Kedatangan
Presiden SBY ke Darwin Australia tanggal 2 Juli 2012 untuk “menjemput” hibah 4
Hercules dari Australia dan keputusan Kemhan untuk membeli langsung 100 tank
Leopard dari Jerman dengan membatalkan beli dari Belanda menyiratkan sebuah
keinginan cepat bahwa kita memang lapar alutsista. Kita masih sangat butuh asupan gizi alutsista
untuk memberikan kegagahan bagi hulubalang republik. Khusus Leopard Belanda
yang mencla mencle itu keputusan Kemhan perlu diapresiasi karena ini sekaligus
ingin menggenggam ketegasan,tak ada akar rotan pun dikejar. Yang jelas rotan
lebih bagus dari akar, beli langsung dari yang membuat Leopard.
Indonesia
masih sangat membutuhkan alutsista untuk memperkuat satuan tempur TNI segala
matra. Itu sebabnya daftar belanja
alutsista kita memang luar biasa kontennya untuk memberikan nilai kecukupan
bagi tentara yang mengawal negeri ini.
Tentara kita sudah kenyang dengan latihan fisik, bela diri, survival dan
adu ketangkasan. Yang belum dicukupi
adalah gizi alutsista sebagai bagian dari kriteria 4 sehat 5 sempurna dalam
postur tentara. Yang ke lima itu tentu alutsista yang modern dan berteknologi
karena kita berada dalam era teknologi.
Oleh karena itu kelengkapan tentara bukanlah pedang atau tombak
sebagaimana serdadu jaman dulu melainkan piranti teknologi yang tersimpan dalam
segala jenis alutsista yang dimiliki.
3 Fregat TNI AL mengawal Jalesveva Jayamahe |
Peningkatan
kekuatan satuan tempur TNI mestinya tidak lagi berorientasi asal banyak jumlah pasukan
namun lebih dikembangkan pada kekuatan alutsista dengan integrasi sistem
teknologi pertempuran untuk mendapatkan gelar sebagai pasukan berkualifikasi teknologi
tempur dan mampu menjalankannya.
Perkuatan alutsista di berbagai batalyon hendaknya menjadi prioritas
termasuk daya gentarnya. Misalnya untuk
Paskhas tidak hanya bertumpu pada rudal jarak pendek QW3 untuk pengamanan Lanud
melainkan sudah harus memilik rudal SAM jarak menengah di sejumlah pangkalan
angkatan udara.
Sudah banyak
alutsista yang dipesan, sudah banyak yang ditandatangani dan tinggal tunggu
kedatangan. Tetapi menurut hemat kita itu masih belum mencukupi jika dikaitkan
dengan besarnya teritori yang harus dikawal. Jelasnya kita masih butuh banyak alutsista
pemukul apakah itu jet tempur, rudal, roket, artileri, MBT, kapal perang dan
kapal selam. Rentang kendali wilayah RI sangat luar biasa besarnya sehingga
memerlukan kekuatan alutsista yang setara dengan luas wilayah. Itu bermakna kekuatan tentara utamanya
alutsista yang dimiiki sekarang atau bahkan yang sudah dipesan dan ditunggu
kedatangannya sampai tahun 2014 masih belum menggapai kekuatan getar dan
gentar. Kekuatan alutsista TNI sampai
tahun 2014 baru sampai pada tahap kekuatan “balita”, belum sampai pada kekuatan
anak lanang sesungguhnya.
Contohnya
untuk armada kapal selam, kita masih butuh kapal selam lebih banyak dari yang
diprediksi sekarang dengan 2 Cakra Class ditambah 3 Changbogo Class. Kita masih butuh minimal 4 kapal selam setara
U214 atau Kilo disamping kekuatan 5 kapal selam yang bakal dimiliki RI sampai
tahun 2018 itu. Changbogo boleh saja
diteruskan produksinya oleh PT PAL tetapi kita masih butuh kapal selam yang
lebih tangguh untuk mengawal perairan yang luas ini. Selain kapal selam pertambahan yang
signifikan diperlukan untuk armada fregat dan korvet TNI AL. Kita masih butuh banyak kapal perang untuk
mengganti yang sudah uzur atau menambah kekuatan armada itu sendiri.
KRI Widjajadanu di masa keemasan armada kapal selam RI |
Perkembangan
geo politik di kawasan Asia Pasifik memerlukan antisipasi dengan ukuran “paling
tidak mengenakkan”, dan jalan untuk menghadapi itu adalah dengan perkuatan
militer skala penuh. Bukan untuk
mengajak perang tetapi sebagai langkah antisipasi bahwa kami siap menjaga
kedaulatan kami. Sejauh ini Pemerintah
dan DPR sudah mengucurkan dana milyaran dollar untuk pengadaan alutsista. Kebijakan ini didukung oleh mayoritas rakyat
Indonesia. Meskipun begitu kita tetap
mengkhawatirkan serial MEF (MInimum Essential Force) ini manakala ada
pergantian pemerintahan tahun 2014.
Mengapa begitu, karena kalau hanya sampai tahun 2014 belanja alutsista
belum bisa masuk kategori disegani, melainkan baru sampai pada sebutan memenuhi
kekurangan gizi akibat ditelantarkan selama bertahun-tahun.
Negara ini
harus punya militer yang kuat untuk meneguhkan eksistensi dan kewibawaannya
karena posisi Indonesia dalam peta strategi ekonomi dan militer kawasan sudah mencerminkan nilai kewibawaan
yang penuh gengsi. Kaya sumber daya alam, terbesar dalam jumlah penduduk dan
wilayah di Asia Tenggara, kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan 16
besar dunia. Militer yang kuat akan
memberikan sinyal ke segala arah bahwa teritori yang luas dan kaya ini ada
dalam jangkauan tempur bagi siapa saja yang hendak melakukan penjarahan
kekayaan alam, infiltrasi atau aneksasi ke wilayah NKRI.
Perjuangan untuk
pertumbuhan menuju kekuatan alutsista yang gahar sedang ada dalam perjalanan
menuju horizon. Dalam bingkai ini
selayaknya kita memberikan dukungan kuat untuk perjalanan menuju target yang
diinginkan. Lihatlah sekeliling kita
yang sudah berubah. Jendela LCS (Laut Cina Selatan) yang selama ini tenang
semakin bergelombang panas. Pagar halaman belakang rumah tiba-tiba saja hiruk
pikuk dengan kedatangan militer adikuasa dan alutsistanya, padahal selama
setengah abad ini adem ayem saja.
Itu sebabnya
jangan sampai kita setengah hati
membangun kekuatan militer kita yang tertinggal jauh. Hari ini dan seterusnya adalah perjuangan
yang terus menerus untuk menjadikan tentara kita memiliki persenjataan yang
modern dan berteknologi. Kita memiliki
teritori yang berwibawa, strategis dan kaya sumber daya alam. Kepemilikan yang penuh gengsi itu harus
diimbangi juga dengan kepemilikan tentara yang punya alutsista canggih agar
terjadi keseimbangan yang terukur diantara keduanya. Kepemilikan militer yang kuat merupakan
payung dalam menjaga gengsi teritori sekaligus kewibawaan berbangsa. Militer yang kuat menjadi indikator segan dalam bahasa dan upaya diplomasi bilateral dan
multilateral. Oleh sebab itu kita harus mampu menjaga momentum perkuatan
alutsista dan istiqomah dalam perjalanan mencapai horizon itu.
******
Jagvane 03
Juli 2012
lapar ya lapar tapi jangan cerongoan atau asal nyosor, ingat pengalaman pahit saat diembargo.
ReplyDeletejangan sampai makanan (alutsista) kita banyak kuman dan virusnya, kita harus selektif dan hati-hati memilih makanan yang lezat dan bergizi tinggi tapi tidak mengandung bakteri dan virus.
OK.
DEWAN PIMPINAN RANTING PARTAI AMANAT NASIONAL POMDOK KARYA PONDOK AREN TANGSEL BANTEN MENDUKUNG KEPUTUSAN TEGAS SAUDARAKU MENHAN,SAUDARAKU PANGLIMA TNI,SAUDARAKU PIMPINAN FRAKSI PAN DPR RI,KAMI KADER PAN DPRT PAN PONDOK KARYA DUKUNG PENUH SECARA LAHIR MAUPUN BATIN GUNA MENAMBAH ASUPAN GIZI ALUTSISTA TNI YANG KUAT DAN DISEGANI- SELAMAT BERKERJA KERAS,KERJA CERDAS,DAN BERKERJA IKHLAS,TETAP JAGA HREE DARMA SANTY KALIAN,MORAL PRAJURIT PEJUANG YANG TANGGUH DEKAT SAMA RAKYAT.--
ReplyDeletesegala kemungkinan bisa saja terjadi pada negeri ini, kita merupakan salah satu negara terkaya di dunia, kita bisa saja menjadi negara yang memiliki kekuatan milter terkuat didunia, makanya orang2 yang katanya terhormat dan berwibawa harus membuang jauh kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, negeri ini dicekik oleh oleh penguasa2 yang haus materi dan kekuasaan tanpa pedulikan kehormatan bangsa di mata dunia
ReplyDeletesebagai rakyat Indonesia kita harusnya bangga dan bersyukur dengan adanya berita seperti ini
ReplyDeletemeskipun di dalam bangsa banyak sekali masalah2 yang belum terselesaikan
setidaknya dengan adanya berita ini kita bisa tau bahwa Indonesia tidak selamanya menjadi negara yang dicemooh negara lain
thx