Thursday, January 28, 2021

Mempersoalkan Global Fire Power

Setidaknya selama tujuh tahun terakhir ini situs internasional Global Fire Power (GFP) secara rutin memberikan reportase tahunan ranking kekuatan militer konvensional dunia. Dengan sembilan indikator utama tidak termasuk indikator senjata nuklir, dan belasan sub indikator yang mendampingi dirumuskanlah pola ranking kekuatan militer dunia. Indonesia selama tujuh tahun terakhir berada di ranking 14-16 dunia. Bulan Januari 2021 ini GFP menempatkan Indonesia di urutan ke 16 besar dunia dari 138 negara, urutan ke 9 Asia dan number one in ASEAN.

Perpres No 18 tahun 2020 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2020-2024 khususnya di bidang pertahanan, memasukkan Global Fire Power Index dan Global Teroris Index sebagai salah satu target rujukan pencapaian. Artinya pemerintah Indonesia meyakini bahwa indikator yang menjadi dasar formula index secara keseluruhan memenuhi agregat perumusan obyektivitas. Lalu apa yang dipersoalkan.

Ketidakpercayaan warga forum militer (formil) di beberapa media sosial dan beberapa pengamat militer, lebih disebabkan tidak gerunnya perolehan alutsista Indonesia sampai saat ini. Baik secara kuantitas maupun kualitas. Jadi tidak pantas berada di urutan 16 besar dunia, diatas Singapura dan Australia yang punya alutsista canggih. Dengan Singapura saja secara kuantitas dan kualitas angkatan udara Indonesia masih kalah kelas dari negeri mungil itu. Singapura punya jet tempur F35, F15, F16 mencapai lebih dari 100 unit.

Tetapi publik formil lebih sering terpukau dengan kekuatan angkatan udara. Sehingga mengabaikan kekuatan matra lain. Padahal matra AL dan AD punya peran strategis dalam interoperability pertempuran. Dengan mengambil contoh Singapura sebagai pembanding, angkatan laut dan angkatan darat Indonesia secara kuantitas lebih kuat dari Singapura. Kuantitas alutsista dalam penilaian GFP adalah bagian dari sistem penilaian kekuatan militer sebuah negara.

Dalam bidang pertahanan Singapura sangat jelas menganut doktrin pre emptive strike. Karena posisi geostrategis dan geopolitik negeri itu terhimpit oleh dua jiran yang besar, Indonesia dan Malaysia. Doktrin militer seperti ini, jika terjadi konflik terbuka harus mampu menghancurkan musuh sebelum memasuki wilayah teritorinya. Maka diperlukan kekuatan angkatan udara yang unggul terhadap jirannya.

Australia juga menganut paham gebuk dulu sebelum masuk. Kita lihat peta Australia yang distribusi populasi terbesar hanya di  New South Wales, Victoria dan South Australia. Maka Australia mengelola manajemen pertahanan dengan menempatkan jet-jet tempur canggihnya di utara benua ini yang nota bene kosong populasi penduduk. Perisai pertahanan Australia bertumpu pada kekuatan AL dan AU.

Indikator yang menjadi pijakan GFP tidak melulu soal kecanggihan alutsista tapi juga memasukkan parameter luasnya teritori, jumlah populasi penduduk, produksi bbm dan jumlah tenaga kerja. Misalnya indikator logistik militer Indonesia dengan enam sub indikator yaitu labor force, lantamal,kekuatan maritim, coverage jalan raya, coverage jalan kereta api, bandara. Seluruh potensi kekuatan indikator ini jelas mengalahkan Singapura. Belum lagi indikator man power seperti populasi jumlah penduduk, jumlah tentara aktif termasuk cadangan, kapasitas mobilisasi umum, geostrategis, sumber daya alam. Indonesia mengungguli Singapura.

Global Fire Power adalah versi dan sudut pandang. Jika tidak sepakat buatlah versi lain yang lebih meyakinkan. Sebab jika hanya membantah, menyanggah dan mempertanyakan (sekaligus meremehkan) artinya hanya sebatas debat warung kopi. Kita meyakini bahwa indikator dan sub indikator yang dibangun untuk menghasilkan index komprehensif GFP adalah fakta, bukan rekayasa. Itu sebabnya di Perpres 18/2020  index GFP menjadi salah satu target untuk pencapaian perkuatan militer disamping MEF (Minimum Essential Force) dan kontribusi industri pertahanan dalam negeri.

Target pemerintah sampai tahun 2024, Indonesia bisa masuk 10 besar kekuatan militer dunia versi GFP kita apresiasi. Namun untuk memenuhi target itu tidak hanya mengandalkan pemenuhan kuantitas. Seperti melipatgandakan pasukan cadangan melalui Komponen Cadangan. Prioritas utama adalah memenuhi kebutuhan alutsista striking force berkualitas gahar. Seperti 4 skadron jet tempur, sejumlah kapal perang kelas fregat, kapal selam, UAV, radar, pesawat early warning. Kemudian memperkuat basis pertahanan udara dengan peluru kendali jarak menengah dan jarak jauh. Tidak ketinggalan menjaga selat-selat strategis dan pulau Natuna dengan peluru kendali pertahanan pantai. Lebih utama dari semua itu adalah mempersiapkan implementasi network centric warfare. Kalau itu tercapai layaklah kita berada di urutan 10 besar kekuatan militer versi GFP.

****

Jagarin Pane /28 Januari 2021

52 comments:

  1. Bung Jagarin, C4ISR buatan Scytalys Yunani yang sedang dipesan oleh Indonesia apakah cukup hanya satu buah untuk mengcover seluruh wilayah Indonesia?

    Apakah negara-negara selain Indonesia memiliki lebih dari satu unit C4ISR di negara mereka masing-masing ataukah cukup satu unit saja tiap negara? Mohon infonya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. C4ISR cukup 1 saja karena mencakup semua network centric AD, AL, AU.

      Jepang dan Korsel juga pakai C4ISR buatan Scytalys Yunani

      https://www.indomiliter.com/jalan-menuju-network-centric-warfare-scytalys-bangun-sistem-data-link-untuk-interoperabilitas-tni/

      Delete
    2. Sdh terjawab ya๐Ÿ˜๐Ÿ˜

      Delete
  2. saya suka kalimat ini :

    "Sebab jika hanya membantah, menyanggah dan mempertanyakan (sekaligus meremehkan) artinya hanya sebatas debat warung kopi"

    yang merasa paling pintar, baca dan dimengerti apa arti kalimat tersebut diatas

    GoodJob Bung @H.Jagarin
    ๐Ÿ’ช๐Ÿ‘๐Ÿ’ช๐Ÿ‘

    ReplyDelete
  3. Kita boleh berdebat dgn penilaian GPF.
    Secara pribadi sy setuju dgn indikator yg dipake GPF dalam menentukan peringkat militer dunia.

    Contoh sederhana.
    Perbandingan militer Indonesia dan Singapore menurut GPF lebih kuat militer Indonesia.
    Alasan sederhana walaupun peralatan militer Singapore lebih canggih dari militer Indonesia.

    Tapi tdk didukung jumlah pangkalan dan tentara yg memadai sangat riskan jika pangkalan diserbu / dihancurkan duluan melalui operasi khusus oleh musuh.

    Sangat setuju dgn opini bung Jagarin.

    ReplyDelete
  4. Aq ragu Mef thp 3 tercapai, lawong Mef 2 saja kedodoran

    Pdhl tinggal melnjtkn, anggaran juga lebih2 besar dr pd Mef 1 yg jauh melebihi trgetnya...

    ReplyDelete
  5. Changbogo jilid 2.....?
    Ifx.....
    Martadinata jilid 2.....?
    Apalagi iver...., lawong martadinata yg tinggal lnjtn g jlan

    Su 35.,....? Ya mesti kena catsa, la wong Ttd lemot, seandainya Ttd kontrak sblm berlkunya catsa ya sudah d madiun su 35

    ReplyDelete
  6. Bagus salute bung jagarin.
    Apalgi lagi pandemi gini pemgadaan nya agak twrhambat.

    2024 semoga tercapain amin

    ReplyDelete
  7. Website entertainment begitu, data&metode dipertanyakan, peneliti CSIS tertawa melihat ini, apa karena gratis dan tidak perlu ribet sana sini?? coba sebutkan 1 negara di dunia ini yg pakai GFP sebagai standar penilaian dan jadi pedoman regulaai? Ya cuma negara kepulauan di selatan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jika tidak sepakat buatlah versi lain yang lebih meyakinkan. Sebab jika hanya membantah, menyanggah dan mempertanyakan (sekaligus meremehkan) artinya hanya sebatas debat warung kopi.

      Delete
    2. Bener beud,,om taming sari jika tdk memberikan alternatif standar penilaian tandingan yg diakui orang banyak,, maka klaim nya jd debat ala warkop,, maru seruput lg kooinya om ☕๐Ÿ˜Ž

      Delete
    3. Wkwkw susah kalo adu argumen sama pemuja GFP mah :v

      Delete
    4. GFP mmg mantap...masa brazil peringkat lebih tinggi dari italia dan jerman..
      sedangkan indo lebih kuat dari aussie dan korut yg punya rudal balistik nuklir...mau ketawa tapi takut dosa.. ๐Ÿ˜ƒ๐Ÿ˜…๐Ÿ˜†

      Delete
  8. Lah,Jepang yg warganya ga sebanyak Indonesia bisa menguasai dunia dengan Alutsista nya yg banyak.kalau doktrin kita tunggu masuk dulu baru di gebuk,ya persentase nya 50/50.

    ReplyDelete
  9. Mengapa ya pemerintah kita tuh senengnya rame duluan eh ..ujung2nya?.coba kita contoh paling gres yunani diam2 udah klear dgn rafale..dan juga perancis kok nawarin bukan pd kita yg ngebet? Trus jd nggah dgn kita ya rafale,scorpione,dll.Gimana Bung JAGARIN
    WIRO

    ReplyDelete
    Replies
    1. Krn yunani sedang ada sengketa konfrontasi dgn Turki,

      Delete
    2. Sabar, kendala non teknis. Gak bisa masuk. Tesla aja yg mau berkunjung ke indonesia harus cancel karena pandemi

      Delete
  10. Doktrinnya masuk dulu baru digebuk
    Ini doktrin ww 2 ya Woi Uda kuno
    Wkwkwkwkwkwwkwkwkwkwkwkkwkwkwwkwwkw
    Jadi kalau yg masuk rudal jelajah dan balistik mau digebuk pake apa,pake shorad?emang ada ya perang sekarang masuk kemusuh pake pasukan wkwkwkwkwkwkwk,lihat Woi perang diluar sana,jangan halu terus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Indonesia still has strong commitment to improve its air defense capability, include on ground based missile. Other than plan to acquire more NASAMS, it has also laid out plan to buy another MR SAM for Air Force. But government hasn't approve yet any foreign loan slot for LR SAM.

      Sabar ngab..
      Arah pengadaan rudal sudah terlihat ni.
      Neptune tinggal kontrak

      Delete
    2. Bro Nomad, istilah "Ngab" dan "Mod" itu apa sih? Soalnya sering lihat dua istilah itu di kolom komentar formil FB. Mohon informasinya bro. Trims.

      Delete
    3. Ngab=bang
      Mod=minister of defence (kementrian pertahanan)

      Delete
    4. This comment has been removed by the author.

      Delete
  11. Bagus Tulisannya Bung Jagarin. TETAP OPTIMIS DEMI REPUBLIK INDONESIA ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

    ReplyDelete
  12. Kembali ke Jargon lama : Mikir Mulu Beli Kagak

    ReplyDelete
  13. masih banyak negara yg terkendala pembelian ALUTSISTA nya, tapi Indonesia walau perlahan pembelian tetap ada di saat ada pandemi covid,,jadi ojo kesusu semua sdh diperhitungkan oleh Dephan dan TNI jd tetap saya dukung TNI,, setuju boleh like๐Ÿ˜Š

    ReplyDelete
  14. Negara lain udah pake konsultan macam JANES SAMA MILITARY,DAN THE MILITARY BALANCE,negara kita masih percaya aja sama GFP kan ngakak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jika tidak sepakat buatlah versi lain yang lebih meyakinkan. Sebab jika hanya membantah, menyanggah dan mempertanyakan (sekaligus meremehkan) artinya hanya sebatas debat warung kopi

      Delete
    2. La ada gua udah sebutin SIPRI,SAMA THE MILITARY BALANCE,JANES.COM udah banyak negara yang sewa konsultan mereka udah gak di ragukan lagi

      Delete
  15. Lawak macam apa GFP aja ngawur masa angkatan laut BOLIVIA DI ATAS JEPANG KAN ANEH jelas2 Bolivia gak punya laut

    ReplyDelete
  16. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  17. Ingat pertahanan cuman bukan soal alutsista,contoh kalo pespurnya banyak tapi cadangan minyak nya nggak ada sama aja bohong

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkkwkw lawak gak malu apa kita latihan pake monumen gaada pencegat yang mumpuni ,misal tomahawk kek,atau dongfeng nyasar sini mau di tangkis pake apa ? Pake SHORAD ? lagian pertahanan udara minim,kapal perang kurang gada cover ke seluruh indonesia,sekarang jamannya alutsista canggih

      Delete
    2. Arah Pengadaaan LR SAM sudsh terlihat cuma disini anggaran nya belum ada,

      Delete
    3. Bertahap bro,MEF kan udah nampak hasilnya walaupun sedikit

      Delete
  18. Walau saya sependapat bahwa peringkat militer tidak hanya peralatan militer namun di dalamnya termasuk juga jumlah penduduk dan sumber daya alam namun jika melihat sejarah kolonial, banyak negara di dunia yg banyak penduduknya spt india, cina, dan indonesia dijajah oleh bangsa eropa dgn hanya mengandalkan persenjataan modern sampai inggris pun bisa menjajah hampir semua negara di dunia hanya berbekal sedikit tentara namun dgn persenjataan modern kala itu. Jadi intinya pertahanan militer suatu negara kudu mempunyai persenjataan mutakhir karena jika tidak percuma mempunyai resources yg cukup banyak namun akhirnya bisa dijajah dan dimanfaatkan oleh negara penjajah tsb. Resources sebetulnya malah menjadi daya tarik negara lain utk memerangi dan menjajah suatu negara. Penduduk yg banyak tdk akan berkutik bila menghadapi mesin2 perang yg mengerikan. Bisa jadi dikemudian hari drone akan menjadi senjata andalan utk menyerang, menguasai, dan mengontrol daerah2 jajahan dimana sebelumnya mereka sdh menghancurkan basis2 pertahanan negara tsb dgn peluru balistik dan pembom. Bukan tdk mungkin suatu saat nanti jika resources di dunia sdh menepis,cina bisa saja akan menjajah indonesia! Seperti yg mereka lakukan kpd tibet, turkistan, dan kepulauan spratly di laut natuna utara.

    ReplyDelete
  19. Israel kecil tapi menjajah timteng
    Israel dikeroyok negara besar dan kaya menang,singa coba lihat meng otoi Malon
    Air beli murah,Johor diselonongboy,batu puteh dikuasai,dan masih banyak lagi bahkan noh fir masih dikuasai negara seupil singa.ini karna singa kuat alutsistanya dia biru Israel biar kecil tapi sakti alutsistanya.
    Mosok gfp menempatkan Mesir paling kuat ditimteng,padahal dia negara kalah perang sama Israel,coba deh diadu sekarang Mesir lawan Israel pasti keok itu mesair,jadi gfp itu halu tingkat zionis.
    Coba deh lihat keakuratan gfp ini,Israel vs Mesir coba siapa yg menang jika perang satu lawan satu,gue yakin Mesir keok.jadi dari sini aja udah terlihat pembohongnya gfp ini.
    Mau aja di oto2 in lembaga abal2 wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkk

    ReplyDelete
  20. Indonesia still has strong commitment to improve its air defense capability, include on ground based missile. Other than plan to acquire more NASAMS, it has also laid out plan to buy another MR SAM for Air Force. But government hasn't approve yet any foreign loan slot for LR SAM.

    ReplyDelete
  21. Mau aja loe pada diotoin gfp versi zionis,wkwkwkwwkwkwkwkwkwkkwkwkwkkw
    Coba deh lihat dengan realita Mesir vs Israel,Mesir diatas israel.kok perang satu lawan satu pasti keok itu mesir.jadi gfp nya berarti kan pembohong tingkat halu,kok kita itu berbicara harus melihat fakta bukan halu.masuk duluan baru gebuk,wkwkwwkwkk
    Kok yg masuk rudal jelajah atau balistik mau digebuk pake apa bacot ya?
    Taktik ww2 kok masih aja diterapkan bangun Woi Uda siang ntar kesurupan.
    Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkekkwkkwwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bacot lue kan bisa nangkis rudal jelajah atau balistik.. wkwkwkkwkwkwkwk

      Delete
  22. Banyak manusia halu,sok kuat wkwkwwkwkwkwwkwkwkkwwkwkwkkwwkwkwkkwkwk
    Gfp versi halu zionis jadi acuan wkwkwk
    Dari faktanya aja gak jelas,mosok Israel raja timteng kalah sama Mesir wkwk gue benci Israel tapi fakta yg berbicara bukan bacot.dari segi apapun Mesir kalah telak,emang Mesir punya ratusan f16,puluhan mig35,puluhan Rafale,tapi f16 Mesir semuanya kopong cuman ada sideminder jadul gak ada rudal bvr nya alias zook amraam,cuman Rafale dan mig doang yg ada.
    Dari situ aja Uda jelas siapa yg kuat
    Tapi gfp kok bilang Mesir daiatas Israel,sementara Israel rudalnya bejibun,sideminder,amraaam,Derby,Pyton,iron dome,barak 8,David Sling,patriot,arroww 1,2,3,4belum lagi rudal jelajahnya dan balistiknya.
    Wkwkwkwkwkwwkwkwkwkwkwkwkwkkwwkwkkwwk

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah nggak ada gempur Wira disini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gempur wira spesialis antagonis di defense studies๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜

      Delete
  24. Saya senang dengan analisis2 serta pendapat dr postingan2 bung jagarin, dan saya selalu menantikan setiap 2 minggu sekali seperti yang dulu di janjikan๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„, tp sekarang kok jd lama lagi keluarin postinganya bung... ๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„salam sejahtera dan sehat selalu bung...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thx, tentu ada kesibukan lain. Menampilkan tema tulisan juga butuh informasi terkini yg sdh valid. Salam hangat bung dan sehat selalu,amin๐Ÿ™๐Ÿ™

      Delete
  25. Indonesia juga memiliki datasemen bravo, datasemen 80, datasemen jala mangkala, kehebatannya diakui dunia

    ReplyDelete
  26. Warga formil biasa takjub dg alutsista negeri selevel p batam. Ane yakin Alutsista mrk cuma dipakai pajangan aja, tdk utk perang. Mau bukti?

    ReplyDelete