Milad tentara langit kita dilangsungkan meriah. Tanggal 9
April ini seratusan pesawat militer angkatan udara memeriahkan langit biru
Halim AFB dan Jakarta untuk mempertontonkan kehebatan manuver berbagai
alutsista mahal. Angkatan udara identik dengan mahalnya asset karena wilayah
ini adalah wilayah teknologi tinggi, keberanian dan marwah. Maka sajian berbagai manuver utamanya jet
tempur akan memberikan suasana gemuruh yang membanggakan harga diri berbangsa
meski bangsa ini sedang sakit korupsi berjamaah.
Puluhan jet tempur berbagai skadron unjuk kebolehan,
misalnya simulasi pertempuran jarak dekat antara F16 dan Sukhoi. Ini adalah dua
asset penting TNI AU sekaligus menunjukkan inilah wajah tentara langit
nusantara. Semua alutsista tentara langit diperlihatkan kepada khalayak, mulai
dari Grob, Kt1 Wong Bee, Collibri, Super Puma, Cougar, CN 235, CN 295,
Hercules, Super Tucano, Golden Eagle, Hawk, F16, Sukhoi, Oerlikon Skyshield dan
lain-lain. Makna dari pertunjukan Milad ini adalah untuk memperlihatkan sampai
di batas inilah kemampuan kekuatan pengawal dirgantara republik.
Sukhoi Indonesia, kekuatan paling bertaring |
Pertanyaannya, sudah kuatkah tentara langit kita. Jawabnya
belum. Wilayah udara republik ini sama dengan Eropa namun jumlah skadron
tempurnya masih dibawah standar kebutuhan. Tentara langit kita masih butuh
penguatan dan pertambahan skadron tempur, meski saat ini sudah memiliki 8
skadron tempur jumlah itu masih jauh dari kekuatan ideal yang dibutuhkan. Saat
ini setidaknya ada 3 hotspot yang harus diwaspadai duapuluh empat jam penuh
yaitu Natuna, Ambalat dan Kupang. Lho kok Kupang dimasukkan titik panas, ya
karena Darwin ke depan ini akan menjadi pusat pergerakan pesawat militer AS dan
Australia untuk menghadapi Cina di Laut Cina Selatan (LCS).
Ada pangkalan udara strategis di Sumatera yang tidak
digunakan untuk penerbangan komersial, Polonia atau Lanud Soewondo. Mestinya
TNI AU mengoptimalkan penggunaan pangkalan angkatan udara ini untuk berbagai
kegiatan. Atau menjadikannya sebagai salah satu home base skadron tempur, atau
skadron intai atau apalah. Lanud Soewondo jauh lebih bagus dari Pekanbaru. Menumpuk
dua skadron tempur Hawk dan F16 di Pekanbaru yang juga sebagai bandara
komersial tentu tidak nyaman secara operasional.
Bertele-telenya pengadaan jet tempur pengganti F5E Tiger
memberikan kesan pada khalayak bahwa metode dan model pengadaan alutsista TNI
AU kurang memberikan nilai cerah. Skadron F5E yang dinonaktifkan menandakan
proses regenerasi kurang berwibawa. Bukan karena kita kurang duit, wong
anggarannya sudah tersedia sejak tahun 2014, tapi karena cara pandang yang
kurang memandang horizon sebagai titik pandang.
Mengapa bisa begitu karena kita terlalu banyak “diskusi” dengan segudang
persyaratan. Padahal yang mau dibeli tidak cukup satu skadron.
Kalau dulu kita terhambat mengembangkan kekuatan tentara
langit karena anggaran terbatas tetapi ternyata sekarang ketika anggaran
dikucurkan deras, pertambahan kekuatan tidak selancar kucuran anggarannya.
Belum lagi soal selera, kita beli sesuai kebutuhan atau sesuai keinginan sih. Kok sepertinya khalayak membaca suasana ini
tidak harmonis. Kemhan bilang mau beli pesawat angkut berat A400M, TNI AU
nyatanya belum tahu padahal dia user. Atau soal Helikopter AW101 yang sempat
heboh kok bisa begitu ya. Antara satu statemen dengan statemen lainnya tidak
saling memberikan aura sinergi.
Soal pertambahan kekuatan, sangat layak jika Kupang
diberikan jatah minimal 6 jet tempur menginap permanen. Demikian juga Biak yang sudah tersedia
infrastruktur termasuk Paskhas mestinya tersedia dengan jumlah yang sama dengan
Kupang. Apalagi Natuna dan Tarakan yang
mudah demam berkepanjangan harus tersedia jet-jet tempur yang bergigi. Kehadiran sejumlah jet tempur di wilayah
perbatasan akan memberikan marwah dan wibawa teritori sekaligus memperpendek
waktu sergap jika ada pesawat asing nyelonong.
Kita berharap kekuatan tambahan untuk TNI AU bisa
tersedia tanpa proses yang bertele-tele. Kita masih butuh radar untuk menutupi
Bengkulu, Singkawang, NTB dan Morotai. Kita juga butuh jet-jet tempur
berteknologi tinggi. Ingat kiri kanan
kita sudah mulai berdatangan jet tempur “Jin” F35. Ingat di selatan kita sudah
ada penempatan jet tempur F22 Raptor. Ingat di LCS sudah tersedia pangkalan
militer skala besar milik Cina yang sangat dekat dengan Natuna.
Sementara kita masih berfikir konvensional, bersikap
seolah tak ada musuh, berlagak seakan semuanya biasa, tidak ada apa-apa. Ingat
pemicu konflik masa depan adalah perebutan sumber daya alam yang sebagian besar
ada di laut. Bahasa jelasnya gak ada negara lain yang berminat sama pulau Jawa.
Tapi yang mengincar Natuna, Ambalat, Arafuru dan Papua sudah bisa dipetakan
secara intelijen militer.
Maka sebelum semuanya terlambat, perkuatlah militer kita,
perkuatlah angkatan udara dan laut sebagai pagar kekuatan terdepan. Negara kepulauan ini mutlak harus punya
kekuatan gahar di udara dan laut, tidak bisa tidak. Pertambahan skadron tempur
dipercepat waktu prosesnya sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan termasuk keinginan
makelar. Anggaran secara bertahap
diperbesar terus dan Kemhan menjadi pemegang APBN terbesar dan bahkan
diprediksi mulai tahun 2019 anggaran pertahanan RI menjadi yang terbesar di
ASEAN.
Tunjukkan kinerja penggunaan anggaran secara profesional,
bangun komunikasi dan koordinasi serta sinergi dengan user matra angkatan.
Khalayak menginginkan tentara republiknya mempunyai kemampuan tempur yang
setara dengan kawasan ini. Postur kekuatan spartan yang dimiliki prajurit TNI
selayaknya diimbangi dengan perkuatan alutsista yang berteknologi tinggi. Dengan
itu maka marwah teritori NKRI akan menjadi terangkat dan memberikan rasa segan
bagi siapa saja yang mencoba melecehkannya.
Happy milad tentara langit nusantara. Jujur saja saat ini
kalian belumlah sekuat gemuruh yang dipertontonkan itu. Kalian harus kuat,
kalian harus bertaring, kalian harus bernyali. Jika kalian kuat dan gahar maka
kami akan merasa bangga punya tentara langit. Kami bangga punya pengawal
republik yang gagah dan gahar, tak peduli apakah bangsa ini sedang sakit
korupsi berjamaah hanya karena sebuah sebab merubah kertas menjadi plastik.
****
Jagarin Pane / 08 April 2017
Analisis yang bagus..
ReplyDeletePengadaan su 35 tidak perlu di gembar gemborkan.kita tdk perlu pamer. Itu kan senjata rahasia. Yg namanya rhasia kan tdk perlu diumbar.
ReplyDeleteKeren
ReplyDeleteNgomong su 35 capek,,,,, kalo rapale aku mau....
ReplyDeleteHehe sudah siap kirim thu su35 memang sengaja di buat seperti itu... Kyk g tau tni aj... Tiba2 nonggol
ReplyDeletealutsista rahasia apa'an?...
ReplyDeletembel gedes itu, coba lihat pakistan, india, dll nuklir aja nggak rahasia-rahasiaan, bung.
amrik dg pespur seabrek gitu apanya yg dirahasiakan ?
kalimat rahasia hanyalah utk membahagiakan diri di tengah kelemahan2 yg byk. alias bohong2an.