Program strategis Angkatan Udara Indonesia mulai menunjukkan peta jalan besar
yang menggempitakan. Renstra ke 4 (2020-2024)
yang bersamaan dengan MEF 3 dijabarkan dengan lugas oleh KSAU di Universitas
Pertahanan Sentul Bogor 28 Mei 2018 yang lalu. Sementara itu tahun depan akan
dibentuk skadron helikopter dan skadron angkut militer di Makassar.
Jika pembentukan 2 skadron itu terealisir maka beban kesibukan Air Force Base
Hasanuddin akan jadi luar biasa. Bayangkan saja ada 2 skadron tempur kelas
berat Sukhoi SU27/30/35, ada skadron intai strategis, ada skadron helikopter,
ada skadron angkut berat yang pasti akan diisi si bongsor Hercules, dan skadron
teknik. Lalulintas penerbangan militer dan sipil akan semakin padat tentunya.
Kemudian ada penambahan 6 satuan radar terbaru diantaranya untuk Bengkulu,
Singkawang, Sumba, Morotai, Jayapura diniscayakan akan memberikan ruang mata
dan telinga yang tajam untuk memantau gerak gerik yang bergerak di teritori
dirgantara kita. Termasuk berupaya semaksimal mungkin memelototi jet tempur siluman
F35 tetangga. Bisa gak ya.
F16 di Biak. TNI AU sudah memiliki 33 unit dan akan terus ditambah |
TNI AU sudah mengumumkan akan menambah 3 skadron tempur baru untuk mengisi
Airforce Base seperti di Biak, Kupang dan Natuna. Jika ini terpenuhi dalam
renstra IV dan MEF III maka kriteria minimum essential force (MEF) tentara
langit kita akan terpenuhi. Tetapi itu baru minimum lho, bukan memadai apalagi
ideal. Begitu pun pencapaian itu patut disyukuri karena itu berarti sudah memecahkan
rekor, melebih kekuatan udara jaman Dwikora dulu.
Kalau mau bicara memadai saja diharuskan ada tambahan lagi 1 skadron tempur Sukhoi SU35 untuk ditempatkan
di Yogya dan 2 skadron tempur seperti F16 Viper atau yang sekelas dengannya
untuk ditempatkan di Kalimantan dan Batam. Sebaran jet tempur seperti ini seperti
ini akan menjamin respon cepat terhadap segala bentuk ancaman teritori udara
kita. Kenapa di Yogya karena Adi Sucipto AFB sepenuhnya nanti akan menjadi
pangkalan angkatan udara dan penerbangan sipil sudah pindah ke NYIA (New
Yogyakarta International Airport) di Kulon Progo.
Yang menarik adalah pembentukan detasemen peluru kendali anti serangan
udara jarak sedang dan jauh. Untuk satuan peluru kendali jarak sedang sudah ada
Nasams untuk pengawalan ibukota dan Natuna. Kita meyakini alutsista jenis ini akan
terus ditambah untuk melindungi obyek vital dan pangkalan militer kita. Kabar
terakhir sudah ada kontrak lanjutan yang ditandantangani.
Khusus untuk satuan peluru kendali jarak jauh diproyeksikan untuk mampu
menangkis serangan rudal ke ibukota jauh sebelum rudal itu menyentuh Jakarta.
Mengambil contoh serangan rudal AS ke Suriah yang tidak lagi spektakuler karena
ada tangkisan rudal anti serangan udara jarak jauh. TNI harus mengambil
pelajaran dari kasus ini.
Peluru kendali SAM jarak menengah NASAMS |
Peta jalan membangun kekuatan angkatan udara kita memerlukan asupan
anggaran yang cukup besar. Kita meyakini bahwa semua program itu akan
terlaksana pada periode 2019-2014. Angkatan udara adalah perlambang kekuatan
teknologi militer sekaligus gengsi kehebatan militer sebuah negara. Sinergi yang bagus antara angkatan udara dan
angkatan laut untuk negeri kepulauan kita adalah pre emptive strike yang
diyakini akan menjadi kekuatan pemukul nomor satu di masa depan.
Angkatan Udara dan Angkatan Laut adalah tameng dan benteng utama negeri
kita karena disinilah bermula dan berakhirnya keunggulan militer meski daratan
belum dikuasai. Lagian model pertempuran
yang akan dihadapi kelak adalah perebutan sumber daya alam. Misalnya penguasaaan Kepulauan Natuna oleh
Cina. Setelah berhasil direbut tentu si Naga akan menjaganya dengan kekuatan
full combatan.
Maka bergegaslah wahai tentara langit, mata elangmu dan kecepatan respon
adalah segalanya, hitungannya sudah jam dan menit. Maka perkuatan alutsista
tentara langit adalah kemutlakan yang harus dipercepat sesuai tuntutan
lingkungan yang dinamis. Semoga peta jalan hebat ini akan menjadi sebuah kenyataan
dankebanggaan infrastruktur angkatan udara kita. Sekali lagi tentara langit kita adalah poin kebanggaan
ber NKRI sekaligus payung teritori yang paling bergengsi.
****
Jagarin Pane
Surabaya, 3 Juni 2018
Mudah mudahan bung..selama ini kita mikirnya lambat dan kurang revolusioner..
ReplyDeleteSaya berharap ada tambahan 16 skuadron pesawat tempur, di NTT, di Kepulauan Aru, di Kaimana, di Setui, di Puncak jaya, di NTB, di Natuna,di Kutai Barat, di Berau, di Tarakan, di Batam, Gorontalo, di Palu, di Morotai, di pulau Sabang, di pulau Nias, di Pangkalan Bun, di malinau.
ReplyDeleteBoleh tapi prioritaskan jet tempur seperti F-16v dan Su-35 yg memiliki teknologi tercanggih dibandingkan jet lain dikelasnya
Deletetergantung kebijakan ke depanya.. dan cepat atau tidaknya keputusan yg diambil. contoh su35. baru ditandatangani butuh waktu lama hampir 4tahun. padahal cuma 11 pesawat.
ReplyDeleteNegonya sampai ubanan..wkkk
ReplyDeleteKita harus keluar dari tekanan pak as dan jangan terlena dengan ma chi. Nkri harga mati.
ReplyDeleteAKAN PUNYA .... Hahahahaha
ReplyDeleteEkonomi AKAN TUMBUH 7% per tahun ....
SEMUANYA AKAN ... AKAN ... AKAN .. AKAN
TRADISI dan KEKONYOLAAN AYNG TERJADI DI NEGARA AKAN .. AKAN .. AKAN .. AKAN ...
ReplyDeleteProses jual beli jet tempur canggih Sukhoi Su-35 Super Flanker sebanyak 11 unit untuk TNI AU ternyata belum berakhir dengan penandatanganan (kontrak efektif) antara Kementerian Pertahanan RI dan Pemerintah Rusia.
Selain uang muka yang harus dibayarkan agar batas akhir kontrak menjadi efektif pada bulan Agustus 2018, ternyata ada lagi satu masalah besar yang membayangi proses akusisi jet tempur yang sangat dibutuhkan oleh TNI AU tersebut.
Seperti diberitakan oleh Liputan 6 (3/6), ternyata pihak Indonesia yang ngotot dengan skema barter komoditas sampai sekarang sama sekali belum bisa menentukan komoditas apa yang hendak ditawarkan ke pihak Rusia!
Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan, Untuk imbal beli ini akan dibuat working group dari kedua belah pihak, jadi kita masih bahas rincian job description dari working group ini. Nanti komoditasnya di working group dibahas.”
Padahal, dulu Kemendag yang mengatakan bahwa imbal dagang akan dilakukan kalau kontrak sudah ditandatangani. Ternyata dua-tiga bulan berlalu, birokrasi Pemerintah RI terlalu lambat merespon dan benar-benar menunggu sampai batas akhir yaitu Agustus untuk menentukan jenis komoditinya. Sumber: UC News Aryo Nugroho
Biar lambat asal nambah pas dikirimnya bung
ReplyDeletekita tunggu aja tgl mainnya dan selalu optimis salam NKRI
ReplyDelete2019-2014 ?
ReplyDelete