Monday, June 8, 2015

Tidak Hanya Laut Yang Berwarna Biru



Suksesi Panglima TNI sudah diambang pintu, sebagaimana yang pernah dijalankan pemerintahan sebelumnya maka mestinya giliran Angkatan Udara mendapat kesempatan untuk menjadi TNI-1.  Namun statemen Menteri Tejo yang menyatakan tidak otomatis  Kepala Staf Angkatan Udara menjadi Panglima TNI pada akhirnya menimbulkan polemik berkepanjangan. Habis juga energi hanya untuk mencoba merubah tatanan yang sudah berjalan sebagaimana tatakrama, meski tak ada Undang-Undangnya

Harus bisa memilah antara visi dan figur.  Kalau visinya tentang poros maritim atau menjadikan laut bukan sebagai punggung tetapi sebagai dada, dan lalu kita membusungkan dada sembari mengucap ini lautku mana lautmu.  Tentu bukan berarti semuanya akan berwarna laut karena warna air laut biru itu juga karena warna langit biru. Jadi figur bisa dari matra apa saja dan ketika tiba giliran tentara langit untuk mendapat kesempatan, jalankanlah dengan biasa-biasa saja. Toh jenderal-jenderal bintang empat itu sudah tersaring dari serangkaian kompetisi gagah dan gigih baik uji visi, uji pikir, uji nyali, dan uji tempur.
Sukhoi Indonesia, kegaharan yang diniscayakan
Memang hak prerogatif Presiden untuk menentukan Panglima TNI tetapi Presiden tentu mendapat masukan dan “gosokan”.  Nah gosokan ini yang perlu diwaspadai karena bisa saja terkontaminasi dengan virus-virus kepentingan apalagi ke depan belanja alutsista kita akan menjadi yang paling gede di ASEAN.  Perlu juga diketahui bahwa Menkopolhukam kita itu kan mantan KSAL dan Menhan kita itu mantan KSAD, jadi kalau Panglima TNI kali ini dari Angkatan Udara, biasa aja tuh. Kok jadi repot mempermasalahkan sesuatu yang sudah berjalan bagus selama ini.

Konsep pertahanan yang dianut Republik ini tidak lagi berdasarkan “masuk dulu baru digebuk” tetapi mulai menerapkan kurikulum “berani masuk digebuk”.  Untuk menjalankan kurikulum baru itu tentu harus punya Angkatan Udara dan Angkatan Laut yang kuat.  Kenyataannya kekuatan udara dan laut kita belum sampai pada kekuatan “berani masuk digebuk” tapi baru sebatas kiasan “berani masuk dipelototin”. Angkatan udara yang memiliki kualifikasi pre emptive strike yang kita dambakan itu minimal harus punya 4 skuadron Sukhoi dan 6 Skuadron F16 edisi terkini dan atau yang sekelas dengannya. Harus punya pesawat intai strategis, harus punya pesawat pembom strategis.  Angkatan Laut juga demikian, minimal harus punya 4-5 Destroyer, 15-20 Fregat, 30-40 Korvet, 10 kapal selam.  Itu kalau mau menjalankan kurikulum pre emptive strike yang sejati.

Panglima TNI dari tiga matra semuanya pantas dikedepankan untuk memimpin pasukan penjaga NKRI.  Nah ketika pergantian itu tiba pada giliran Angkatan Udara, jalankanlah mekanisme itu karena figur Kepala Staf dari matra manapun sanggup menjalankan visi kemaritiman yang sekarang menjadi lagu wajib tak terbantahkan. Meneruskan tradisi yang sudah baik dari pemerintahan sebelumnya tentu akan memberikan nilai pandang yang bagus bagi pemerintahan sekarang. Tidak ganti kepemimpinan ganti kebijakan apalagi ternyata kebijakan itu karena pamrih atau adanya gosokan untuk kepentingan lain yang Presiden sendiri tidak tahu.  Bukankah Presiden kita presiden yang polos.
KRI Bung Tomo 357 menembakkan rudal
Dukungan visi maritim dari sudut pandang militer tidak lain adalah mempunyai armada laut dengan kemampuan tempur jelajah dengan kapal perang sekelas fregat dan destroyer serta kapal selam herder.  Kekuatan armada tempur laut itu mutlak harus didukung kekuatan Angkatan Udara yang berkualitas.  Tidak mungkin armada laut dipayungi jet tempur Hawk,  harus sekelas Sukhoi atau F16 edisi terakhir atau F-18 Hornet.  Untuk mencapai kekuatan itu perlu waktu tetapi menetapkan figur untuk menjalankan cita-cita itu sangat elok melihat warna biru karena warna biru bukan hanya warna air laut, gunung juga dari jauh berwarna biru, apalagi langit cerah pasti berwarna biru. Jangan pula mengklaim warna biru dari partai saya dan itu sama dengan warna laut yang menjadi idola saya.

Tentara kita tidak boleh dicampuri dengan kepentingan politik. Yang jelas kemampuan tempur militer negara ini harus dibenahi, dibaguskan dan digaharkan. Tantangan teritorial ke depan tidak bisa hanya diplototin lalu kirim nota diplomatik. Kita harus punya militer yang kuat menjalankan kurikulum berani masuk digebuk.  Tidak lagi ada kalimat nanti dulu untuk memperkuat militer kita. Bahkan melihat kondisi dinamis di kawasan ini percepatan pembangunan kekuatan itu menjadi syarat utama.  Kalau hanya Hawk yang ditugaskan menjaga Natuna atau KCR 40 dan KCR 60,  negeri Utara kita itu pasti bilang “gak nendang tuh”.

Siapapun yang memimpin TNI dia adalah orang terbaik dan ketika giliran Angkatan Udara yang harus memimpin, jalankan saja.  Figur Panglima TNI dari tiga angkatan itu sanggup menjalankan visi dan misi kemaritiman. Jangan sampai ketika menunggu antrian tiket begitu tiba di depan loket, tiketnya habis padahal di belakang loket sedang ada transaksi. Jangan sampai model kedengkian di loket karcis itu terjadi dalam menentukan pantas dan tidak pantasnya figur untuk menjalankan visi.  Ingat bukan hanya laut yang berwarna biru, gunung juga berwarna biru dan langit juga pemilik warna biru.
****
Jagarin Pane / 08 Juni 2015

10 comments:

  1. siapun panglimanya dari angkatan manapun.. yang penting cakap dan bisa memajukan tni disegani lawan ataupun kawan

    ReplyDelete
    Replies
    1. HANYA ORANG SINTING YG MEMPERMASALAH KAN DARI ANGKATAN MANA YG JADI PANGLIMA TNI, HARUS DI BERSIH KAN DARI SIFAT FANATIK KEMATRAAN

      Delete
  2. Memang benar pengangkatan panglima TNI adalah hak prerogatif presiden akan tetapi tradisi yg dilakukan sejak presiden SBY yg menjabat panglima TNI sangatlah tepat dan adil,Tradisi itu sangatlah positif krn setiap panglima yg menjabat akan bekerja maksimal utk kemajuan TNI krn akan membawa nama harum pd kesatuannya.lebih tepatnya FASTABIKUL KHOIROT.klo merubah tradisi baik itu jokowi akan menanggung akibatnya baik langsung atau tdk langsung

    ReplyDelete
  3. Setuju dengan Pandangan Bung Jagarin.. Sebaiknya Semua Mendapat Kesempatan

    ReplyDelete
    Replies
    1. YANG MENDAPAT KESEMPATAN YA HARUS YG TER BAIK BUNG, BUKAN DI LIHAT DARI DARAT, LAUT MAUPUN UDARA. DARI TIGA JENDRAL CALON PANGLIMA PASTI ADA SATU YG TER BAIK. KALAU MEMANG YG TERBAIK ITU DARI SALAH SATU ANGKATAN SECARA BERTURUT TURUT YA NDAK APA2 YG PENTIMG YG TER BAIK.....GITU LO JRENG

      Delete
  4. Malaysia selalu memasuki ambalat baik diudara maupun dilaut bahkan ironisnya malaysia sdh mengklaim wilayah yg sdh nyata2 masuk NKRI.mampukah panglima yg baru mengatasi hal ini dgn tepat benar dan berwibawa.

    ReplyDelete
  5. Kenapa indonesia kok bodoh2 amat? Malaysia dengan sengaja masuk kewilayah teritori indonesia disaat disaat perbatasan itu sdg kosong.tp klo sdg dijaga dia tdk masuk..nah dengan begitu kan sdh jelas apa maksudnya?

    ReplyDelete
  6. Sy rakyat indonesia pembayar pajak sangat tidak rela dan tdk ridlo Apabila pemerintah membeli alutsista NATO yg sarat embargo dan sdh nyata2 kwalitasnya masih kalah jauh dari negara tetangga.
    Sy rakyat indonesia pembayar pajak sangat tidak rela dan tidak ridlo apabila Personel TNI alutsistanya membeli bekas atau hibah krn dapat mengancam keselamatan pemakai.
    Sy rakyat indonesia pembayar pajak berdo'a kpd Allah agar pemerintah membeli alutsista canggih yg dapat menjaga keselamatan dan keamanan NKRI.dan apabila membeli alutsista dari NATO yg specknya sdh nyata2 dibawah alutsista negara tetangga(yg selalu usil)smg alutsista itu membawa dampak.kehancuran pd pemerintah yg membeli.sehingga cepat turun dari jabatannya.amin

    ReplyDelete
  7. Pemerintah harus 300%serius dalam memperkuat militer Indonesia,sudah terlalu lama bangsa ini diremehkan dan dininabobokan dgn kebanggaan semu bahwa personel tni terbaiklah, bersemangatlah.....tp kenyataannya putra2 terbaik bangsa harus mati oleh alat tempurnya sendiri. Hingga musuh akan menyunggingkan senyum dan berkata "tdk usah repot2 kita serang tni,mereka akan mati2 sendiri karna peralatannya sendiri" . Jgn ragu kluarkan anggaran besar utk membangun kekuatan militer kita. Nyawa prajurit2 terbaik kita terlalu berharga dibanding dgn berapapun anggaran yg dikeluarkan utk menjaga kedaulatan bangsa.

    ReplyDelete
  8. Pemerintah harus 300%serius dalam memperkuat militer Indonesia,sudah terlalu lama bangsa ini diremehkan dan dininabobokan dgn kebanggaan semu bahwa personel tni terbaiklah, bersemangatlah.....tp kenyataannya putra2 terbaik bangsa harus mati oleh alat tempurnya sendiri. Hingga musuh akan menyunggingkan senyum dan berkata "tdk usah repot2 kita serang tni,mereka akan mati2 sendiri karna peralatannya sendiri" . Jgn ragu kluarkan anggaran besar utk membangun kekuatan militer kita. Nyawa prajurit2 terbaik kita terlalu berharga dibanding dgn berapapun anggaran yg dikeluarkan utk menjaga kedaulatan bangsa.

    ReplyDelete