Pandemi Covid 19 yang mengharu biru seluruh bumi bulat bundar selama dua tahun terakhir ini, menguras sumur energi anggaran seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Rasio hutang negara di dunia terhadap PDB (Product Domestic Bruto) juga membengkak. Rasio hutang kita terhadap PDB saat ini ada di angka 42-44%. Bandingkan dengan sebelum Pandemi yang dikisaran 30-32%. Meski demikian rasio hutang Indonesia after Pandemi relatif lebih baik dari negara-negara jiran atau negara-negara G20. Juga pertumbuhan ekonomi kita sepanjang triwulan I tahun ini sebesar 5,1% menumbuhkan rasa optimis untuk bangkit dan berlari. Sayangnya ketika dunia bersiap recovery tiba-tiba meledak pertempuran dahsyat di Eropa antara Rusia-Ukraina yang dampaknya dipastikan menguras kembali energi dunia. Baru bersiap untuk memulihkan "luka energi" tiba-tiba harus luka lagi, tiarap lagi. Duh Gusti.
Khusus untuk program penguatan militer negeri kepulauan ini, dalam perspektif kita memakai pola mengedepankan skala prioritas adalah langkah terbaik dan terukur. Karena mata air sumur anggaran masih belum terisi optimal, demikian juga dengan keran dari sumur hutang harus dikelola secara profesional dan proporsional. Skala prioritas bukan berarti penundaan karena dinamika kawasan Indo Pasifik termasuk Laut China Selatan (LCS) saat ini dan masa mendatang adalah potensi terkuat untuk bergejolak hebat. Jangan lagi "berandai-andai" tidak ada ancaman terhadap teritori NKRI untuk tigapuluh tahun ke depan karena potensi musuh jelas sudah ada di depan mata. Saat ini diperlukan skala prioritas untuk pengadaan alutsista strategis.
Misalnya kontrak efektif untuk 6 jet tempur Rafale yang sudah diteken dengan memakai anggaran Sukhoi SU35, hanya perlu ditambah 6 unit lagi. Jadi 12 unit Rafale untuk kontrak efektif tahun ini, tidak perlu sekaligus 36 unit. 12 unit Rafale adalah skala prioritas sebagai pengganti 11 unit jet tempur Sukhoi SU35 yang "gagal mendarat" di tanah air. Kita sudah kehilangan waktu 5 tahun dari proses pengadaan 11 Sukhoi SU35 yang ngadat. Maka sangat wajar kalau kita memohon dengan sangat agar 12 unit Rafale ini bisa segera landing 4 tahun mendatang.
Pesanan alutsista sebelum Covid 19 yang segera tiba mengisi inventori TNI AU adalah 5 pesawat angkut berat Hercules type J dari AS mulai Januari tahun depan. Juga 6 pesawat amfibi untuk TNI AU dari Kanada akan tiba mulai tahun depan. Sementara 6 unit tambahan jet latih tempur T-50 dari Korsel diperkirakan datang tahun 2023. Tambahan 6 jet tempur ini akan memperkuat 14 unit yang sudah ada dan semuanya sudah diinstalasi radar Elbit dan dipersenjatai rudal. Tampilannya menjadi Fa-50 sehingga bisa memperkuat skadron jet tempur TNI AU di Natuna. TNI AU juga akan diperkuat 13 radar GCI ( Ground Controlled Interception) digital tiga dimensi dari Thales Perancis. Kontrak efektif sudah ditandatangani di Paris belum lama ini.
Tiga kapal selam Nagapasa Class diharapkan akan operasional penuh setelah selesai harwat (pemeliharaan dan perawatan) tahun ini. Yang paling mendesak adalah kebutuhan tambahan kapal selam serbu untuk memastikan daya gentar alutsista bawah air kita. Saat ini TNI AL hanya punya 4 unit kapal selam "anjing kampung". Untuk itu kita sangat mengharapkan proses pengadaan 2 kapal selam "herder" Scorpene yang digadang-gadang selama ini bisa segera kontrak efektif tahun ini juga. Ini skala prioritas, tidak bisa ditunda karena jujur saja kekuatan bawah air kita dalam SSAT (sistem senjata armada terpadu) belum menggigit. Sementara itu untuk 2 unit kapal perang heavy fregate Arrowhead140 alhamdulillah sudah kontrak efektif. Artinya sudah ada kepastian tambahan 2 kapal striking force yang gahar untuk menjaga kewibawaan teritori NKRI.
Untuk program pengadaan alutsista strategis seperti 6 kapal perang heavy fregate Fincantieri Class dari Italia dan 6 kapal perang Mogami Class dari Jepang serta 36 jet tempur F15 IDN dalam pandangan kita bisa dijadwal ulang. Kita fokus pada harwat dan upgrade 4 unit KRI Diponegoro Class dan 3 unit Bung Tomo Class yang sudah dijadwalkan. Bergantian mengawal teritori laut tersedia 2 KRI Martadinata Class, 3 KRI Fatahillah Class dan 4 KRI Ahmad Yani Class dan sejumlah KRI striking force lainnya. Khusus untuk pengadaan 36 jet tempur F15 IDN yang terkait dengan fasilitas GSP (General Specialized Preferences) ekspor kita ke Paman Sam, jika memang harus segera "diseimbangkan" setidaknya untuk batch 1 bisa order 8 unit dulu.
Diplomasi dan penguatan militer kita perlu effort bertahap. Maka sebagai komplemennya, kelincahan dan kecerdasan diplomasi kementerian luar negeri RI menjadi yang paling penting dan utama untuk dijalankan. Kecerdasan dan kepiawaian itu sudah diperlihatkan dalam Presidensi G20 saat ini ketika beberapa anggota G20 yang dipimpin AS mau mutung di KTT Bali Nopember mendatang jika Rusia diikutundangkan. Rusia kan jamaah G20, perlakuannya harus sama. Langkah cerdas yang diambil Kemenlu Indonesia sangat bermartabat dengan prinsip netral, tidak ikut arus alias nggah nggih mawon. Tetap konsisten mengundang Rusia dan mengikutkan Ukraina. Win-Win solution. Namun kabar terakhir ternyata Ukraina tidak jadi menghadiri KTT G20 di Indonesia.
Kemampuan diplomasi internasional ini diharapkan bermanfaat mengurangi suhu konflik di LCS. Sejauh tidak ada intervensi militer asing di perairan Natuna, posisi netral kita tetap istiqomah. Membuka dialog yang terus menerus dan mengedepankan semangat kerjasama dengan semua pihak adalah langkah yang harus terus dikumandangkan. Kita sudah paham betul dengan karakter Paman Mao yang mahal senyum dan karakter Paman Sam yang high profile berbumbu emosional. Juga karakter Paman Bear yang sedikit bicara dan tegas.
Sembari kita berskala prioritas untuk penguatan militer kita karena keterbatasan anggaran, kecakapan berdiplomasi di Presidensi G20 adalah momentum unjuk kecerdasan dan kepiawaian Indonesia. Siapa tahu dengan KTT G20 di Bali ada solusi perdamaian abadi antara Ukraina dan Rusia. Juga ada solusi kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan di LCS dan Indo Pasifik. Dengan begitu ada harapan relaksasi otot militer, dan pengurangan belanja persenjataan. Semoga Pamam Bear terbuka mata hatinya, semoga Paman Sam menyadari tempramennya dan Paman Mao mudah diajak tersenyum. Dunia kan milik kita bersama untuk kesejahteraan bersama. Recover together recover stronger. Semoga.
****
Surabaya, 30 Mei 2022
Jagarin Pane
Alhdulillah Abah ,udah keluar analisisnya.Saya tak begitu pandai dan pintar merangkai kata untuk menjadi kalimat,tapi saya mengikuti dan turut bergembira banyak saudara2 saya yg yg sangat faham ttg perkembangan ALUTSISTA TNI.Matur nuwun Abah Jagarin pane moga di kesehatan selalu agar saya dpt menikmati ulasan Njenengan,Aamiin.
ReplyDeleteAmin. Barakallah.🙏
DeleteDalam situasi normal memang bagusnya secara bertahap pak. Tapi sangat disayangkan dalam situasi global sekarang ini yg ngeri2 sedap alutsista yg mempunyai efek gentar yg tinggi seperti fregate FREM italia dan pesawat tempur tafale dijadwal ulang ya miris juga.apapun teori yg mengatakan pembelian rafale dan FREEM tetap jalan walaupun tidak termasuk dalam green book produksi BAPPENAS masih dipertanyakan juga walau bagaimana pun tetaplah apa yg tertuang dalam green book itulah yg legal, valid dan yang sah berlaku yg lebih pasti hanya waktu yg bisa jawab semua itu. Bagaimana seandainya cina ikuti jejak dan cara2 rusia menggunakan kekuatan militernya yg dahsyat itu untuk mengangkangi laut natuna utara dan kepulauan natuna? Jgn ueforia dulu dgn kehadiran USA dan ssekutu2nya yg tak tinggal diam. Bagaimanapun dalam perang yg paling menderita dan jadi korban rakyat yg negaranya tidak memiliki militer yg kuat.bahkan rakyat akan lebih menderita dari pada anggota militer yg terlibat perang. Bagaimanapun suatu negara yg punya harga diri dan menjunjung tinggi kedaulatannya tidak akan sudi mengharapkan bantuan negara lain dalam pertahanan negaranya, apalagi NKRI yg bangga dgn prinsip non blok serta tidak terikat dgn pakta pertahanan dgn negara manapun. Negara non blok,militer lemah trus bagaimana solusi jika terjadi gesekan dgn negara lain soal perbatasan, soal SDA soal pelanggaran kedaulan oleh asing kita cukup mengedepankan dialog,soft diplomasi, protes dan pernyataan prihatin, pernyataan menyesalkan serta meminta mereka minta maaf. Selesai perkara dgn damai. Besok2 mereka ulangi lagi. Protes lagi prihatin lagi menyesalkan lagi. DST. Dan jika seandainya mereka mendukung gerakan separatis kita pura2 tidak tau saja teruslah latihan militer dgn mereka meskipun banyak korban berjatuhan di pihak TNI dan rakyat akibat ulah teroris separatis atau jika mereka membangun pangkalan militer dekat dgn wilayah RI yg bisa berarti menodongkan senjata kearah kita, anggap saja merek itu sahabat yg kehadarinya dibutuhkan untuk menjaga stabilitas kawasan dan bisa juga nanti diminta bantuan jika terjadi bencana alam. Atau jika mereka sudah benar2 brutal dan nekat seperti kasus sipadan dan ligitan serta TIMOR TIMUR? Solusinya gampang.serahkan saja urusanya ke PBB atau ke mahkamah international
ReplyDeleteKita harus taat dan setia kepada pbb. bukankah militer kita selalu aktif dibawah bendera pbb menjaga perdamaian dunia? Jadi kita tidak perlu alutsista gahar. Kita perlu alutsista non kombatan seperti pesawat angkut hercules, A400,kapal bantu rumah sakit,LPD, LST, kapal2 perang ukuran 60 meter, drone intai, tucano,anoa untuk menjaga wilayah udara cukup radar saja kita perbanyak tidak perlu rudal pertahanan udara seperti patriot apalagi S400 atau bolehlah punya NASAM agak agak 2 atau 3 unit batre selebihnya cukup manpad.kalau mau sedikit alutsista agak sedikit gahar bolehlah kita punya astros,laigh fregate RE martadinata class dan MBT Leopard bekas atau bisa dipertimbangkan f16 viper kan kita sudah terbiasa dan akrab sebagai user F 16 jadi jgn berfikir memiliki pespur yg lebih canggih dan ganas seperti f35 rafale,SU 35,F15 F 18 superhornet cukuplah tetangga yg baik itu memilikinya. Karena kita cinta damai.kita perlu menghormati mereka dan menjaga keseimbangan kawasan.
Wait.. itu pesanann peswat amphibi kok lama sekali datang nya?
ReplyDeleteApa sekaligus semua datang nanti bung jagarin
dalam pandangan pribadi saya untuk FREMM,SCORPANE,RAFALE kayaknya pemerintah kita sudah melakukan deal,tapi dalam 6 bulan terakhir pemainan alutsista TNI dilakukan dengan sedemikian rupa unuk tidak menambah gejolak kawasan,dengan asumsi efek perang rusia ukraina justu membuat apbn surplus...semoga saja..hehehe.....BTW ekonomi kita lagi bagus2nya lho...semoga ada kejutan tanpa hutang luar negeri....media asing terutama china kepo banget masalah pembiayaan ini....
ReplyDeletesebenarnya kita bisa ngeteng belanja alutsista kyk sigapure karena mereka juga ga sekaligus banyak. jdi bisa beli rafales 6 ditahun pertama dan d di tahun berikutnya 3 - 3 jd 12, begitu pun ks.cukup 2 dlm waktu 4 tqhun, dan frem sama dgb arowhead cukuo 2 dlm 5 tahun tpi ga hiax atau pencitraan doang, kesana kemari tpi fa ada yg deal kan buang anggaran doang diplomasi itu hatus real klu dlu loby ke luar negri, skg loby mentri keuangan sebagai yg punya anggaran.
ReplyDeleteCina pintar dia gak macam2 ktika greenbook blum kluar shngga alutssta2 gahar pd jd gak dbli,banyk ngra sdh paham dgn Indonesia sm dgn permainan bola timnasnya kdg2 bagus tp kdg2 tiba2 jlek..
ReplyDeleteArtinya kita itu sering tobat sambel..
ReplyDeleteAssalamualaikum bung jagarin, seperti biasa mantab sekali ulasanya, tapi mohon info ni bung, denger2 di kanal sebelah,untuk f15 IDN sudah kontraknya sudah jelas di umumkan panglima dan sudah masuk skala prioritas bung sedang kan rafael malah ndak masuk prioritas, mohon pencerahanya bung.. 😄🙏🙏
ReplyDeleteF15 masih panjang prosesnya, belum ada MOU. Klo Rafale sdh kontrak efektif utk 6 unit. Sdg diperjuangkan tambahan 6 unit lagi, semoga bisa 12 unit dulu 🙏🙏🙏🙂
DeleteBelajar dr perang rusia vs ukraina ..konsep pertempuran dg mengandalkan drone prrlu mnjd perhatian termasuk peluru kendali jarak jauh startegis ...bag jag tdk bahas kelanjutan rudal jaeak jauh vrahmos neptune dan dr AVIBRAS?
ReplyDeleteSebelum keluar the green book of Indonesian military sudah ada pengumuman dari Menkeu RI soal dana pinjaman USD 20,7milyar utk peremajaan Alutsista TNI yg sudah tua dan masing masing Matra TNI sudah mengajukan prioritas alutsistanya yg akan dibeli dari dana USD 20,7 milyar. Jadi the green book itu diluar dana USD 20,7 milyar. Memang ada alutsista beru atau retrofit alutsista yg mendesak dilakukan yg tidak memakai dana USD 20,7 milyar tadi tapi memakai dana seperti yg ada di green book, jadi sebenarnya jauh hari sebelum ada green book tadi Menkeu RI udah pengucurkan dana utk pembelian alutsista TNI seperti dana USD 600juta utk pembelian kasek diesel bekas utk pengganti KRI Nanggala yg tenggelam lalu ada dana utk pembelian tank amphibi dan panser amphibi lalu ada dana utk pembelian peluncur roket MLRS sekelas vampire buatan Ceko dsb tapi dana dana tersebut belum terealisasi digunakan.jadi memang sebelum ada green book memang ada dana dana utk pembelian alutsista TNI dan yg tidak ada dana dana sebelum green book terbit baru dimasukkan ke dalam green book utk mendapatkan dana seperti dana utk retrofit KRI tnial kelas korvet, kira kira begitulah infonya. Utk heavy fregat mogami Jepang sepertinya ditunda dulu lalu utk heavy fregat FREMM Itali sepertinya tetap jalan cuma bertahap persis seperti yg dilakukan terhadap heavy fregat barbook A140 Inggris yaitu dibangun 2unit di PT PAL. Jadi FREMM fregat Itali sepertinya juga dibangun dulu 2unit di PT PAL. Yang jadi masalah adalah tidak ada informasi mengenai pengembangan roket dan rudal permukaan asli ciptaan dan buatan Indonesia dan ini masuk spek dirahasiakan dan tidak akan dibuka di green book.
ReplyDeleteMantap. Terima kasih kakaak...
DeleteBelum lagi usai perang Rusia vs Ukraina sekarang malah menghangat lagi & potensi konflik China vs Taiwan. Kalo sampai meletus ekonomi dunia bakal merah lagi rapotnya
ReplyDeleteBersyukurlah yg lahir thn 60an . Krn sampai saat ini kita punya referensi data sejarah.
ReplyDeleteBaik data sejarah politik , ekonomi maupun militer.
Poinnya dari semua ( 3 ) elemen penting ini .
Hanya kejujuran dan jiwa yg tulus dari pejabat pembuat keputusan yg bisa majukan bangsa tanpa menyelipkan keuntungan pribadi dan golongan sehingga permasalahan bangsa ini bisa diselesaikan dan dikuatkan 🇮🇩🇮🇩.
hidup bapak besar. kata jagarin pane
ReplyDeleteDengan dikeluarkan nya anggaran depan tahun 2023 ada satu program yaitu "program dukungan manajemen" Tolong bantu jelaskan ini program apa gitu? Karena angkanya besar jadi mohon pencerahannya bagi yg mengetahui
ReplyDeletePerang Rusia dan Ukraina cs blom selesai sampai saat ini.
ReplyDeleteAkhir konflik ini mempunyai PENGARUH YG BESAR utk KEUTUHAN INDONESIA.
Silahkan ditafsir masing masing 🇮🇩🇮🇩🙏🙏
Benar bung,sekarang pun mata harus di pertajam
ReplyDeleteApa hubungannya keutuhan RI dgn perang ukrain..?jgn mengait2kan yg tdk perlu aplgi menyangkut kedaulatan dan keutuhan bangsa..ngomong yg lain yg lbih membangun sprti masalah kemandirian bangsa dll..
ReplyDeleteSetuju dulur
ReplyDelete