Perintah penting datang langsung dari panglima tertinggi
TNI Presiden Jokowi seminggu sebelum unjuk kekuatan TNI AU di Belitong tanggal
28-29 September 2016. Sesuai rencana
sebelumnya Belitong akan “dihancurkan” oleh sedkitnya 48 jet tempur berbagai
jenis yang dimiliki TNI AU lewat serangan udara bertubi-tubi selama dua
hari. Namun seminggu sebelum tanggal
itu, Jokowi memerintahkan lokasi latihan tentara langit dipindah ke Natuna.
Ada apa gerangan. Dinamika kawasan Natuna menunjukkan
bahwa kita perlu menampilkan apa yang kita miliki dalam sebuah keharusan yang
diwajibkan secara mendadak. Boleh jadi
sebagai show of force TNI AU, bisa juga untuk membalas unjuk kekuatan di
seberang laut yang dipertontonkan secara terus menerus. Atau mengobati rasa
kecewa hitungan mundur peluncuran rudal Cina yang tak sesuai perintah Jokowi
dalam serial latihan Armada Jaya sebelumnya.
Jet Tempur F16, jumlahnya saat ini 23 unit |
Bahasa militer adalah lanjutan dari laporan intelijen. Bahasa
militer yang seperti ini mungkin saja sebagai bentuk kemarahan karena
disepelekan. Bisa juga karena ada yang mengatur-ngatur lewat jalur diplomasi
agar di Natuna suasana diupayakan tidak banyak gerakan militer. Ini sempat
dilontarkan oleh Menko Polhukam Luhut Panjaitan beberapa bulan lalu. Padahal
pihak sana berpesta terus mengeluarkan jurus manuver kung fu dan pamer kekuatan.
Pemindahan lokasi latihan tentara langit secara mendadak
adalah bagian dari metode simulasi yang tak direncanakan. Jadi sangat mendekati
dengan kondisi sebenarnya jika memang suatu saat Natuna harus diselamatkan dari
ancaman agresi militer. Bayangkan persiapan di Belitong sudah cukup matang,
simulasi banker, jet tempur “ecek-ecek” dibuat bersama “fasilitas militer” yang
akan dihancurkan. Pergeseran radar
mobile, alutsista canggih oerlikon skyshield, berbagai jenis peluru kendali, bom,
pesawat tempur, pesawat angkut sudah disiagakan.
Manfaat dari pergeseran lokasi latihan ini adalah menguji
kondisi emergency alias kondisi darurat yang tidak sesuai dengan rencana
latihan yang sudah dibuat. Menguji kemampuan dan kecerdasan pemikir strategis
angkatan udara kita untuk bertindak cepat tepat dalam suasana yang tidak ada
dalam plot rencana. Ini bukan pekerjaan
sederhana, memindahkan alutsista mahal, koordinasi antar satuan, gerakan
pasukan ke tapal batas yang hanya punya satu pangkalan AU, pemindahan amunisi
dan logistik perlu kerja cerdas.
Pekanbaru, Batam, Jakarta, Pontianak adalah pangkalan
angkatan udara yang berperan penting untuk latihan puncak tentara langit. Bandara Hang Nadim menjadi pangkalan aju untuk 7 jet tempur Sukhoi yang bermarkas di
Makassar dan 10 F16 yang bermarkas di Pekanbaru. Supadio Pontianak menjadi rumah
sementara bagi 8 jet latih tempur T50 Golden Eagle dan 6 Super Tucano. Beberapa pesawat angkut Hercules, CN295
diberangkatkan ke Batam, Supadio dan Natuna.
Formasi Sukhoi dan F16 di Istana Negara Jkt |
Maka mulai tanggal 03 Oktober sampai dengan tanggal 6
Oktober 2016 Natuna akan dikerumuni puluhan jet tempur lewat berbagai manuver
pertempuran. Hiruk pikuk suasana pertempuran itu akan spektakuler di mata
masyarakat di sana karena ini adalah untuk pertama kalinya sepanjang sejarah
latihan tentara langit dalam jumlah besar dikerahkan ke Natuna. Hampir separuh kekuatan TNI AU dikerahkan
dalam sebuah latihan operasi militer yang tidak direncanakan sebelumnya.
Poin penting dalam pengerahan alutsista mahal ini adalah,
untuk menghadapi satu titik panas teritori kita membutuhkan kuantitas alutsista
yang mencukupi dan kualitas alutsista yang canggih. Nah jika terjadi dua titik panas dalam sebuah
insiden teritori tentu distribusi alutsista tadi harus disebar. Maka berulang
kali kita menyatakan bahwa jumlah jet tempur, radar dan rudal kita masih belum
mencukupi.
Maka sangat wajar jika kita mengharap sign kontrak
pengadaan jet tempur Sukhoi SU35 segera direalisir. Jumlahnya pun mudah-mudahan
tidak dicicil tetapi langsung satu skuadron lengkap dengan persenjataannya. Jika ini terjadi maka pecahlah rekord beli
alutsista jet tempur 16 biji lengkap dengan tentengannya. Bukankah sebelumnya kita selalu beli eceran,
beli 4 sukhoi kosongan, lalu nambah 6 lagi juga kosongan, beli lagi 6 biji baru
ada paket rudalnya dan itu butuh waktu 12 tahun.
Tantangan berteritori kita bukan cerita fiksi tetapi
kenyataan dan ada di depan mata. Jadi kalau masih ada yang sibuk bilang kita
tidak punya musuh, kita bersahabat dengan semua negara, lebih baik ngurusin
bencana alam yang di depan mata, maka jalan pikiran orang seperti itu adalah
kacamata kuda. Mempersiapkan militer yang kuat adalah bagian dari cara menjaga
perdamaian dan persahabatan.
Militer yang kuat akan melapis kekuatan diplomasi. Ibarat orang ngomong, kalau gerakannya gagah
gemulai maka omongannya gak dianggap. Militer yang kuat adalah untuk memastikan
omongan kita didengar dalam bingkai diplomasi, menjaga harkat dan martabat ber
NKRI. Menguji tentara langit di Natuna adalah bagian dari pesan diplomatik itu
karena bahasa militer adalah bahasa otot.
Sangat pantas kita menguji otot kita di Natuna untuk mejaga kewibawaan
teritori Republik Indonesia.
****
Jagarin Pane / 02
Oktober 2016
muangtaff
ReplyDeletePesawat segitu bakal kalah telak kalo di salvo sama rudal2 china
ReplyDeleteIndonesia memiliki berbagai jenis pesawat canggih seperti Sukhoi dan F-16 cukup untuk menjaga udara NKRI
ReplyDeletePerbanyak jumlah pesawat tempur dunk, pesawat kuk cuma sedikit, beli dunk yg agak banyak
ReplyDeleteAkan percuma utk menandingi China, 60 kapal selam, 60 frigate dan destroyer..ratusan pesawat tempur, Cara yg paling cocok menangkal hegemoni China pakta pertahanan Asia Pacific... The tidak akan bisa dgn Cara lain
ReplyDeleteAkan percuma utk menandingi China, 60 kapal selam, 60 frigate dan destroyer..ratusan pesawat tempur, Cara yg paling cocok menangkal hegemoni China pakta pertahanan Asia Pacific... The tidak akan bisa dgn Cara lain
ReplyDeleteMakanya jon.., sering2lah baca strategi militer
ReplyDeleteitulah gunanya ada TNI-AD,Arhanud,Marinir & pertahanan rakyat semesta
TNI sudah berpengalaman dalam perang gerilya & berlarut bersama rakyat (250jt).
walau nanti kalah di laut & di udara, tapi itu tentara PLA gak bisa -
mendarat dengan mudah di Natuna atau pulau lainnya. akan lama perangnya & berlarut.
Sekuat apa sih PLA bertahan di laut(bertahun-tahun),sementara TNI hanya bertahan di pantai.
Sungguh suatu kerugian besar bagi PLA hanya untuk ambil sepetak kecil laut di Natuna.
Buat apa menang dilaut kalau tidak bisa mendarat,
belum lagi dibantu serang oleh negara sahabat yg ikut dirugikan oleh PLA.
Jadi PLA mikir 1000 X, untuk bentrok dengan TNI-AL di laut Natuna.
(just IMHO) hehehe..