Kata-kata
bijak tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Atau contohlah China yang
membangun kekuatan militernya dengan satu kebulatan tekad. Membangun bangsaku,
bukan membangun bank saku.
Kita perlu mencontoh Paman Panda terutama dalam tekad
menguasai teknologi militer. China membeli kapal induk bekas yang belum selesai
dari Ukraina. Supaya Ukraina mau melepas, dibilang kapal induk itu mau
dijadikan kasino terapung.
Nah setelah dibeli ternyata kapal itu dibangun menjadi
kapal induk beneran, namanya Liaoning (CV16), sekarang sudah berlayar. Based on
Liaoning dibuat lagi kapal induk fotocopy namanya Shandong (CV17), sudah
diresmikan Xi Jinping barusan.
Mereka juga beli sejumlah jet tempur Sukhoi dari Rusia
lalu dipelajari serius bin fokus dan kemudian dibuat jet tempur fotocopy
teknologi Rusia. Sekarang dua-duanya seiring sejalan mengawal langit China.
UCAV TNI AU CH4 Rainbow buatan China |
Indonesia ingin menguasai teknologi pembuatan kapal
selam dengan cara sportif. Maka melalui pemesanan 3 kapal selam kelas Changbogo
dari Korsel dikirimlah ratusan ilmuwan kita ke Korsel sepuluh tahun yang lalu
untuk transfer teknologi.
Perjalanan selama sepuluh tahun ini sudah menghasilkan
produk 3 kapal selam yang dinamai Nagapasa Class. Kapal selam ketiga dibuat di
PT PAL Surabaya yang membangun infrastruktur galangan kapal selam.
Nah sekarang sudah di sign pembuatan kapal selam ke
4,5,6 untuk melanjutkan penguasaan teknologi kapal selam. Artinya tinggal
selangkah lagi kita menguasai teknologi ini. Sejalan dengan itu saat ini
ilmuwan kita melakukan overhaul kapal selam KRI Cakra yang nota bene sejenis
dengan Changbogo.
Tak lama muncul suara di media yang bersumber dari
Kemenhan bahwa Nagapasa Class tidak sesuai harapan, kurang ini kurang itu. Padahal
kontrak kapal selam batch 2 sudah berjalan. Bersamaan dengan itu Menhan Prabowo
berkunjung ke Turki untuk tingkatkan kerjasama militer. Lalu mencoba produk
kapal selam Turki U214 yang satu perguruan dengan Changbogo yang sama-sama
berguru di Jerman.
Martadinata Class, bagian dari transfer teknologi |
Kita berharap tidak ada gangguan cuaca apalagi sekelas
tornado dalam proses transfer teknologi pembuatan kapal selam Nagapasa Class ke
4,5,6. Kalaupun kita tertarik dengan U214 Turki bisa secara paralel dan juga
dengan pola transfer teknologi. Jadi ada dua dosen yang ngajari teknologi kapal
selam dalam satu perguruan.
Demikian juga dengan proyek pengembangan jet tempur
KFX/IFX dengan Korsel yang sudah berjalan sepuluh tahun tetap pada jalurnya.
Sudah duapertiga perjalanan bagi ilmu dilakukan ratusan ilmuwan kita di Korsel.
Lima tahun lagi penampakan jet tempur gen 4.5 sudah menjadi kenyataan.
Negosiasi terhadap beberapa pasal kerjasama on going
project KFX/IFX masih terus dilakukan. Tapi tidak untuk membatalkannya.
Perjalanan kerjasama ini sudah mendekati finish, tentu ada pihak-pihak yang
tidak suka dengan pencapaian ini.
Maka seharusnya kita kembali menguatkan tekad untuk
pencapaian penguasaan teknologi pembuatan kapal selam dan jet tempur. Hanya
butuh lima enam tahun lagi untuk pencapaian itu. Jangan sampai hanya karena
persoalan teknis lalu merambat jadi masalah strategis alias kita mundur dari
pola kerjasama ini.
Ini sama dengan proyek kerjasama alih teknologi
pembuatan kapal perang striking force Martadinata Class yang belum purna. Kita
dan Belanda baru bangun dua kapal, tentu ilmu alih teknologinya masih
menggantung. Minimal harus ada lagi lanjutan pembuatan kapal perang ke 3 dan 4.
Tapi sampai sekarang masih belum dilanjut.
Kalau memang tekad kita seperti yang disampaikan
Presiden Jokowi pada Menhan Prabowo untuk membangun industri pertahanan, tiga
proyek strategis ini perlu pengawalan khusus untuk pencapaiannya. Kita tahu
banyak sekali madu anggaran dikucurkan untuk Kemenhan dan itu mengundang para
makelar alutsista untuk mencicipinya.
Namanya makelar tentu dia
menawarkan sejumlah "bank saku" untuk pengambil keputusan dan
asistennya agar barangnya dibeli. Tekad China yang sukses membangun industri
pertahananannya karena komitmen "bangsaku" demikian kuat dan ketat.
Sementara kita disinyalir masih ada di dua sisi persimpangan, menebalkan
"bank saku" atau bertekad untuk kejayaan bangsaku.
Ayo ngaku aja.
****
Semarang 24 Desember 2019
Jagarin Pane
****
Semarang 24 Desember 2019
Jagarin Pane
Yang disayangkan martadinata class knpa nggk dilanjut padahal selama proses pembuatanya dan TOT tanpa mengalami kendala yang berarti
ReplyDeleteSaya pun sempat berpikir demikian bahwa changbogo pasti tidak sesuai harapan kita , ambil contoh howitzer kh78 yg kita beli dari Korsel jumlahy gak tanggung 54 unit untuk 3 batalion Yon armed kurang TNI ad kurang sreg karena ketepatan pengenaaan target y di bandingkan howitzer LG buatan Francis , begitupun panser tarantula berapa kali terguling dan pernah ada keretakan,semoga ifx kita tidak meniru atau kemampuan y tidak sama persis dengan kfx korsel
ReplyDeleteBangsa kita perlu mencontoh Cina dalam hal reverse engineering. Perlu ada langkah2 dan niat sungguh2 pemerintah agar ekonominya maju dengan cara menggalakkan pendidikan teknik ini.karena hal inilah yg membuat Cina melompat ekonominya apalagi teknologi militernya sampai Rusia kebingungan karena banyak alutsistanya yg berhasil dijiplak oleh Cina dgn mudah.
ReplyDeletebung admin. ada info terbaru mengenai kfx tdk. katanya di medsos akan dibatalkan krn kemahalan serta kelanjutan su 35
ReplyDeleteMaklumlah Negara Kita terlalu sombong, tdk mau menjiplak, padahal awal kemajuan USA dan Soviet (rusia) juga menjiplak tekhnology jerman.!!
ReplyDeletekerjasama teknologi sdh lumrah dilakukan oleh semua negara, pihak (murid) yg memerlukan iptek tentu hrs belajar ke negara (guru) yg sdh menguasai iptek dimaksud, seharusnya murid dapat iptek yg sempurna secara profesional.
ReplyDeletenah...... kalo akhirnya murid dapat ilmu yg tdk sempurna, apakah guru nya masih bisa dianggap kompeten???
tentu sbg murid yg cerdas pada akhirnya harus mencari guru baru yg lebih menguasai iptek secara sempurna, buang waktu sama dg buang uang!!! cari duit itu susah boss, hrs jelas ending nya.