TNI AL membangun kekuatan armadanya dengan pengadaan aset kapal perang striking force heavy fregate, light fregate, korvet, kapal selam, kapal cepat rudal, kapal cepat torpedo dan kapal patroli cepat. Untuk kapal patroli cepat sebagai bagian dari sistem senjata armada terpadu (ssat) sampai hari ini TNI AL sudah memperoleh 19 unit. Dalam program minimum essential force sampai tahun 2024 target perolehan aset kapal patroli cepat adalah 24 unit. Semuanya adalah produksi industri pertahanan galangan kapal swasta nasional. Ini rinciannya, dan semuanya menyematkan nama ikan yang ada di perairan Indonesia :
1. KRI Pari 849
2. KRI Sembilang 850
3. KRI Sidat 851
4. KRI Cakalang 852
5. KRI Tatihu 853
6. KRI Layaran 854
7. KRI Madidihang 855
8. KRI Kurau 856
9. KRI Torani 860
10. KRI Lepu 861
11. KRI Albakora 867
12. KRI Bubara 868
13. KRI Gulamah 869
14. KRI Posepa 870
15. KRI Escolar 871
16. KRI Karotang 872
17. KRI Mata Bongsang 873
18. KRI Dorang 874
19. KRI Bawal 875
Semakin berkibar merekah industri pertahanan galangan kapal swasta nasional kita untuk mewujudkan kemandirian produksi alutsista. Saat ini ada yang sedang membuat OPV, LST, BCM, KAL, ADRI dan lanjutan kapal patroli cepat. Ada juga yang sedang mempersiapkan pengerjaan modernisasi 41 KRI eksisting. Semua keberhasilan ini patut kita apresiasi.
****
Jagarin Pane
Itu PT. Pal sudah bisa design light fregate sigma martadinata class ukuran 106 meter lebih panjang satu meter dari sigma martadinata class
ReplyDeleteMantap.. Selain KPc mudah2 an kcr juga di perbanyak
ReplyDeleteKedepan TNI AL hrus mengakuisisi LPD 163M seperti pesanan UEA, dan Realisasi 3 LHD yg pernah dibuat mockup nya oleh PT PAL. masing-masing koarmada 1LHD
ReplyDeleteJALASVEVA JAYAMAHE
KRI Dorang dan KRI Bawal bukannya KPC-60 ?
ReplyDeleteInfo terbaru akhirnya kontrak tambahan 36 unit rafale sudah terjadi dengan anggaran 7 miliar dollar as, dan berita buruk y menhan menahan keuangan untuk akuisisi rudal balistik jarak pendek Khan dari turki, karena tot yg di berikan sedikit tidak sesuai harapan Indonesia, Semoga semua masalah dengan turki bisa secepatnya di selesaikan
ReplyDeleteBenaran ini beritanua
DeleteKlewang class gmn kelanjutannya ? China malah mau produksi kapal trimaran
ReplyDeleteNice pencerahan terima kasih bung jagarin
ReplyDeleteTantangan dan ancaman masa depan sdh didepan mata kpn FREMM dan scorpane direalisasikan??..stop IKN stop beli mobil maung dan mobil listrik stop wacana nambah KODAM..... beli alutsista aja msh susah kok aneh2 aja kemenhan?
ReplyDeleteMasalah akuisisi rudal
ReplyDeleteJauh sebelum ada konflik laut natuna, RI pernah mendekati RRC utk beli rudal C705 berikut ToT supaya rudal tersebut bisa diproduksi di RI tapi mengalami masalah karena RRC minta RI beli dulu 100 rudal C705 asli produk RRC baru rudal berikutnya bisa diproduksi di RI beserta ToT nya tapi ternyata RI tidak mau beli 100 rudal C705
Kenapa ada kp28m lalu kp40m berikut kcr40m lalu ada kp60m berikut KCR60m? Jawabannya adalah di strategi perang TNIAL dimana komando armada bertanggung jawab terhadap batas batas teritorial serta zeee RI lalu Lantamal bertanggung jawab terhadap selat dan teluk teluk yg ada di wilayahnya lalu lanal bertanggung jawab terhadap pantai pantai yg jadi wilayahnya, makanya utk lanal diberi kapal kapal kp28m ke bawah lalu Lantamal diberi kapal kapal kcr KCP 40m dan 60m lalu komando armada diberi kapal kapal korvet fregat kapal selam dan lst lst bes6erta kapal tanker.
ReplyDeleteDi posisi lanal inilah benteng pertahanan terakhir tnial dalam menggempur dan menahan musuh supaya musuh tidak mendekat dan mendarat di bibir pantai, makanya lanal ini harus dipersenjatai dgn roket rudal permukaan rudal pertahanan udara meriamt penangkis serangan udara dan meriam Medan, disinilah peran utama marnir tnial dimainkan. Kondisi ini terjadi bila kapal kapal komando armada dan lantamal gagal total menahan musuh serta jet tempur tnaau gaga5l juga.
ReplyDeleteItulah yg dinamakan pertahanan pantai dan di sini harus dilakukan bareng antara marinir tnial dgn tniad karena jumlah personel marinir tnial terbatas.
DeleteDari gambaran sngkat di atas tadi, makanya Lantamal minimal harus diberi masing masing Lantamal yaitu 2unit KCP60m lalu kcp40m sebanyak 4unit lalu 1unit kcr40m lalu 1unit kcr60m lalu 1unit kapal cepat terpedo 40m. Ada 14 Lantamal di tnal sehingga total kapalnya ada dikisaran 110unit kapal
ReplyDeleteLalu utk lanal tnial minimal harus diberi 4unit kcp28m.
ReplyDelete4unit KCP 28m utk masing masing lanal tnial maksudnya.
ReplyDeleteSebetulnya ada kapal perang yg pas banget utk masing masing lanal tnial yaitu tank boat Antasena bukan KCP28m.
ReplyDeleteharga klewang 114 M, harga kcr 65 M beli satu klewang dpt 2 sementara bisa utk memenuhi kebutuhan dulu.
ReplyDeleteTank boat Antasena
ReplyDeleteBisa apa nggak ya tank boat Antasena dipasangi masing masing sisi kiri dan sisi kanan 1buah tabung terpedo SUT?
Kalo bisa maka inilah kapal cepat terpedo yg cocok buat masing masing Lantamal tnial, kenapa? Karena tank boat antasena kecepatannya dapat menyentuh 40 Knot.
Tergantung kebutuhan user. Utk TNI AD misalnya adalah utk ralasuntai (rawa laut sungai pantai) jadi gak perlu torpedo. Marinir utk serbu pantai gak perlu toroedo.
Deletekalaupun bisa, speed akan berkurang, BBm jadi boros, stabilitas tembakan juga akan berkurang. harus buat struktur body kapal yg baru, klau mau performanya tetap maksimal
ReplyDeleteBilakah indonesia menamakan KRI yg paling menggetarkan dan di segani dgn nama KRI KALINYAMAT
ReplyDelete