Thursday, February 9, 2012

Melihat Cakrawala 2015-2019

Kalau kita melihat perkuatan alutsista TNI sampai tahun 2014 rasanya sudah jelas bentuk dan rupanya.  Namun ada pertanyaan menggelitik apakah perkuatan alutsista TNI yang sekarang sedang digebyar akan berhenti sampai tahun 2014 dan setelah itu tidak ada lagi.  Jawaban mengelitik juga dikedepankan dengan spirit pede, tidak akan berhenti. Mengapa, karena kekuatan alutsista TNI tahun 2014 masih belum memenuhi standar kekuatan militer yang diperlukan untuk negara kepulauan terbesar di dunia ini.  Lugasnya perkuatan alutsista TNI bukan untuk membandingkan dan menyamakan dengan kekuatan militer negara tetangga tetapi untuk mengantisipasi dengan melihat dari sisi cakrawala horizon bahwa masa depan dunia ada di Asia Pasifik dengan segala dinamikanya.  Kebangkitan naga Cina, saling berebut pengaruh antara AS dan Cina, mengawal sumber daya energi yang ada di laut Cina Selatan, laut Sulawesi, laut Timor, laut Arafuru dan Papua, itu alasan tegasnya.

Visi hankam RI diyakini tidak lagi melihat Singapura atau Malaysia sebagai kompetitor.  Tetapi bergerak ke cara pandang yang lebih luas bahwa dengan kemampuan ekonomi yang maju pesat dan stabil, kita harus mampu menjaga kedaulatan dan kewibawaan wilayah RI dengan  militer yang kuat, modern dan profesional.  Bahwa seluruh wilayah negeri ini harus dikawal dengan kekuatan militer untuk menjaga sumber daya energi tak terbarukan.  Termasuk isi laut yang mampu menghasilkan duit puluhan trilyun rupiah per tahun jika dikawal dan dikelola dengan efektif.  Ke depan sumber daya energi tak terbarukan di laut termasuk isi laut itu sendiri akan menjadi pusat eksplorasi dan eksploitasi untuk menghidupi dan mencemerlangkan ekonomi bangsa ini.
KRI Nanggala selesai retrofit di Korsel, makin gahar
Tahun 2014 adalah tahun pergantian parlemen dan pemerintahan.  Kalau melihat dari kesadaran dan cara pandang DPR (secara kelembagaan) saat ini untuk memodernisasi alutsista TNI seia sekata dengan pemerintahan SBY yang bersepakat menggelontor dana US$ 15 milyar untuk beli alutsista, maka  kita sangat berkeyakinan bahwa pemerintahan baru dan DPR baru hasil Pemilu tahun 2014 akan tetap melanjutkan perjuangannya memodernisasi TNI untuk periode lima tahun berikutnya.  Dan jika itu dikaitkan dengan perkembangan PDB, pertumbuhan ekonomi yang meningkat, cadangan devisa yang semakin tambun, maka optimisme itu akan semakin berbunga, bahkan jumlah yang digelontorkan untuk pengadaan alutsista periode 2015-2019 bisa jadi mencapai US$ 20 milyar.

Era SBY berakhir tahun 2014 tetapi figur yang akan tampil di panggung kekuasaan tahun itu diyakini tidak melepas momentum perkuatan alutsista TNI.  Sekadar catatan kekuatan regional yang menghimpit RI pada tahun itu sudah jelas ”warnanya”, India dengan kekuatan militer yang makin perkasa.  Cina sudah lebih dulu membangun kekuatan militernya secara besar-besaran. Lalu AS sudah menempatkan ribuan Marinir di Darwin dan Guam.  Sekedar mengingatkan sewaktu jet tempur Sukhoi India melakukan patroli di Andaman dan tertangkap radar militer kita akhir tahun 2011, yang datang “menghadang” hanya 4 jet Hawk 200 dari Pekanbaru.  Itupun harus berhenti dulu di lanud Iskandar Muda Banda Aceh untuk ambil nafas alias isi avtur.  Secara militer jelas itu kalah kelas, namun karena India dan Indonesia bersahabat baik, tentu kedua jet flight itu sekedar say hallo sambil bercanda karena sama-sama penggemar  Shahruk Khan yang fenomenal itu.

Melihat dinamika ini militer Indonesia harus banyak memperkuat skuadron tempur dan armada laut jika ingin mensejajarkan diri dengan kekuatan regional yang tumbuh pesat.  India misalnya, ngapain dia membangun militernya secara besar-besaran padahal musuhnya cuma Pakistan.  Yang jelas tidak sekedar Pakistan, ada visi yang diemban oleh hankam India bahwa perkuatan militer mereka adalah untuk menjaga kawasan regional yang diberi label “tanggung jawab India”.  Demikian juga Cina yang sudah memproklamirkan bahwa tahun 2020 nanti, akan menjadi tahun target untuk menjadi militer berpengaruh di Asia Pasifik dengan kekuatan armada tempur yang luar biasa.
3 Fregat Inggris yang ditaksir TNI AL
Catatan kita adalah sepanjang renstra TNI  periode 2015-2019 diharapkan TNI AU menambah sedikitnya 3 skuadron jet tempur tangguh.  Ini sangat realistis, jenisnya bisa jadi dari serial Sukhoi Family misalnya Sukhoi SU30 dan Sukhoi SU35.  Bisa juga Typhoon atau Rafale yang dua-duanya lagi naik daun.  Syukur-syukur bisa dilirik F35 walaupun hanya 10 biji sebagaimana yang dicita-citakan KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat.  Untuk armada laut yang sudah menjadi 3 armada tentu perlu KRI yang lebih banyak.  Paling tidak perlu tambahan 30 KCR, 10 Korvet dan  8 Fregat.  LPD juga dirasa masih kurang, masih perlu 4-5 unit lagi apalagi jika diperlukan untuk mobilisasi MBT.  Arsenal strategis kapal selam jelas masih perlu tambahan 3-4 unit lagi.

Arsenal-arsenal darat perlu diperkuat dengan tank kelas berat, tank medium dan panser.  Yang tak kalah penting juga pengadaan rudal SAM jarak sedang, MLRS dan Howitzer untuk batalyon artileri dan batalyon rudal.  Heli tempur seperti Mi35 dan Apache atau yang setara dengannya  perlu ditambah untuk payung tempur angkatan darat. Pada era ini sangat diyakini kita sudah mampu memproduksi  rudal SAM jarak sedang yang digelar statis atau mobile.  Pada era ini juga kita sudah mampu memproduksi Panser canon, Tank medium, kapal Light Fregat dan Kapal selam.  Artinya pengadaan alutsista strategis kecuali jet tempur sudah dikuasai oleh industri hankam dalam negeri.  Dengan kata lain pada periode renstra 2015-2019 itu 70% kekuatan militer kita sudah based on industri hankam dalam negeri.  Luar biasa.

Militer yang didukung oleh kekuatan industri hankam dalam negeri akan lebih mempertegas aura kewibawaan sebuah negara karena secara logistik tidak lagi bertumpu pada pembelian alutsista dari luar negeri.  Meskipun begitu harus juga diakui tidak ada satu jenis alutsista yang murni produksi dalam negeri karena komponennya tetap harus bekerjasama dengan produsen negara lain.  Oleh sebab itu tahapan-tahapan renstra ini, membangun kekuatan militer dengan memberdayakan industri hankam dalam negeri selayaknya kita apresiasi. Beberapa paket transfer teknologi dalam pengadaan alutsista saat ini adalah sekolah teknologi yang paling komprehensif untuk kemudian mendirikan sekolah industri alutsista sendiri untuk dikembangkan buat anak bangsa.  Lima tahun ke depan ini bukan waktu yang lama, Saudaraku.  Yakinlah dengan itu sembari berdoa semoga Allah selalu memberikan petunjuk buat jalan kebanggaan bangsa besar ini.
******
Jagvane  9 Pebruari 2012.

14 comments:

  1. saya setuju pak, oya bagaimana soal industri UAV kita ya, ko terkesan TNI masih jaga jarak dengan produk dalam negeri yang satu ini? mohon pencerahannnya pak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. UAV made in kita, tetap dikembangkan bahkan beberapa diantaranya tanpa publikasi sudah dipakai. Thanks.

      Delete
  2. Saya dukung beli UAV Israel sebagai wahana pembelajaran untuk bikin UAV lokal yang lebih canggih

    ReplyDelete
  3. amien2 yarobal almien..semoga semua tercapai sesuai rencana&cita2 TNI/negara kita yg kuat,disegani oleh kawasan.....majulah negeriku,TNIku!!

    ReplyDelete
  4. mantab gan analisisnya...!! kt optimis smua itu akan tercapai tidak lama lg...

    ReplyDelete
  5. Kolonial lg kehabisan duit...hati2 kemungkinan membabi-buta...+ Situasi timteng yg dapat merembet.
    Saya bilang udah Yellow allert...

    Fregat tuwir kita harus sgr dicarikan pendamping yg lebih fresh...kalo perlu pendampingnya destroyer.
    Hitunganya, 1 mulut selat =1 destroyer + 1 destroyer di setiap tengah pantai mainland + 1 laut wilayah dalam.
    Sama juga untuk jumlah KS.

    Destroyer dapat berfungsi sebagai Anti Aircraft defense yg saling diintegrasikan.
    Second juga gapapa yg penting datangnya cepet.
    Negara Sumber jg ga masalah yg penting pengecekan TNI di pabriknya bagus.

    Sudah harus dipikirkan pula dari sekarang KS pertahanan bermissile yg bisa land Attack .

    Long range AA Defense system + 2 Radar OTH menghadap utara selatan..yang bisa mendeteksi saat musuh tinggal landas.

    Ingat serangan bisa jadi ga cuma pake 10-20 pesawat....bisa jadi 50-100 pesawat berbarengan. (contoh pearl harbour, latihan israel)
    Harus dipikirkan bagaimana menangkalnya...

    KS Mini,,super FPB untuk fight kapal "besar".
    Negara Besar "Pentung"nya harus Sangar...!

    ReplyDelete
  6. ngapain repot2 tambah alussista. Yg mesti dibuat sekarang, cuci otak buat semua personil TNI semua matra, termasuk pemerintah dan DPR nya. TNI yang sekarang dikasih mainan apapun dak ada bedanya klo dak ada mainan. ambalat, somalia, lebanon, bawean, makassar, selat malaka, TNI dak ada prestasinya sama sekali. kelihatan aslinya jika menghadapi krisis. lari, melempem, keok. TNI yang sekarang gagah gemulai. Kerjanya menggertak masyarakat, minta naik gaji, remunerasi, beliin ini, beliin itu. sok gagah-gagahan. Rp 150 triliun terbuang percuma, terima kasih TNI.

    ReplyDelete
    Replies
    1. apa sok gagagahan gimana !? macam betul sekali mulut anda ini ,,anda orang mana sih ,,malon yah apa aussie kok bilang TNI gak ada prestasi,,parah nih orangg ga bangga sama negara sendiri kacau,,lo..!! mending cabut aja lo dri koment ini bikin sumpek aja ,,orang yang lain pada setuju ,,ini ANEH SENDIRI !

      Delete
  7. perlu diperhatikan juga perekrutan personil tni gan, . . jangan dijadikan sebagai lowongan pekerjaan . !

    ReplyDelete
  8. Bravo TNI,,
    update donk boz,tentang alutsista terbaru leopard dari jerman sama kapal trimaran

    ReplyDelete
  9. Ke depannya anggaran akan diusahakan 1.5% dari GPD (real/nominal). Saat ini ketika GDP real RI $900-an milyar anggaran pertahanan hanya sekitar sekitar 0.9% dari GDP atau sekitar $8 milyar USD

    Saya setuju dengan penulis bahwa sudah mau lewat jaman membandingkan kekuatan militer Indonesia dengan Malaysia atau bahkan Singapore karena kurang adil, lebih baik melihat ke 'atas' seperti Australia, India atau bahkan China sebagai penyemangat membangun pertahanan negara. Sebagai ilustrasi ke depan, GDP Indonesia pada tahun 2015 mempunyai estimasi (IMF/World Bank/CIA Fact) di kisaran $1.032 trilyun (USD). Dan dengan anggaran pertahanan 1.5% maka akan diperoleh nilai anggaran $15 milyar, dan jika anggaran pertahanan ideal seperti negara2 tetangga seperti Aus, Sing atau Mal yang menganggarkan anggaran pertahanan di kisaran 2.5% per tahun maka nilai anggaran pertahanan RI pada tahun 2015 adalah $25 milyar USD atau jauh melebihi kemampuan budget Malaysia dan Singapura serta mengejar anggaran pertahanan Australia.
    Indonesia adalah negara terbesar di Asean dari segi wilayah, jumlah penduduk dan juga kekuatan ekonomi, sangat wajar jika kekuatan militer kita juga adalah yang berbesar dan terkuat. Singapura dan Malaysia tidak punya harapan untuk menggatikan Indonesia sebagai pemimpin di kawasan.

    Dengan berbagai alasan yang indah2 sekarang mereka jarang provokasi di Ambalat, menjaga hubungan baik lah.. demi menghindari konfrontasi lah.. , padahal faktanya itu terjadi hanya ketika TNI membangun kekuatan di perbatasan :) diplomasi Yakhont dan Sukhoi terbukti lebih efisien menjaga kedaulatan negara.

    Mudah2an anggota dewan yang ngakunya terhormat mau kerja dan memberikan perhatian terhadap hal ini

    ReplyDelete
  10. Mudah2an reencana MEF jilid 1 akkan sukses n beerlanjut di MEF jilid 2,dimana w harap ada penambahan kuantitas armada perangnya secara signifikan.cuman w pesen ma TNI untuk punya radarr anti pesawat stealth n s-300,dan ditambah jumlah kapal selam jadi 16 unit n 30 kapal freegat baru.kalo soal pesawat tempur TNI AU lebih jago milih mana yg terbaik.

    ReplyDelete
  11. Ada yg antek yahudi rupaya yg menganjur kan beli uav dari israel, ingat ya uav buatan dalam negeri tidak kalah dari buatan israel, perlu anda ketahui juga kehebatan israel itu hanya mitos saja. lagian ngapain beli2 produk israel kayak kurang pandangan saja.........

    ReplyDelete
  12. tapi saya liat jumlah personel tni menurun , jumlah militer dengan negara besar ini tidak sebanding , bagaimana pendapat tentang ini ? jangan hanya di liat dari peralatan modern , peralatan itu tidak akan di gunakan jika personel nya sedikit , apa lagi jika bangsa ini di serang mendadak secara tiba tiba oleh negara lain misalkan , saya yakin jumlah korban militer banyak yg tewas , lalu peralatan itu akan di biarkan saja dan di ambil alih oleh musuh. dan juga jumlah penduduk indonesia yg berjumlah 200jt lalu militer indonesia hanya 500rb itu pun kurang tidak sebanding amat yah-_-

    ReplyDelete