Saturday, March 14, 2020

Drama Tersanjung Berakhir Tersandung


Betapa semangatnya kita ketika lima tahun lalu dicanangkan sebuah program pengadaan alutsista strategis dan bergengsi. Mimpi untuk mendapatkan jet tempur mutakhir Sukhoi SU35 menjadi catatan perjalanan panjang. Dengan harap, dengan sukacita, dengan bangga, dengan damba. Berakhir dengan hampa.

Sebuah drama yang banyak menyita perhatian kalangan forum militer tanah air. Menjadi forum diskusi yang hangat, menjadi harapan sejuta umat, dinanti dengan segala hormat, dirinci detail prosesnya dengan cermat, lima tahun lewat akhirnya tamat karena Caatsa mau melumat.

Dibilang gondok sudah pasti, sebab inilah sebuah proses pengadaan alutsista yang paling bertele-tele. Anggaran sudah disediakan jauh-jauh hari. Sudah satu suara antara Kemenhan dan TNI. Sudah dibuatkan rumah skadronnya di Iswahyudi, sudah disiapkan pilot-pilotnya. Sudah dititipkan 3 Sukhoi SU27 di Iswahyudi agar pilot tidak bengong terus.

Su35, yang digadang-gadang tapi terhadang
Begitu tersanjungnya episode drama ini. Tentang sebuah harapan kebanggaan, tentang marwah dirgantara, tentang martabat teritori, tentang daya gentar dan getar. Tetapi akhirnya justru digentarkan dan digetarkan Caatsa Paman Sam. UU Caatsa AS mengharamkan siapapun yang beli alutsista Rusia akan dilibas dan digilas.

Begitulah, dan tanda-tanda itu sejatinya sudah mulai terlihat pada Ratas di kantor Menko Polhukam beberapa waktu lalu. Seusai rapat tiba-tiba para Menteri jadi pelit bicara. Yang terdengar hanya kalimat demi pertimbangan geostrategis dan geopolitik. Gak ada lanjutan kalimat lain.

Artinya dengan begitu selama lima tahun ini tidak menghasilkan apa-apa. Jika ada penggantinya pun misalnya jet tempur Rafale pasti akan butuh 3 tahun lagi. Atau jika disetujui dapat ganti F35 pasti butuh durasi 5 tahun lagi. Benar-benar tersandung.

Meski begitu kita percaya dengan Menhan Prabowo yang cepat mengambil keputusan. Toh soal proses pengadaan SU35 itu tidak dalam wilayah kendalinya. Dia hanya berada di hilir yang menerima proses akhir. Kita meyakini Prabowo akan ambil langkah strategis yang cepat dan cermat.

F16 Viper, tinggal tunggu waktu
Maka harapan kembali kita suarakan agar proses pengadaan jet tempur Rafale segera dipercepat. Paling pantas dan cepat menjawab tekanan Uak Sam adalah membeli puluhan jet tempur Rafale. Kalau perlu salip saja dengan proses pengadaan jet tempur F16 Viper yang sekarang sudah hampir final.

Pelajarannya adalah bukan karena soal duit. tetapi proses yang bertele-tele. Seandainya bisa diselesaikan 2 tahun sejak tahun 2015 maka kita tidak sampai pada pemberlakuan Caatsa. Dan hari ini sudah bisa menyaksikan jet tempur penggentar Sukhoi SU35. Benar-benar tersandung dan gigit jari.

Pesan kuat kita untuk Menhan Prabowo, percepat semua proses pengadaan alutsista. Gak usah dibikin ribet. Duitnya ada kok. Bahkan sudah disediakan dana On Call. Beli banyak Rafale, segera teken Iver. Lanjutkan proses Gowind. Sambut ajakan Raja Belanda untuk buat kapal perang setara Iver yaitu Omega.

Udah gitu aja, masih gondok sama Uak Sam. Benci tapi rindu dan dibutuhkan. Mau dilawan dia Jawara dan sewaktu-waktu bisa jadi payung untuk konflik Laut Cina Selatan. Itu yang disebut kantor Menko Polhukam: demi kepentingan geostrategis dan geopolitik. Kita mengalah saja, sambil membayangkan wajah santri pak Mahfud MD.

****
Jagarin Pane
Yogya 14 Maret 2020
Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI.