Pakem diplomatik internasional kali ini "agak laen". Biasanya Presiden yang baru dilantik memulai kunjungan keluar negeri, ke negara sahabat terdekatnya. Namun China membuat surprise diplomatik "agak laen" dengan mengundang Prabowo Subianto ke Beijing tanggal 31 Maret sampai 2 April 2024 dalam kapasitas sebagai presiden terpilih. Walaupun legalitasnya masih disidangkan di Mahkamah Konstitusi. Belakangan Kemenhan mengklarifikasi bahwa kunjungan Prabowo dalam kapasitas sebagai Menhan.
Perhatian Beijing kepada next leader Indonesia ini menjadi tontonan diplomatik dunia. Sekaligus sebuah inisiasi kecerdasan diplomatik Xi Jinping untuk "mengambil hati" pemimpin Indonesia lima tahun ke depan. Negara Pakta AUKUS "satu perguruan dan satu nasab" Australia, Inggris dan AS yang menjadi seteru China tak luput pasang mata dan telinga intelijen. Serta sedikit kasak kusuklah membaca "arah angin" Indonesia. Maklum karena posisi geopolitik negeri kita di Laut China Selatan (LCS)sangat strategis menurut AUKUS. Jadi AUKUS harus memonitor, mengontrol dan merangkul Indonesia. Bisa aja Pakde Kus.
Kita semua tahu Prabowo adalah figur yang tegas untuk urusan marwah negeri. Potensi konflik di Indo Pasifik khususnya di LCS menguatkan adrenalin militer jendral pasukan tempur ini. Siapa pemicu huru hara "nine dash line" semua warga bumi yang bernama manusia sudah paham banget. Regulasi UNCLOS ditabrak, code of conduct diabaikan, nota protes dilecehkan. Bahkan fakta yang terjadi di lapangan adalah China membangun pangkalan militer di sejumlah Atol Spratly dan Paracel. Kemudian mengerahkan kapal penjaga pantai (coast guard) termasuk kapal nelayan milisi. Dan berkali-kali melakukan show of force armada kapal perang.
Dengan dinamika kawasan seperti ini, tensi meninggi dan intimidasi berkepanjangan, sebagai Menhan, Prabowo melihat ancaman militer secara jelas dan terbuka now and next. Oleh sebab itu Indonesia harus mempercepat perkuatan militer di tiga matra. Termasuk memperkuat armada paramiliter BAKAMLA. Perkuatan militer Indonesia yang dilakukan secara extra ordinary selama 3 tahun terakhir, menunjukkan keseriusan pemerintah. Presiden Jokowi pernah bilang untuk urusan pertahanan kita serahkan sepenuhnya kepada Menhan Prabowo.
Perkuatan alutsista TNI saat ini sesungguhnya merupakan show of force juga. Bagian dari model diplomasi militer Indonesia bernada satire "anda sopan kami segan, anda arogan kami angkat the gun". Prabowo serius soal ini. Meski tak ada kaitannya, kunjungan Menhan ke Beijing bersamaan pula dengan sign kontrak efektif alutsista strategis TNI AL, yaitu 2 kapal perang PPA dari Italia dan 2 kapal selam Scorpene Evolved dari Perancis. Sebuah pertunjukan dari kampanye militer Indonesia kepada pencetus klaim sepihak LCS.
Persiapan Indonesia mengantisipasi palagan LCS dapat dilihat dari ketersediaan anggaran belanja alutsista yang disetujui. Besaran nominalnya US$ 25 Milyar untuk periode 2020-2024. Ini adalah belanja alutsista terbesar setelah era Dwikora. Realisasinya bisa kita lihat dengan beragam transaksi alutsista. Antara lain 42 jet tempur Rafale, 2 kapal perang heavy fregate merah putih, 2 kapal perang PPA, 2 kapal selam Scorpene Evolved, 20 radar GCI, software network centric warfare, satelit intelijen, 2 pesawat A400M, 2 pesawat tanker, 12 UCAV Anka, 14 UAV Scan Eagle, 6 kapal cepat rudal, 4 kapal OPV, 2 kapal intelijen bawah air, 1 kapal submarine rescue, 22 helikopter blackhawk, 8 helikopter Cougar, 9 helikopter Bell 412, 6 pesawat CN 235, 9 pesawat NC212, 18 tank Harimau dan lain-lain. Termasuk upgrade 41 KRI eksisting.
Ke depan akan semakin banyak alutsista yang menjadi aset TNI. Baru lima belas tahun terakhir ini pemerintah membuat rencana strategis pertahanan untuk perkuatan alutsista TNI. Dari program renstra ini ternyata banyak sekali alutsista yang harus dipenuhi untuk mengisi inventori aset di kesatrian dan pangkalan militer TNI. Padahal hanya untuk mencapai kriteria minimum essential force (MEF). Bisa kita bayangkan betapa tertinggalnya kita selama ini dalam pemenuhan kebutuhan gizi alutsista pertahanan.
Dalam perspektif kita makna kunjungan Prabowo ke China membawa bargaining position yang kuat untuk Indonesia. China tentu melihat sosok Jenderal Prabowo yang tegas dengan latar belakang militer. Termasuk mencermati pertumbuhan kekuatan ekonomi dan pertahanan Indonesia yang terus melaju. Xi Jinping menginginkan perkuatan hubungan ekonomi skala luas dengan mengambil contoh kereta cepat China-Indonesia. Termasuk kerjasama bidang pertahanan. Nah, kalau untuk kerjasama ekonomi kita terbuka kepada semua negara. Namun untuk kerjasama pertahanan kita mesti selektif. Dan harus cerdas mendeteksi serta menganalisis bahasa diplomatik bermanis muka.
****
Jagarin Pane / 04 April 2024