Ada dua proyek besar alutsista strategis dan bergengsi yang selama Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan mengalami turbulensi dan gelombang kejut sehingga membuat sang pilot berada di titik simpang akhir konsistensi. Kerjasama alih teknologi pembuatan kapal selam "Nagapasa Class" dan pengembangan jet tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan yang sudah berjalan hampir satu dekade dihadang "awan cumulunimbus" yang membuat perjalanan panjang alih teknologi itu gonjang ganjing dan nyaris terjerembab.
Pengembangan teknologi jet tempur gen 4.5 antara Indonesia dan Korsel sudah berjalan delapan tahun. Proyek teknologi tinggi bernilai US$ 7,3 milyar setara 113 trilyun rupiah itu dibagi porsinya, Korsel menanggung 80% dan Indonesia 20%. Sejauh ini kita sudah membayar "SPP" sebesar 2,9 trilyun sebelum akhirnya menunggak iuran tahunan sebesar 7,7 trilyun rupiah sejak tahun 2019. Mogok bayar itu kemudian dikaitkan dengan berbagai informasi dan opini yang dalam pandangan kita sebenarnya sebuah dinamika wajar dalam perjalanan perjanjian kerjasama yang panjang.
Sebagai penganut "mazhab konsistensiniyah" sebuah istilah dalam forum militer alias aliran istiqomah, kita selalu menyuarakan keinginan yang kuat agar dua program besar ini terus berlanjut. Di beberapa tulisan terdahulu yang sudah dipublikasikan melalui blog militer pribadi dan di media online kita tetap mengharapkan program alih teknologi jet tempur IF21 dan kapal selam tetap berjalan. Kedua teknologi tinggi ini jika bisa kita kuasai maka hampir sempurna penguasaan teknologi alutsista yang dimiliki industri pertahanan kita. Kita sudah bisa membuat aneka ragam alutsista mulai dari panser, tank, roket, kapal patroli cepat, kapal cepat rudal, kapal LST, kapal LPD dan lain-lain.
Perkembangan terkini yang menggembirakan adalah gonjang ganjing itu reda. Peresmian kapal selam ketiga KRI Alugoro 405 yang dibangun di PT PAL membuktikan bahwa serah terima itu mampu menepis spekulasi yang beredar di kalangan netizen forum militer. Banyak rumor soal Alugoro yang dianggap tidak sesuai harapan padahal PT PAL dalam setiap tahapan uji laut mempublikasikan hasilnya. Kemudian soal jet tempur KF21 /IF21 dimana Indonesia absen iuran selama dua tahun terakhir karena berbagai faktor teknis dan non teknis. Opini yang beredar kemudian adalah tidak diberikannya teknologi kunci dari AS untuk menyuntik instrumen pesawat ini.
Nah barusan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto diundang ke Korsel. Dia disambut meriah dengan karpet merah di Seoul layaknya seorang Presiden untuk menghadiri seremoni peluncuran prototype jet tempur KFX yang kemudian diberi nama jet tempur KF21 Boramae. Seremoni mewah di Seoul tanggal 9 April 2021 ini yang juga bertepatan dengan HUT TNI AU mendapat liputan media yang luas di seluruh dunia. Presiden Korsel Moon Jae-in memberikan apresiasi kepada Indonesia sementara Presiden Jokowi memberikan sambutan secara virtual. Indonesia akan melanjutkan kerjasama pengembangan jet tempur KF21/IF21 adalah pernyataan kunci yang disampaikan Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo. Terang benderang.
Pelajaran yang bisa dipetik dari episode turbulensi program kerjasama alih teknologi kapal selam dan jet tempur ini adalah kemampuan menyikapi dan menyaring mana yang berwarna opini dan penggiringan opini dan mana yang merupakan pernyataan resmi. Dalam beberapa artikel yang kita publikasikan soal dua proyek alutsista strategis ini kita selalu menyuarakan semangat konsistensi, tetap teguh melanjutkan kerjasama yang sudah di dua pertiga perjalanan. Karena kita memahami bahwa perjalanan panjang program alutsista strategis dan bergengsi ini akan mengalami pasang surut. Apalagi dibumbui rayuan sales promotion grup produsen alutsista lain termasuk mungkin saja ada pihak lain yang tidak ingin kita bisa menguasai teknologi kapal selam dan jet tempur.
Maka ketika KRI Alugoro 405 diresmikan belum lama ini di Surabaya dan juga ketika purwa rupa jet tempur KF21 diluncurkan di Seoul,setidaknya ada nafas kelegaan yang kita hirup, ada rasa plong, ada rasa sukacita yang membuat bibir tersenyum puas. Bahkan Alugoro yang baru diserahkan pabrikannya langsung unjuk diri di Natuna. Luar biasa. Kedua program besar alutsista teknologi tinggi ini akan berlanjut terus tentu diawali dengan perundingan soal-soal teknis. Indonesia akan segera mengirim kembali seratusan insinyur proyek jet tempur IF21 ke Korsel setelah sebelumnya pulang di awal pandemi Covid19.
Proyek Nagapasa batch 2 untuk membangun kapal selam keempat, kelima dan keenam bernilai US$ 1,2 milyar bisa dilanjutkan, apalagi sebenarnya kontrak awal "U209-1400 Project" ini sudah diteken tahun 2019. Dan kontrak selanjutnya adalah kontrak efektif untuk memulai pembangunan kapal selam keempat tentu setelah membayar down payment. Kita apresiasi keteguhan Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo untuk tetap istiqomah melanjutkan kedua proyek hebat ini. Lima enam tahun ke depan kita akan terus melangkah menuju pencapaian hasil yang insyaAllah membanggakan. Semoga.
****
Jagarin Pane / 18 April 2021