Hanya berjarak waktu sebulan dari latihan sebelumnya, militer
Indonesia kembali mengasah pedang dengan menggelar dan menggelegarkan pulau
Natuna melalui simulasi pertempuran darat bersama aneka ragam alutsista dan
lebih 4000 prajurit matra darat. Mengapa
kembali digelar latihan perang di pulau garis depan itu, padahal TNI AU baru
saja menggelar unjuk kekuatan besar-besaran disana. Inilah pertanyaan yang
diomongi banyak orang.
Jawaban diplomatisnya, ini kan teritori sah kita yang
posisinya ada di garis depan, pulau terluar. Jadi Seluruh matra TNI wajib mendiagnosa
detail wilayah perbatasan yang lagi demam sebagai antisipasi. Jawaban militernya,
jangan coba-coba menganggu wilayah teritori NKRI, berani masuk digebuk. Jawaban Presiden Joko Widodo lebih sederhana
lagi, ini perintah langsung dari saya sebagai Pangti. Ayo para jiran mau
ngomong apa.
MLRS Astross II Mk6, ikut ke Natuna |
Maka selama dua pekan ini Natuna didatangi kiriman
alutsista dari Jawa. Ada yang lewat laut
ada yang lewat udara. Tank Leopard yang bobotnya 63 ton harus dilayarkan dengan
kapal ADRI bersama panser Anoa, Tank APC M113, Tank Marder, Tank AMX, Tank
Scorpion. Sayangnya pada saat diperlukan kapal khusus angkut tank Leopard KRI
Teluk Bintuni 520 masuk dok. Yang menarik MLRS Astross dan artileri 155mm
Caesar Nexter bisa diangkut dengan Hercules sehingga mempercepat pergerakan
alutsista.
Berbagai jenis Helikopter tempur yang dimiliki TNI AD
dikerahkan ke Natuna misalnya Heli serbu Mi35, Bell 412Ep, Mi17 dan lain-lain. Begitu
seriusnya latihan ini sampai-sampai Penerbad menarik pulang 3 Helikopter Mi17
yang sedang bertugas menjalankan misi PBB di Mali. Heli Mi17 diangkut pulang
dengan menggunakan pesawat Antonov langsung ke Halim. Simulasi pertempuran
darat ini diyakini akan menjadi unjuk kekuatan yang terbesar dengan pengerahan
alutsista modern yang dimiliki TNI AD.
Dengan pergerakan dan penggelaran alutsista di Natuna, tentu berdampak bagus bagi rasa
nasionalisme patriotik warga kita yang berdomisili disana. Dan memang harus
begitu, dipertunjukkan bahwa kalian yang berada di garis depan teritori RI ada
dalam perlindungan TNI, kalian dipayungi oleh tentara pengawal republik.
Siapapun yang ada di perbatasan.
Cina, walaupun tidak menampakkan reaksi diplomatik tetapi
jujur saja akan mengintip suasana latihan tempur itu. Ini hal yang biasa dalam
kacamata militer. Apalagi dengan
kecanggihan teknologi satelit dan UAV. Termasuk juga AS dan Singapura akan
memantau serius jalannya latihan tempur itu. Latihan antar satuan tempur TNI AD
melibatkan batalyon kavaleri, artileri, infanteri mekanis, arhanud, zeni
tempur, raiders, penerbad. Ini juga menguji kesiapan interoperability sistem
komunikasi, koordinasi dan persenjataan.
Artileri Caesar Nexter, ikut meramaikan |
Nilai tambah latihan tempur TNI AD yang dijadwalkan
dimulai tanggal 10 Nopember 2016 ini akan kembali disaksikan oleh Presiden
Jokowi bersama seluruh Gubernur di Indonesia. Ini juga bagian dari pesan jelas
itu bahwa Natuna bagian NKRI. Para Gubernur datang untuk merasakan suasana
pertempuran di Natuna. Kalau itu
terlaksana maka hanya selang waktu satu bulan Presiden kita kembali lagi
mengunjung Natuna. Bukan kah ini sebuah pesan yang jelas. Sudah jelas kan.
Berbagai skenario jalannya pertempuran sudah disetting.
Misalnya kalau “doktrin berani masuk digebuk” lebih banyak dijalankan oleh TNI
AU dan TNI AL maka skenario “musuh sudah masuk baru digebuk” jelas menjadi
domain TNI AD. Musuh yang masuk lewat sebuan pantai akan dijegal oleh tank
Leopard dan kawan-kawan. Skenario serangan udara musuh maka Arhanud akan berperan
memuntahkan rudal jarak pendeknya.
Penerjunan PPRC juga bagian dari serial latihan besar ini.
Tetapi jujur saja, untuk ukuran republik yang luas ini,
kuantitas dan kualitas alutsista TNI masih belum memadai termasuk
sebarannya. Masih banyak yang harus
ditambah dan disebar. Pembangunan pangkalan militer di Natuna yang sedang
berlangsung tentu memerlukan banyak isian alutsista untuk ditempatkan disana.
Juga di tempat-tempat lain seperti Biak, Saumlaki, Sorong, Kupang, Tarakan.
Jika pemerintah dengan dorongan kuat parlemen menjalankan
program anggaran pertahanan berbasis PDB maka dalam lima tahun ke depan isian
alutsista yang dibutuhkan (bukan yang diinginkan lho) dapat terpenuhi.
Alhamdulillah untuk anggaran tahun 2017 diperlihatkan awal korelasi berbasis
PDB dengan koordinasi yang baik antara Menkeu, Menhan dan DPR. Kemhan mendapat
alokasi anggaran sebesar 108 trilyun, ini yang terbesar.
Jadi pembangunan pangkalan militer Natuna berjalan sesuai
rencana. Dua tahun lagi selesai dan
wajah pangkalan itu “bolehlah”. Ada bunker kapal selam, ada bunker jet tempur,
ada rudal SAM jarak sedang, ada UAV, ada radar tiga dimensi, kapal perang
striking force. Sementara di tempat lain republik ini isian alutsista akan
terus berdatangan dalam tahun-tahun mendatang.
Latihan militer skala besar bisa berjalan dengan mulus. Tentu semua ini
akan mematangkan dan memantapkan profesionalitas prajurit TNI.
Karena Natuna ada di garis depan yang paling tinggi nilai
ancamannya maka wajar dong pulau itu dibentengi dengan kekuatan militer yang
besar. Termasuk kegiatan latihan militer
seluruh matra TNI, adalah dalam rangka membiasakan suasana dan pengenalan medan
garis depan. Kekayaan sumber daya
alamnya harus dijaga dan dilindungi.
Lebih dari itu kedaulatan dan kewibawaan teritori NKRI adalah segalanya.
Jadi sering-seringlah mengasah pedang di teritori Natuna.
****
Jagarin Pane
Semarang, 02 Nopember 2016
ada pesan tersirat dari yang tersurat buat kawasan gan jagpane,,,ni natuna bagian tak terpisahkan dari NKRI jangan kau usik !!
ReplyDelete