

"Selamat Hari Ibu"