Industri pertahanan terkemuka PT PAL Indonesia sepanjang Selasa pekan ini memamerkan unjuk kinerja program strategis Kementerian Pertahanan. Kunjungan Menteri Pertahanan ke PT PAL Indonesia di Surabaya memberikan testimoni dan gambaran kepada khalayak tentang berbagai proyek strategis angkatan laut yang dipercayakan kepada industri pertahanan strategis ini. Semuanya on going project.
Sajian informasi yang dipergelarkan memperlihatkan berbagai aktivitas PT PAL Indonesia yang saat ini telah dan sedang merekrut banyak tenaga kerja dan ahli perkapalan Indonesia. Sama halnya dengan Dirut PT PAL yang dipercayakan kepada seorang Kaharuddin Djenod. Dia adalah seorang ahli rancang bangun perkapalan yang sudah bekerja mapan dan diakui di Jepang. Kemudian dipanggil pulang Erick Thohir untuk menakhodai PT PAL Indonesia mulai April 2021. Penempatan Djenod di posisinya saat ini adalah keputusan yang sangat cerdas. The right man on the right place, menempatkan sosok profesional pada keahliannya menghasilkan produktivitas dan kinerja yang cemerlang.
PT PAL saat ini sedang mengerjakan proyek prestisius, yaitu membangun 2 kapal perang terbesar untuk TNI AL. Kapal perang striking force heavy fregate Merah Putih berbobot 5996 ton dengan panjang 140 meter ini akan menjadi uji kemampuan, kecakapan dan teknologi PT PAL paling akbar. Sejauh ini galangan kapal BUMN ini sudah terbukti mampu membangun berbagai jenis kapal perang untuk TNI AL. Seperti kapal patroli cepat, kapal cepat rudal, landing platform dock, kapal tanker logistik, kapal rumah sakit, korvet 10514 Martadinata Class. Termasuk kerjasama pembuatan 3 kapal selam Nagapasa Class dengan Korsel. Sebuah pencapaian yang patut diapresiasi.
Pada saat yang bersamaan PT PAL baru saja memulai pekerjaan pembangunan 2 kapal perang landing platform dock (LPD) pesanan kedua untuk angkatan laut Filipina. Dalam istilah perkapalan memulai pekerjaan lunas kapal disebut keel laying. Seperti kita ketahui beberapa tahun yang lalu jiran utara yang baik hati ini memesan 2 kapal LPD produksi PT PAL. Kedua kapal perang sudah diserahkan dan ternyata sangat membantu dalam pertempuran di Marawi Filipina Selatan yang terkenal heroik itu. Terutama dalam deploy pasukan, tank dan logistik tentara Filipina. Jadi battle proven neh.
Manila merasa puas dengan kinerja 2 kapal perang pesanan pertama Tarlac Class. Kemudian memesan 2 unit lagi ke PT PAL. Artinya kita sudah mampu mengekspor kapal perang. Uni Emirat Arab juga sudah sign kontrak efektif pengadaan 1 unit LPD dengan PT PAL. Namanya juga negara sultan, spek yang diinginkan pasti memakai kriteria sultan. Berita ekspor kapal perang ini bergaung luas di media internasional. Sebuah iklan gratis yang menguatkan posisi industri pertahanan Indonesia.
Proyek strategis yang lain adalah memodernisasi 41 KRI eksisting. Anggaran yang disediakan US$ 900 juta. PT PAL sebagai lead integrator, tidak bekerja sendirian. Ada beberapa galangan kapal swasta nasional yang mendapat kepercayaan untuk proyek ini. Bagian penting dari refurbishment 41 KRI adalah memasang infrastruktur tempur dengan peluru kendali surface to surface. Pilihannya adalah memakai rudal Atmaca buatan Turkiye dengan jarak tembak 220 km. KRI yang mendapatkan instalasi perkuatan peluru kendali ini adalah Parchim Class (12 KRI), Fatahillah Class (3 KRI), FPB (10 KRI). Informasi soal rudal ini yang kemudian menjadi topik pembicaraan kalangan forum militer tanah air. Dari pabrikannya di Turkiye ada kabar bahwa Indonesia sudah memesan 45 rudal Atmaca. Diam-diam jalan terus rupanya.
Parchim Class seperti kita ketahui adalah korvet anti kapal selam. Korvet ini dibeli bekas dan borongan dari inventori angkatan laut Jerman Timur tahun 1993. Pemasangan rudal Atmaca tentu semakin menggagahkan posturnya yang sering wira wiri patroli di perairan Natuna. Demikian juga dengan korvet Fatahillah Class yang sebelumnya punya rudal Exocet Blok 2 yang sudah expired. Instalasi rudal Atmaca akan mengembalikan marwahnya sebagai KRI pemukul dengan kekuatan peluru kendali. Selain instal rudal, program upgrade KRI eksisting meliputi repowering, pembaharuan teknologi tempur, sistem navigasi dan komunikasi, combat management system. Basis semuanya adalah Network Centric Warfare.
Untuk Martadinata class (2 KRI), Bung Tomo Class (3 KRI) dan Diponegoro Class (4 KRI) saat ini sudah memiliki infrastruktur tempur dengan rudal Exocet Blok 3. Sementara 8 kapal cepat rudal Clurit Class 40 meter buatan galangan kapal swasta nasional sudah mempunyai rudal C705 buatan China. 6 kapal cepat rudal 60 meter buatan PT PAL beberapa diantaranya sudah dipasang rudal. Upgradenya untuk sistem navigasi dan komunikasi. Selain program strategis diatas sebenarnya ada beberapa program PT PAL Indonesia sudah "siap tayang". Misalnya membangun kapal LHD (kapal induk helikopter) dan kapal selam mini tanpa awak. Sementara ini tahan diri dulu untuk menyelesaikan on going project, termasuk melanjutkan program Nagapasa Class jilid dua.
Pencapaian prestasi monumental PT PAL Indonesia saat ini dalam perspektif kita merupakan keberhasilan based on manajemen profesional. Tentu dengan dukungan penuh Kementerian Pertahanan. Sangat wajar kita mengapresiasinya karena BUMN ini mampu menguatkan dan menunjukkan sinergitas internal dan koordinasi eksternal.Termasuk mengelola pergulatan kepentingan antar pihak yang memang selalu ada dalam bisnis korporasi. Menjadi lead integrator bersama 9 galangan kapal swasta lainnya untuk upgrade 41 KRI tentu banyak pergulatan manajemen didalamnya. Harapan besar kita semoga semua program strategis ini dapat diselesaikan sesuai target waktu. Semuanya untuk menguatkan Jalesveva Jayamahe.
****
Jagarin Pane / 26 Januari 2024
Sepakat
ReplyDeleteJos PT PAL
ReplyDeleteAda penambahan pembuatan korvet kelas bung Karno dibuat di PT Karimun Batam ......sedangkan opv yg dibuat Dru Lampung blom terjun aja ni ke laut trus kelanjutan pembelian kapal dari Italia lanjut ato mandek Ada yg update beritanya?
ReplyDeleteSy penasaran dengan light freegat Martadinata class kenapa tidak diperbanyak ? ....pasti ada pertimbangan dan alasannya ...karna secara teknologi dan kemampuannya sudah dapat terukur baik pembuat yaitu PT PAL maupun user TNI Al apakah kapal tersebut kurang memuaskan user yaitu TNI Al atau para pengambil kebijakan yaitu Kemenhan ....jika dilihat secara awam sangat disayangkan karna teknologi pembuatan sudah dikuasai artinya dari sisi harga dan waktu setidaknya dpt dihemat minimal penambahan sampai 6 kapal tentu dpt meningkatkan kemampuan TNI Al ...pasti ada alasan yg masuk diakal hingga tidak ada penambahan dalam 2 periode Kemenhan ....ada bisa sharing alasan ataupun info terkait hal ini ?
ReplyDeleteYang sy sedikit sesalkan adalah adanya jeda waktu yg ckp panjang di PT PAL utk pembuatan kapal selam lebih dari 5 thn padahal seperti kita ketahui pembuatan kasel merupakan teknologi yg rumit dan setidaknya PT PAL sudah dapat mengadopsi ,/ menguasai teknologi kasel ( diluar banyak kekurangan dan Tot yg diberikan Korsel kepada PT PAL PD pembuatan kasel changbogo klas) padahal hanggar husus utk kasel di PT PAL sudah tersedia bisa kita bayangkan klo pembuatan kasel dimulai memerlukan waktu ckp lama bisa 3 sampai 5 tahun jadi perkiraan apabila kita membuat kasel sekarang pling 2029nan kita dapat tambahan aset hiu kencana
ReplyDeleteSepertinya TNI AL kecewa, salah satunya hanggar heli tdk bisa dipakai utk simpan heli, klapun mau dipakai heli harus dicopotin dulu baling2nya, klo hanya dilipat tetap tdk bisa masuk ke hanggar.
DeleteApabila dilihat dari luas Indonesia yg mencakup daratan + 1,9 JTkm dan laut + 3,2 JT km prsegi garis pantai kurang lebih 100 rban km dan Zee + 3 JT km persegi indonesia merupakan negara no 14 bila dilihat luasnya dan lebih dari 3, 2 JT km persegi merupakan laut / perairan apabila dilihat dari data tersebut sangat wajib kita mengedepankan Teknologi ataupun moda tranportasi air dengan segala pendukungnya utk dari sisi pengamanan dan perlindungan 3, 2 JT perairan TNI Al kita memiliki 4 buah kasel ,7 fregate ( 5 keluaran taun 70an ) 25 korvet ( 14 parchim class keluaran taun 60 an dan 3 buah korvet keluaran akhir 70 an awal 80 an ) 25 kcr 60m/ 40m ,kurang lebih 30- ,40 kapal patroli lebih dari 40 m dibantu departemen lain coast guard Indonesia ,KKP,bakamla dll dgn aset yg tidak begitu banyak bayangkan dgn aset tersebut harus mengamankan 3,2 jtan km Persegi lautan sangat tidak berimbang maka dari itu sudah sewajarnya kita sangat berharap PT PAL dan perusahaan galangan kapal swasta
ReplyDeleteKurang lebih 10 perusahaan galangan kapal swasta yg sudah mumpuni utk dpt saling support dalam pengembangan kapal perang maupun kapal pendukung sehingga dapat memenuhi kebutuhan TNI Al maupun departemen lainnya dalam aspek penegakan hukum di laut NKRI
ReplyDeleteSeperti DEJAVU...akan kah kebanggaan itu semakin bertambah atau akan hilang menguap begitu saja seperti halnya dulu kita membangga banggakan kapal perang martadinata clas dan kasel changbogo yg di gadang2 menjadi yg terbesar dan tercanggih di kawasan...akan kah kejadian itu akan terulang? Kalau melihat dari mental para pejabat kita sih sepertinya.... 😄😄😄.
ReplyDeletePaling2 sebentar lagi di banting sama singapura yg tau2 mendatangkan kapal perang yg segede gaban...mudah2an hasilnya tidak mengecewakan TNI AL, karena kalau mengecewakan pasti akan mencari yg lain lagi, jadinya itu program sia2.
ReplyDeleteKlo dilihat secara geografis ,bajet dan kondisi geopolitik Indonesia memang memerlukan banyak sekali kapal 2x perang baik utk striking force maupun pendukung tpi utk disesuaikan dgn bujet maka utk striking force kita memerlukan kapal korvet selain sesuai dgn kondisi geografis yg kepulauan dan bujet yg lebih murah sementara kita hanya mempunyai 25 korvet dgn kondisi lebih separuhnya kapal berusia diatas 40 thn dgn kondisi geopolitik minimal kita memerlukan lebih dari 30 buah disesuaikan dgn MEF dan kita dpt berharap banyak PD perusahaan galangan kapal BUMN dan swasta tinggal komitmen yg kuat pemerintah saja
ReplyDeleteApa kabar korvet yg dibangun di DRU, sdh 2 tahun lebih tdk ada kabarnya, min tolong cari infonya. Jangan sampai nasibnya seperti kapal perang KD maharajalela...??? Kapal laut tapi takut masuk ke air.
ReplyDeleteIya sepakat ada di beberapa media ada masalah ......tpi minimal ada penampakannya targetnya udah mulur 6 bulan harusnya sudah tes di laut niii
ReplyDeleteAngkat topi utk pt pal dan galangan kapal swasta dalam negeri yg sudah mampu membangun kapal kapal perang buat TNIAL dari mulai kelas KP28m KP 40m KCR40m Kp60m KCR60m korvet bung karno class OPV90m LST bituni class light fregst sigma class sampai fregst merah putih dan LPD makasar class. Yang jadi masalah adalah sektor pembuatan CMS lalu radar pendeteksi target lalu meruam canon lalu rudal permukaan ke permukaan lalu rudal penangkis serangan udara dan tabung beserta terpedonya. Yg baru disebut tadi adalah perangkat keras dan perangkat lunak yg harus ada di setiap kapal perang. Mengingat Indonesia belum bisa membuatnya , maka diperlukan pihak swasta lokal yg mau jadi produsennya atas dasar lisensi produk dari pabrik utamanya si pencipta produk tersebut. Integrasi perangkat keras beserta perangkat lunaknya itu ke dalam kapal perang tidaklah mudah dilakukan karena garansinya siapa yg nanggung kalo kalo ada masalah saat diuji coba atau timbul masalah saat operasional nantinya,
ReplyDeleteMasalah belum ada kabar menggembirakan soal 2unit OPV90m buatan galangan swasta dalam negeri itu terletak diintegrasi perangkat keras beserta perangkat lunaknya karena kedua perangkat itu didatangkan langsung dari luar negeri yg mungkin spek dan ukurannya diluar jangkauan ruang ruang didalam bodi kapal OPV90m itu sehingga diperlukan perubahan denah lokasi penempatan di ruangan dan in> tentunya merubah desain struktur dalam ruang bodi kapal dan tentunya juga butuh waktu karena ada perubahan desain ruang dalam bodi kapal serta ini juga harus dikalkulasi ulang soal keseimbangan titik nol di bodi kapal supaya kapal tidak oleng berlebihan sewaktu kena ombak besar karena letak keseimbangan titik nolnya berubah.
ReplyDeleteYang paling bagus adalah saat kapal perang dibuat di galangan kapal seharusnya sudah lengkap peralatan dan perangkat perangnya sesuai brosur yg diterbitkan galangan kapal yg membuatnya, itu lebih baik karena keseimbangan titik nol kapal sudah dipertanggung jawabkan pihak galangan kapal yg membuatnya dan user tinggal pakai aja. Kalo galangan kapal hanya buat bodinya aja lalu isi kapal user yg tentukan tentu membingungkan pihak galangan kapal karena titik nol keseimbangan kapal pastinya berubah alias bergeser sehingga nantinya kalo ada apa apa #aat operasional di user misalnya tenggelam dihantam ombak besar siapa yg tanggung jawab soal bergesernya titk nol keseimbangan kapal
ReplyDeleteBerarti dari kak ,perencanaan, dednya ada yg Miss karena sudah merupakan 1 paket dimana hardware dan software nya diintegrasikan itupun dgn menggabungkan beberapa teknologi yg berbeda dan produk yg berbeda dan itu sudah dituangkan dalam dednya
ReplyDeleteIde cerdas...hrs ada pal.pal di berbagai daerah..juga pindad2 dan Di DI baru
ReplyDeletePaling memungkinkan adalah membuat anak perusahaan PT PAL yg khusus utk mensuport kebutuhan 2x PT PAL sehingga lebih memudahkan pengintegrasian peralatan yg menunjang pembuatan kapal itu sendiri baik perangkat hardware maupun softwarenya walaupun pembuatan kapal ada di Indonesia tapi masih banyak sekali kita masih mengimport bahan baku pembuatan kapal seperti mesin, persenjataannya ,radar dll.... minimal kedepannya 75% sudah produk lokal
ReplyDeleteItu kasian donk galangan kapal Fincantier italy bulak balik terus ke Indonesia tapi dagangannya ga dibeli malah di phpin da kontrak tpi engga di bayar ....
ReplyDeleteSebetulnya pemerintah RI mau beli tapi dananya dari mana?, dana yg ada yg bersumber dari dana utang PLN lagi dipikir pikir ulang, mungkin kapal perang buatan dalam negeri yg akan diutamakan segera diproses utk diproduksi, kemungkinan. Light fregat sigma class akan ditambah 4unit sehingga total nantinya ada 6unit light fregat sigma class di TNIAL utk mengganti 5unit fregat lawas Van spejikt class, lalu korvet bungkarno class akan ditambah menjadi total 6unit dan OPV90m akan ditambah menjadi total 6unit. Semua kapal perang itu kan lengkap persenjataannya. Fregat merah putih kali oke akan ditambah 4unit lagi sehingga total nantinya akan ada 6lunit fregat merah putih utk TNIAL
ReplyDeleteMudah mudahan konsisten tidak hanya sekedar wacana , perencanaan ,sekedar road map, blue print ,rencana aksi ,Ded,..hasilnya nihil
DeleteDan kemungkinan besar batch ke2 kasel changbigi class akan direalisasikan dgn pembaharuan pembaharuan seperti spek yg diminta TNIAL, kenapa? Karena biaya akuisisinya murah sekitar USD1milyar lalu ditambah 3unit kasel scoorpen class yg tentunya semua akan dibuat di PT PAL dgn cara paralel produksi . U214 buatan Jerman akan gagal karena biaya akuisisinya mahal setara dgn harga kasel scoorpen class sehingga pilihan pemerintah RI akhirnya ya seperti yg sy sebut barusan tadi
ReplyDeleteBila saatnya tiba dipensiunkan dari dinas TNIAL 5unit fregat Van spejikt ex TNIAL bisa disumbangkan ke BAKAMLA RI alias Indonesian coust guard lalu korvet parchim class ex TNIAL juga bisa disumbangkan utk BAKAMLA RI.
ReplyDeleteParchim masuk program upgrade dgn pemasangan rudal atmaca. Klo ahmad yani class mungkin bisa dihibahkan ke bakamla.
DeleteSebetulnya utk korvet parchim class setelah menjalankan proses pemulihan kondisi seperti barunya toh usia tetap sudah uzur tidak nisa melaut berlama lama ada baiknya koorvetparchim ini di taruh di LANTAMAL TNIAL kan ada 14unit korvet parchim class berarti masing masing LANTAMAL TNIAL kebagian 1unit kapal. Ada untungnya bila korvet parchim class ini ditaruh di LANTAMAL TNIAL yaitu durasi melautnya kaga begitu lama sebatas dareah laut teritorial tugas masing masing LANTAMAL TNIAL sehingga cocok dgn usia tuanya.
ReplyDeleteDan itupun juga meningkatkan taring alias power tempur LANTAMAL TNIAL dalam menjaga daerah laut yg menjadi teritorial tugas LANTAMAL TNIAL
ReplyDeleteKekuatan tempur kapal perang yg seharusnya dimiliki oleh setiap LANTAMAL TNIAL adalah 2unit KCP60m ± 2unit KCR40m + 2unit KCR60m + 1unit korvet Parchim class + 1unit LST Frosch class ± 2unit antasena tank boat + 2unit kapal perang terpedo ukuran 40-60m. Ini semua utk meningkatkan daya gempur alias taring tempur LANTAMAL TNIAL .
ReplyDeleteKeep ..dreaming....
ReplyDelete' GENIUS - VISIONER- TANGAN DINGIN' Kiranya itu yg bisa saya sebutkan kepada sosok Beliau Bpk. Kaharuddin Djenod.. The One and Only..
ReplyDeleteLewat kepemimpinan Beliaulah PT. PAL bertransformasi mnjadi perusahaan perkapalan terbesar di Asia Tenggara, Bayangkan, nominal Contract On Hand PT.PAL sejak kepemimpinan beliau sdh melampaui di angka rp.36 Trilyun..jauh dari sebelum beliau memimpin yg kisaran contract on hand pt.PAL saat itu cuma di angka 2-3 trilyun..
Bahkan target beliau kedepan PT.PAL menjadi Top Global Player industri maritim/perkapalan setara Fincantieri, Damen, Odense.. dst. ...Ngerii..
Next Target Beliau adalah project yg prestisius yaitu Pembangunan kapal LHD class/ Mothership dan Kapal Selam utk. TNI AL...
Secara geografis maritim mmg Indonesia tdk cocok dan belum perlu memiliki LHD class/ Mothership,. Tp jika ini terwujud akan jadi ajang pembuktian PT.PAL Indonesia yg memang mampu dan mempunyai kapasitas utk. Menjadi Top Global Player Industri Maritim/Perkapalan World Class....
Keep....Dreaming...???
DeleteSemua berawal dari mimpi....
Yakinlah... jika ada kemauan dan usaha kerja keras.. ditambah support,. Niscaya mimpi itu akan terwujud.. usaha dan kerja keras tidak akan mengkhianati hasil..
Dulu PT.PAL tidak mampu membangun kapal sebesar dan sekelas LPD.. mgkin hanya mimpi dan angan2 belaka utk. membangun LPD class..
Tahun ini sudah ke_sekian kalinya PT.PAL kembali dipercaya membangun LPD utk Pinay..
Dan lanjut Pembangunan LPD Al-Maryah class project utk. Negara UEA... project LPD terbesar dan tercanggih yg akan dibuat oleh PT.PAL utk Negara Kelas Sultan yg nominal uang negaranya gak ber_serie saking kaya raya nya...
Apa iya Ada kabar kurang enak?Freem Fincantieri dibatalkan dan diganti dgn frigate produksi spanyol yg ukuran panjangnya cuman 120M. Bayangkan Freem frigate kelas berat panjangnya aja 143M dgn bobot tidak kurang 6000 ton diganti frigate mungil yg panjangnya cuman 120 M dgn bobot sekitar 4ribuan ton. Teringat lagi pembelian kilo yg ditukar cangbogo.kalau begini mending perbanyak pesan dan produksi frigate merah putih.kalau benar isu ini tidak bisa dipungkiri banyak pihak2 diluar dan didalam yg tidak senang indonesia memperkuat militernya. Bisa jadi salah satunya agen si..... Yg banyak menolak pengajuan anggaran belanja alutsista kemenhan.
ReplyDeleteAsal belinya 12 bijisi Its ok ...karna kita butuh banyak juga utk ngamanin perairan Indonesia .....yg penting gerecep dahh .....soalnya frigate kita de ketuaan ...walau bagaimanapun berapakali di upgrade tetep umur berpengaruh terhadap performa kapalnya
ReplyDeleteSebetulnya cara negosiasi pembelian alutsista militer yg sering dilakukan oleh pemerintah RI sudah bisa ditebak oleh produsen alutsista militer, intinya uang ada tapi tidak utk beli semua alutsista baru yg canggih gahar mumpuni dan yg didahulukan adalah yg paling urgent seperti jet tempur utama TNIAU berikut persenjataannya ready use lalu radar radar aktif maupun pasif dgn jangkauan minimal 500km lalu rudal rudal jarak pendek rudal rudal jarak menengah lalu rudal rudal jarak jauh lalu drone kamikaze+drone intai+drone pemburu/serang. Utk fregat sudah ada dua yaitu fregat merah putih + light fregat sigma class. Dua itu sudah cukup buat TNIAL dan yg terpenting itu instal persenjataan yg gahar canggih tapi disinilah letaknya masalah utama setiap pembelian kapal perang TNIAL dan sepertinya persenjataan yg gahar dan canggih belum bisa diwujudkan karena biaya pembeliannya mahal mahal. Contoh heavy fregat merah putih yg sedang dibangun 2unit utk TNIAL apakah persenjataannya persis sama dgn yg dibangun Inggris utk UK Navy? Utk kapal selam baru buat TNIAL akhirnya bingung sendiri mau beli yg mana karrna swmuanya mahal mahal kondisi kosong baru gress dan yg termurah adalah batch2 changbogo class Korsel kondisi kosong baru gress. Kalo udah begini salah siapa? Jujur saja kemampuan beli alutsista militer baru utk ketiga matra TNI hanya sebesar USD12,5milyar dan itupun sumbernya pinjam alias utang. Menurut para pembaca siapa yg salah?
ReplyDeleteDalam kondisi ini tidak ada yg salah memang kemampuan finansial kita terbatas itupun dgn kondisi pinjaman luar negeri yg penting dari sisi manajemen pembeliannya yg baik sebetulnya strategi pembelian alatista sudah on the track seperti memaksimalkan pembelian pespur Rafale yg jumlahnya 42 ..rekor tersendiri sejak orba belum pernah ada pembelian sebesar itu tentu memerlukan pengorbanan yaitu Matra laut dan darat ( sayang pembelian Mirage 2000 gagal / ditunda salah satu pertimbangannya menjadi gorengan politik ) efeknya utk Matra laut yahh seadanya korvet 78 m karna utk frigate merah putih msh on progres -+ 4 thn ( walaupun kita semua sangat kecewa byk pembelian yg gagal karna engga ada duit dari frigate freem , mogami dll utk Matra darat juga byk terpangkas yg sukses tank harimau, black hawk, rudal , radar , software dll sy disini hanya menyebutkan pembelian2x yg fenomenal menurut ukuran pembelian alatista Indonesia pasti kita semua kecewa tpi juga realistis pilihan hanya 2 ya kualitas ato kuantitas mudah mudahan kedepannya bisa lebih maksimal karna kondisi dunia sedang tidak baik2x saja belum lagi di sekitar kita konflik di lcs semakin menghangat mendekati panas belum lagi tetangga semakin menghangatkan konflik dgn membangun KS tenaga nuklir dll semua itu harus disikapi dgn bijak bagaimana kita berdiplomasi jika TNI alatista nya tidak gahar dan berotot
ReplyDeletePenjelasan yg bagus, sy setuju dgn penjelasan anda, memang tidak ada yg salah, hanya kemampuan keuangan negara yg terbatas, jadi bukan kesalahan yg disengaja ya, dan bukan juga karena pengaruh pengaruh seseorang atau sebuah negara atau seorang salesman alutsista militer .
ReplyDeleteYang menjadi pertanyaan utk PT PAL sewaktu membangun 2unit light fregat sigma class buatan Belanda adalah apakah sudah menguasai dari hulu hingga hilir teknik membangun light fregat beserta instal seluruh peralatan tempurnya? Bila iya, berarti PT PAL seharusnya sudah sanggup membuat model lebih modern sebuah fregat asli buatan Indonesia yg lebih hebat dari light fregat sigma class diluar heavy fregat merah putih .
ReplyDeleteUtk PT PAL dilihat dari perjalanan pembuatan light fregate kliatanya hampir semua totnya dpt ada beberapa yg di hide oleh pihak Belanda seperti kita ketahui kita beberapa kali sempat diprank dlm alih teknologi tpi diperkirakan dpt diatasi salah satu permasalahannya tingkat kandungan dalam negri TKDN hanya 35% dari pembangunan kapal perang selebihnya impor ( menurut Satrio bintoro SEVC PT PAL ) sebetulnya wajar perusahaan sekelas boing, Airbus dll msh byk bahan baku impor disinilah peluang kita baik BUMN maupun swasta dpt menjadi vendor PT PAL utk mensuport kebutuhan2x bahan baku ( contoh kecil cat kapal bahannya msh impor ) tinggal komitmen pemerintah saja tentu dgn perhitungan ekonomis juga apabila keinginan utk mengupgrade light fregate Martadinata class menjadi real fregate sangat memungkinkan karna tenaga ahli PT pal sudah mumpuni dalam hal mengintegrasikan berbagai komponen keras maupun menginstall software intinya belum ada order / pengadaan dari Kemenhan sebagai pengambil kebijakan maupun user TNI Al
ReplyDeleteKalau tidak salah si pusing pusing pernah menulis di rubrik ini yaitu mendingan pembelian mirage 2000-5 ex AUQatar sebesar USD 780juta kalo tidak salah ya dibatalkan saja dan uang tersebut digeser utk melunasi tunggakan iuran proyek KF21 Korsel - RI karena dgn melunasi tunggakan iuran tadi maka kedepannya nanti RI akan dapat 48unit KF21 yg diproduksi PT DI utk batch1 dan ternyata semuanya itu benar adanya.
ReplyDeleteKok dia gak muncul lagi ya🙂
DeletePundung ...dicela cela trus/ dibully gara2x komennya / pendapatnya nambah pusing lebih berat dari beban hidup 😀😀
DeleteDana pembelian mirage 2000 buat tambahan dana F 15EX
ReplyDeletePermasalahan utk kf21 tidak semudah yg diperkirakan ada yg bilang secara teknologi dan Tot dari negara asal tidak semua diberikan dari sisi avionikpun ada sedikit masalah diperkirakan dalam pembuatan / perakitan di kita aga kesulitan dikarenakan tidak semua 100 % diberikan oleh Korea msk diakal si contoh kongkrit adalah KS changbogo ternyata versi downgrade nya Korea dan dari negara asal Jerman sehingga kita kurang puas walaupun kita diiming-imingi hibah beberapa korvet kelas Pohang dilanjut tuduhan 2org tenaga ahli kita mencuri teknologi kf 21 lahh kan kita projek kerjasama Korea , Indonesia gimana mau alih teknologi klo dituduh nyuri teknologi kf21?
ReplyDeleteKomentar si pusing pusing itu memang selalu di luar keinginan pembaca setia rubrik ini tapi kalo dicerna seksama ternyata ada betulnya komentar si pusing pusing yg mirip mirip dgn kenyataan yg terjadi, bagi yg tidak sejalan pemikirannya dgn si pusing pusing pastinya akan marah tidak suka dan mencibir komentar si pusing pusing, kemana dia sekarang ya?
ReplyDeleteMemakai teori Anti tesis dan anti marketing 😂
DeleteAlhamdulillah......🙏🙏
ReplyDeleteAlhmdllah..menhan..jadi presiden insya allah...semakin gahar alutsistaTNI
ReplyDeleteBelum tentu, kenapa ? Saat masih jadi menhan RI fokus utama kerjanya ya alutsista TNI berikut pasukan yg harus ready 24 jam. Tapi bila pas menjadi presiden RI fokus kerjanya luas sekali baik dalam negeri maupun luar negeri dan dari sinilah akhirnya setiap presiden RI harus pandai pandai menggunakan dana dana yg ada utk pembangunan ekonomi RI, utk pembangunan ekonomi aja harus ada prioritas yg harus didahulukan, utk menjalankan roda pembangunan setuap presiden didampingi dan dibantu oleh mentri mentri, urusan alutsista TNI ya diserahkan kepada menhan RI yg terpilih, menjadi urusan menhan RI yg terpilih nanti alutsista baru TNI canggih gahar mumpuni atau tidak, disini bpk prabowo kaga mau ambil pusing soal alutsista TNI nantinya karena bukan urusannya lagi tapi wewenang menhan RI yg baru terpilih, begitu ya gambarannya.
ReplyDeletePT PAL berikut galangan kapal swasta lokal udah bisa membuat kapal perang dari ukuran kecil sampai ukuran korvet / OPV90m / fregat, cuma yg menjadi masalah adalah isi dari pembuatan kapal perang itu sendiri, mau diisi yg canggih gahar dan mumpuni atau tidak, kalo diisi yg canggih gahar dan mumpuni tentu biaya akuisisinya mahal tapi kalo diisis yg biasa biasa saja tentunya biaya akuisisinya murah dan terjangkau, itulah sebetulnya yg menjadi PR buat PT PAL + galangan kapal swasta lokal + pemerintah RI.
ReplyDeleteYg paling memungkinkan si yaa ....seperti opv aja secukupnya tapi secara kuantitas byk karna apabila diperlukan peralatan yg lebih gahar tinggal diupgrade sesuai dgn kebutuhan dan keinginan tentu dgn segala sesuatunya sudah disiapkan baik utk menginstal,memasang dan mengintegrasikan peralatan tempur yg lebih gahar ( tidak mudah merubah spesifikasi kapal perang tapi kita yakin para ahli PT PAL sudah mumpuni dalam kondisi tersebut )
ReplyDeleteDengan terpilihnya Prabowo Subianto jd Presiden 2024-2029 maka alutsista kita akan menggaung lagi dg jargon sebelum ente masuk wilayah RI sdh kami habisin ente...bravo TNI 🇲🇨
ReplyDelete