Belum setengah tahun diadakan unjuk kekuatan dan latihan
militer skala besar di Natuna yang dihadiri oleh Presiden Jokowi akhir tahun
lalu, militer Indonesia kembali menggelar latihan gabungan respon cepat yang
dikenal dengan sebutan PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat). Sepanjang minggu
ini yang berpuncak di Jumat Wage tanggal 19 Mei 2017 gelar pasukan reaksi cepat
dipertunjukkan di Tanjung Datuk Natuna di hadapan Presiden Jokowi dan seluruh Gubernur
di Indonesia.
Mengapa di Natuna lagi, karena ini adalah pertaruhan
gengsi berteritori yang paling menentukan.
Sebab di seberang utara sana geliat lidah naga semakin menjulur dan sering
memercikkan percikan gelombang laut yang menerpa ke segala arah. Penampilan
unjuk kekuatan militer Indonesia di pangkalan militer Natuna yang berulang kali
tentu menarik untuk dicermati.
Boyongan alutsista dari pulau Jawa dua minggu terakhir
ini begitu terasa. Antara lain MLRS Astross II Mk6, Tank Leopard, Tank Marder,
Artileri Caesar Nexter, Artileri KH179, UAV, Radar Mobile, sejumlah KRI
striking force, KRI Logistik, Tank Amfibi, RM Grad / Vampire, Hercules, Jet Tempur,
Helikopter dan sebagainya. Lanud strategis yang mendukung adalah Halim Jakarta,
Pekanbaru, Pontianak, Batam dan Natuna bersama 6000 pasukan TNI.
Jet tempur TNI AU, belum memadai jumlahnya |
Natuna adalah pagar teritori yang patut diwaspadai karena
lalulintas militer di Laut Cina Selatan begitu tinggi tensinya. Cina sudah
membangun pangkalan militernya di kawasan itu dan seakan tidak terbendung lagi
untuk menancapkan hegemoninya di perairan kaya energi fosil itu. Meski dengan
kepulauan Natuna tidak mengklaim tapi Cina dengan tegas menyatakan bahwa
perairan ZEE Natuna bersinggungan dengan klaim teritorinya.
Nah kita harus cepat mengantisipasinya. Tidak bisa lagi
ada statemen kita tak punya musuh, semuanya kawan dan kita tidak cari musuh. Ya
semua negara di kawasan ini kawan kita, sahabat kita tetapi sebagai bagian dari
antisipasi untuk pertahanan teritori adalah sangat wajar kita perkuat militer
kita. Jangan terlambat Om, apalagi terlambat mikir.
Jenderal Gatot berkali-kali sudah ngomong bahwa
pertempuran masa depan adalah perebutan sumber daya alam. Jadi bukan
pertempuran merebut pulau Jawa tetapi wilayah yang kaya sumber energi, Natuna
salah satunya. Maka perkuatlah angkatan laut dan udara, maka tambahlah
alutsista mobile seperti jet tempur, kapal perang, kapal selam dan peluru
kendali jarak sedang. Jangan kebanyakan mikir sendiri, bukankah anggaran sudah
disediakan secara terang benderang dan tahun depan menjadi anggaran terbesar
diantara seluruh kementerian.
Armada KRI, perlu diperbanyak striking forcenya |
Jet tempur Sukhoi SU35 yang dipesan itu mestinya tidak
sekedar 8-10 saja, tapi kita butuh lebih dari itu misalnya 24 unit. Jet tempur
F16 juga harus ditambah lagi meski kita sudah memiliki 33 unit. Juga kapal
perang striking force seperti PKR, Fregat, kapal selam harus terus ditambah.
Ruang udara dan perairan kita cukup luas, jadi kita butuh alat pemukul di udara
dan laut. Kita butuh angkatan laut dan
udara yang kuat.
Unjuk kekuatan melalui latihan militer sesungguhnya
menggambarkan kekuatan kuantitas dan kualitas alutsista yang dimiliki. Kita
boleh saja mengklaim bahwa pertunjukan demo kehebatan militer kita di Natuna
bernilai spektakuler tetapi menurut sudut pandang Vietnam atau Singapura boleh
jadi sesuatu yang biasa-biasa saja atau menurut Cina bisa jadi belum menyengat
tuh alias gak nendang.
Padahal kita saat ini sedang membangun pangkalan militer
di Natuna berkarakter sarang lebah. Bisa
menyengat sebelum bala bantuan datang dari Jawa. Jika pangkalan militer itu
jadi apakah kemudian ketersediaan alutsista untuk ditempatkan di pulau itu
memadai. Itu pertanyaan besarnya. Oleh sebab itu isian alutsista pertambahannya
harus dipercepat, butuh gerak cepat.
Jelaskan pada Presiden ketika berkunjung ke Natuna nanti,
kita masih membutuhkan sejumlah kapal perang dan jet tempur, kita butuh rudal
jarak sedang, kita masih perlu pertambahan alutsista secara besar-besaran dan
mendesak. Natuna hanya satu titik teritori sementara banyak titik teritori yang
perlu diawasi ketat. Butuh persebaran alutsista mobile, jadi butuh pertambahan
alutsista, itu logikanya.
Seluruh gubernur yang ikut menyaksikan unjuk kerja PPRC di
Natuna merupakan momentum sosialisasi bahwa perkuatan militer mutlak
diperlukan. Jangan hanya menjelaskan
kehebatan jalannya latihan tempur, lalu tepuk tangan. Tetapi lebih dari itu bahwa penambahan
alutsista di seluruh pelosok tanah air bukanlah pemborosan anggaran tetapi
bagian dari investasi ber NKRI, berteritori, berpertahanan dan bereksistensi.
NKRI adalah eksistensi yang didalamnya memerlukan payung perlindungan militer
sepanjang waktu dan sepanjang tempat.
Jadikanlah momen pertemuan elemen pemerintahan sipil dan
militer di Natuna sebagai kebulatan tekad untuk mempercepat pertambahan
alutsista berteknologi tinggi dan pertambahan anggaran pertahanan secara
signifikan. Natuna adalah contoh dimana gengsi berteritori NKRI sedang
dipertaruhkan, diuji dan ditampilkan. Maka tampilan alutsista pemukulnya yang
ada disana haruslah yang berkelas, setara, gahar dan membanggakan serta menetap
di pulau itu.
****
Jagarin Pane / 16 Mei 2017
Perkuat muiliternya, siapkan mentalnya. Kalau mental tidak gahar, jangan jangan kita tidak sadar bahwa musuh sudah di depan mata, mudah terkoyak hanya karena urusan segelintir oportunis
ReplyDeleteane sependapat dg jenderal gatot, tetapi apa yg ada saat ini tdk akan mampu membendung lidah naga utara; sarang lebah akan dikoyak habis kalo hanya berkekuatan sengat segitu. kita hanya besar dalam tempurung terbukti mikir terlalu lemot dan merasa sudah perkasa.
ReplyDeleteJangan salahkan rakyat jika cuman mondar mandir di natuna tanpa melengkapi diri dg aman scr nyata pd pertahanan negara. Alutsista masih kelas teri, bung.
Copas forum tsb pd bagian2 tertentu saja di: http://www.shipbucket.com/forums/viewtopic.php?f=14&t=6818
ReplyDeleteIndonesia: 2x Type 209/1300 – recently replaced, one sub to be scrapped, other to remain in training service, replaced by NT FAS72 submarines
indonesian navy order originally four FAS72 but later added two additional FAS75/72 submarines as part of its large naval modernization.
Batch I (FAS72)
406 Kendari – commissioned in 2016 – active
407 Mamuju – commissioned in 2016 – active
408 Gorontalo – commissioned in 2017 – active
409 Ambon – commissioned in 2018 – active
Batch II(FAS75/72)
410 Mandao – commisioned in 2019 – active
411 Bengkulu – under construction , to be delivered and commissioned