Thursday, June 23, 2011

Selamat Datang 24 Jet Tempur F16

Skuadron F16  TNI AU
Akhirnya TNI AU kesampaian juga menambah perkuatan jet tempur paling populer di dunia dan paling banyak spiesesnya, F16, setelah Kongres AS menyetujuinya sebagai tahapan akhir dari proses hibah.  Jujur saja kita katakan ada rasa plong dan lega nafas dengan persetujuan ini karena itu berarti jumlah F16 kita akan menjadi 34 unit yang berarti bisa disamakan dengan 2 skuadron.

Dan kalau mau diputar ulang sejenak, maka sejak Desember 2010 sampai pekan keempat Juni 2011 TNI AU sudah memperoleh pesanan koleksi tambahan 56 pesawat tempur berbagai jenis yang terdiri dari 16 Super Tucano, 16 T-50 dan 24 F16. Tiga proses pengadaan alutsista penggebuk TNI AU boleh kita sebut sebagai upaya  yang gemilang dan cepat dalam decision.  Hanya dalam waktu enam bulan ada 3 decision untuk perkuatan alutsista TNI AU.  Kita berharap pada tahun ini juga sudah ada sign decision kontrak penambahan 6 unit Sukhoi untuk melengkapi 10 Sukhoi yang sudah ada saat ini.

Tentu sekarang sedang dipikirkan oleh petinggi TNI AU sebagai unit yang punya barang alutsista penggebuk yaitu alokasi skuadron F16. Untuk Super Tucano  sudah dipastikan ditempatkan di Lanud Abrurrahman Saleh Malang.  Di Lanud ini juga ada 1 skuadron angkut berat Hercules dan  sisa 4 unit OV-10 Bronco dengan status grounded tapi masih bisa operasi loh.  Skuadron T-50 sebagai pengganti Hawk Mk-53 tetap ada di Lanud Iswahyudi Madiun.  Saat ini Hawk Mk-53 masih beroperasi dengan kekuatan 6 pesawat tempur.

Yang jelas jika 34 F16 ditempatkan semuanya di Madiun kok rasanya penuh sesak gitu. Di Iswahyudi juga ada 1 skuadron pesawat tempur F5E sebanyak 12 unit.  Dari sisi pertahanan pangkalan, tak elok jika dalam satu pangkalan terdapat pemusatan kekuatan pesawat tempur. Mestinya ada persebaran kekuatan alutsista pesawat tempur  untuk memudahkan patroli udara pada ruang udara kita yang sangat luas ini.

Biak, Medan, Kupang dan Tarakan diyakini sudah masuk nominasi “audisi” penempatan pangkalan F16.  Yang paling siap dari keempat pangkalan itu adalah Biak.  Pangkalan di utara Papua ini sudah siap lahir bathin menerima pinangan pesawat tempur, sudah punya radar canggih, sudah punya “among tamu” 1 batalyon Paskhas yang segar-segar (karena baru dibentuk).  Waktu  Lanud Supadio Pontianak ditempatkan 16 pesawat tempur baru jenis Hawk 100/200 tahun 1996, belum memiliki pasukan pertahanan pangkalan yang bernama Paskhas sehingga Paskhas yang ada di Lanud Sulaiman Bandung bedol desa alias bertransmigrasi ke Pontianak sebelum akhirnya dibentuk 1 batalyon Paskhas yang baru.

Biak sudah siap menerima pesawat tempur tetapi Medan juga membutuhkan kehadiran pesawat tempur untuk mengimbangi patroli tempur negara jiran di seberang selat Malaka.  Sementara Tarakan juga sangat perlu kehadiran pesawat tempur minimal setingkat Flight tetapi terus menerus sepanjang tahun, tidak seperti sekarang sifatnya musiman.  Kondisi meminta ini sama dan sebangun  dengan Lanud El Tari Kupang NTT.

Maka boleh jadi prediksinya adalah menempatkan 1 Skuadron (12 unit) F16 di Medan dan 1 skuadron (12 unit) F5E di Biak, kemudian 1 flight  (4 unit) F16 di Tarakan dan 1 flight (4 unit) F16 di Kupang.  Sisanya sebanyak 14 unit F16 tetap bermukim di markas besar F16 Madiun.  Namanya juga prediksi tentu tak jua harus sepemikiran dengan pengambil keputusan petinggi TNI AU namun jika ditilik dari pola persebaran kekuatan tempur AU kita, choice ini bisa jadi pertimbangan.

Lalu bagaimana dengan dinamika Laut China Selatan yang ada di depan hidung Natuna.  Boleh saja dilakukan pergeseran pesawat tempur Hawk di Pekanbaru yang saat ini berjumlah 20 unit,  6 unit diantaranya ditempatkan di Ranai untuk patroli sekitar Natuna secara rutin dan berkesinambungan.  Dalam kondisi tertentu bisa juga 6 F16 di Medan dialihtugaskan ke Natuna untuk patroli udara, atau kombinasi flight Hawk di Pontianak dengan flightt F16 di Madiun.

Perpindahan skuadron F5E ke Biak untuk saat ini dipandang lebih pas jika  melihat urgensi nilai ancaman.  Kehadiran F5E dimaksudkan agar ruang udara Papua dari Biak, Jayapura, Timika dan Merauke dapat dicover oleh patroli udara skuadron ini.  Ini bukan berarti pesawat tempur F16 tidak ikut berpartisipasi, bisa, berdasarkan urgensi dan nilai ancaman.

Akan terasa lebih lega lagi jika TNI AU sudah punya 2 skuadron Sukhoi sebagai alutsista pemukul strategis, 1 skuadron eksisting di Makassar, 1 skuadron lainnya bisa saja di Lanud Suryadharma Subang atau di Belitong.  Dari sisi coverage kedua lokasi ini dianggap mendekati ideal, menjaga ibukota Jakarta, bisa menjangkau Natuna, Sarawak, Singapura dan Semenanjung, sekaligus tidak bersinggungan dengan coverage Sukhoi di Makassar.

Apapun itu, kehadiran 24 pesawat tempur F16 di ruang dirgantara kita memberikan rasa segar, lega dan binar. Apalagi jika formasi kekuatannya menjadi 32 Sukhoi, 34 F16, 16 T50, 16 Super Tucano dan 36 Hawk 100/200.  Tentu rasanya tidak sekedar segar, lega dan binar  tapi menjadi bunga, bangga, harkat dan aura gahar.  Untuk aura yang satu ini diam-diam sudah menjadi perbincangan hangat di kalangan militer negara jiran dan pengamat militer asing. Biarkan saja mereka berbincang.

*****
Jagvane / 23 Juni 2011