Wednesday, March 11, 2020

Dipercepat Dong


Produksi tank Harimau pesanan TNI AD sudah dimulai, demikian juga dengan panser Badak. Termasuk panser amfibi Cobra yang difinishing di Pindad, aslinya adalah panser Pandur II dari Ceko.
Filipina naksir Harimau. Kapasitas produksi Pindad terbatas. Mau buat 18 Harimau, mau buat 12 Badak, mau merakit pansam Cobra, lagi merakit ranpur Sanca dan Komodo. Panser Anoa juga masih produksi. Berarti Filipina antri dulu kalau jadi beli. Moga-moga aja jadi, dan sabar.
Arhanud jadul "Simbah S60" tua2 keladi makin tua makin bertaji. Ratusan alutsista buatan Uni Sovyet tahun enampuluhan ini mau diintegrasikan menjadi air defense digital system. Tentu untuk memayungi kota-kota besar di Indonesia dari ancaman serangan udara. Baguslah.
Iver Class for Indonesian Navy
TNI AU merilis progress pembangunan kekuatan di timur negeri. Infrastuktur Koopsau III sudah selesai dibangun di Biak. Skadron 'angkut sedang', sudah diisi dengan 4 pesawat CN 235. Skadron baru 'angkut berat' Hercules yang bermarkas di Makassar juga sudah diisi 4 Hercules. Belum lengkap memang.
Yang sedang dipersiapkan skadron Helikopter TNI AU di Jayapura. Alutsista helikopter sudah dipesan. Skadron tempur lokasi definitifnya belum ditetapkan. Biak atau Kupang. Soal lokasi win win aja deh. Biak sudah siap, Kupang juga. Yang penting jenis jet tempurnya intersep.
Iver yang digadang-gadang, kembali dikunjungi pabriknya di Denmark oleh pejabat Kemhan dan anggota DPR. Sudah empat kali lho. Mau beli dua, kenapa gak tiga sekalian. Kan armada tempur kita ada tiga, masing-masing dapat bagian. Gak pake lama lho.
Proyek PKR 10514 jilid dua mau dilanjut, agak dipercepat gitu. Raja Belanda datang untuk memastikan Damen Schelde dapat lampu hijau. Mestinya sudah sejak tahun 2018 proyek ini dilanjut. Jadi tidak ada jeda terlalu lama. Misal usia KRI Martadinata 331 sudah delapan tahun baru adiknya yang nomor tiga lahir. Kelamaan kan.
TNI AL perlu kapal perang berbagai jenis. Semua berjalan biasa, padahal perlu jalan cepat. Satu LPD rumah sakit sedang dibuat. Tiga KCR paket lengkap lagi diproduksi. Program lanjutan pembuatan kapal perang jenis LST dan BCM jalan terus. Nah yang lemot adalah untuk menghadirkan KRI striking force Iver Class dan Martadinata Class paket dua.
CH4 Wing Long
Kita mau kedatangan paket alutsista model baru. Namanya Hanud area berupa satuan peluru kendali darat ke udara jarak sedang. Merknya Nassam 2 buatan Norwegia. Disebut model baru karena selama setengah abad kita tak punya pelapis kedua sistem pertahanan udara.
Selama ini model hanud kita hanya dua lapis yaitu jet tempur dan peluru kendali SAM jarak pendek. Dengan kehadiran satuan peluru kendali jarak sedang maka tersedia 3 lapis model pertahanan udara. Prioritas untuk Ibukota dan Natuna.
Proses pengadaan jet tempur F16 terus berjalan. Tetapi tiba-tiba AS mencabut status RI utk urusan perdagangan dari negara berkembang jadi negara maju. Artinya tidak ada lagi fasilitas keringanan alias GSP untuk produk ekspor kita ke AS.
Kenapa GSP dikaitkan dgn pembelian alutsista AS. Karena surplus perdagangan mau diseimbangkan dengan cara beli F16, Hercules dll. Jika fasilitas GSP dihapus ya mending cari produk lain dong sebagai bentuk independensi RI.
Apalagi soal Sukhoi SU35, setelah Ratas di kantor Menko Polhukam baru-baru ini, tiba-tiba semua pada pelit bicara. Maka menjadi pertanyaan apakah ancaman Caatsa dari AS menjadikan menteri-menteri itu pelit bicara.
Kita simak saja sembari mengajak semua proses itu: Dipercepat dong. Ayo dong. Buktikan independensi negeri. Datangkan Sukhoi SU35, percepat kontrak Iver, teken segera pengadaan jet tempur intersep selain SU35. Lanjutkan proyek KFX/IFX. Tunjukkan pada rakyat keseriusan membangun kekuatan militer dengan kinerja percepatan. Sebelum keburu resesi.
****
Bandung, 7 Maret 2020
Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI.