Dalam Latgab TNI 2008, Presiden Sby sudah memberikan arahan agar setiap 4 tahun sekali diadakan latihan gabungan TNI berskala besar. Nah, kalau diurut waktunya maka tahun 2012 adalah saatnya TNI menjalankan instruksi Panglima tertinggi itu. Mestinya begitu kan dan tidak ada lagi istilah kurang anggaran atau kurang peralatan karena alutsista TNI pada tahun 2012 jauh lebih baik dibanding tahun 2008 lalu. Dan kantong duit TNI jauh lebih tebal dengan kucuran anggaran berlipat-lipat. Kita sekedar mengingatkan bahwa jadwal itu sudah mendekat di dermaga Mabes TNI.
Pola latihan gabungan TNI tahun mendatang disarankan tidak lagi memakai pola masuk dulu baru digebuk. Pola ini sudah saatnya direvisi dan diganti dengan pola pre emptive strike. Misalnya diasumsikan Armada Barat sebagai lawan lalu berkelahi dengan Armada Timur di selat Malaka. Atau membombardir habis sebuah pulau dekat perbatasan dengan rudal surface to surface Lapan atau rudal-rudal KRI. Perlu juga dicoba pertempuran udara atau dog fight antara F16 dengan Sukhoi, F5E dengan Hawk, T50 dengan F-16, kombinasinya bisa beragam sesuai kebutuhan.
Jika memang Kalimantan kembali diskenariokan menjadi hot spot latihan tempur, maka mobilisasi seluruh kekuatan TNI organik di pulau itu perlu diuji coba. Misalnya di perbatasan Sarawak “diperlukan” pemusatan kekuatan TNI AD untuk menyerang lawan. Maka seluruh kekuatan organik TNI AD yang ada di Kodam Tanjungpura (Kalbar dan Kalteng) dikerahkan secara besar-besaran sampai mencapai 25.000 pasukan termasuk melibatkan satuan Hansip, Menwa dan Brimob. Sementara untuk Kodam Mulawarman (Kaltim dan Kalsel) konsentrasi 20.000 pasukan TNI, Brimob, Hansip dan Menwa dipusatkan di Sangatta Kaltim.
Unjuk kekuatan model beginian walaupun tak ada amunisi yang keluar sudah mampu memberikan kekuatan real yang mampu memberikan aura gentar bagi rumah sebelah. Manfaat lain tentu saja menguji coba kesiapan koordinasi antar satuan organik Kodam dan “kekuatan” infrastruktur perhubungan di dua provinsi itu. Misalnya bagaimana mengumpulkan pasukan organik dan kekuatan pendukung lain sampai mencapai jumlah 25.000 pasukan dalam waktu 2 x 24 jam di sebuah kawasan perbatasan. Kemudian bisa ditampilkan penerjunan Divisi Lintas Udara Kostrad dengan puluhan Hercules untuk bergabung dengan pasukan organik Kodam.
Unjuk arsenal terbaru sangat wajar dipamerkan di masyarakat Kalbar. TNI AD dapat menampilkan satuan kavaleri (Panser Anoa, Tank IFV, Stormer, AMX ) dan artileri medan termasuk satuan rudal / roket. Penerbad juga menampilkan Heli Tempur Mi 35 dan Mi17 serta Heli jenis lain. TNI AU menampilkan skuadron UAV yang sudah ditempatkan di lanud Supadio Pontianak bersama Hawk, F16 dan Sukhoi. Tahun 2012 TNI AU akan memperoleh banyak alutsista anyar misalnya Super Tucano, T-50, F16, Rudal jarak menengah, rudal jarak pendek, UAV. Diasumsikan tidak ada pendaratan amphibi di Kalbar maka gelar arsenal TNI AL tidak diperlukan di Kodam ini.
Selat Malaka bisa dijadikan hot spot bagi latihan perang laut. Misalnya satuan kapal cepat rudal diskenariokan mengejar amada musuh yang berkekuatan 5 kapal perang. Maka diperlukan minimal 10 KCR dan 1 kapal selam untuk mengejar lalu tembakkan rudal C802 atau C705, hit and run. Kehadiran KCR di selat Malaka sejatinya sudah eksis namun gelar penembakan rudal dan latihan tempur laut perlu dikedepankan agar amunisi alutsista itu dapat dimanfaakan secara optimal ketimbang expired alias kadaluarsa macam rudal Harpoon, basi kedinginan kelamaan disimpan di kulkas KRI.
Untuk keperluan “perang laut” itu setidaknya perlu dihadirkan 28 KRI berbagai jenis di Selat Malaka, sekaligus sebagai show of force bahwa kita adalah penentu stabilitas selat Malaka. Lantas pulangnya berkonvoi di selat Singapura, mampir di Nipah dan Batam, lalu bubar jalan atau sebagian menuju Natuna untuk patroli konvoi. Pepatah Melayunya jadi bunyi: Sekali mendayung dua tiga pulau terlampau. Dan memang banyak pulau-pulau yang dilewati armada tempur itu dalam perjalanan pergi pulang.
Hot spot lainnya adalah pendaratan amphibi dengan mengerahkan 10.000 pasukan marinir di Tarakan dan Nunukan. Pasukan didrop dari Sangatta yang saat ini sudah menjadi markas komando tempur dan mampu mendukung gerakan 100.000 pasukan TNI. Gerakan armada KRI dari Sangatta memerlukan kekuatan minimal 45 KRI dari berbagai jenis yaitu Fregat, Korvet, LPD, LST, Kapal cepat angkut pasukan, kapal selam dan dukungan pesawat tempur. Tahun 2008 pendaratan amphibi dilakukan di Sangatta, agaknya masih terlalu “kedalam”. Dengan skenario pendaratan marinir di Tarakan dan Nunukan pesan yang hendak disampaikan lebih bergaung karena dua lokasi ini adalah halaman depan NKRI, paling depan.
Jadi diskenariokan ada 3 titik hotspot pre emptive yaitu Selat Malaka, Kalbar dan Tarakan / Nunukan. Satu lagi adalah skenario perang asimetris melalui perang biologi kimia. Diskenariokan ada sebuah pulau yang kaya raya dan warganya sombong bukan main. Kalau masih sombong sih gak apa-apa tapi ini sudah sombong lalu melecehkan NKRI dengan berbagai cara misalnya menjadi tempat tinggal koruptor, tempat money laundry, tidak beminat dalam perjanjian ekstradisi dan punya hobby menghasut.
Skenario perang biologinya mudah banget. Sejumlah unit kecil pasukan khusus TNI dari tiga angkatan menyelinap membawa segerobak virus antrax, virus flu burung, virus anjing gila dan virus babi ngepet lalu sebarkan dan biarkan. Dijamin terjadi kepanikan di pulau itu dan memberi dampak buruk pada kegiatan ekonomi, harga saham jatuh, turis mancanegara eksodus, pelancong dari Indonesia di stop total untuk jangka waktu tertentu. Jadi tak perlu bersusah payah walaupun pulau itu di jaga oleh pasukan Kingkong sekalipun. Tujuannya hanya untuk memberi efek jera agar pulau itu memiliki tata krama bertetangga yang baik dan saling menghormati termasuk mengembalikan simpanan koruptor.
Tiga skenario hotspot yang disebut terdahulu akan melibatkan setidaknya 60.000 pasukan TNI, 85 KRI termasuk 2 kapal selam, 80 Tank Amphibi, 85 Panser Amphibi, 6 RM Grad, 45 pesawat tempur berbagai jenis, 55 Helicopter, 21 pesawat angkut Hercules, puluhan rudal surface to surface baik jarak pendek dan menengah, 160 Tank, 170 Panser, 55 Howitzer dan ragam alutsista lainnya. Pengerahan kekuatan sebesar ini untuk membuktikan bahwa TNI hari ini lebih baik dari kemarin disamping sebagai bentuk tanggung jawab penggunaan alutsista secara maksimal. Pesan yang lebih bergema dari semua itu tentu ingin memberikan sosok keperkasaan bahwa pengawal NKRI adalah kekuatan yang diniscayakan mampu menjaga kedaulatan, harkat dan martabat Republik Indonesia. Maka jangan sekali-kali mencoba mengganggu teritori republik kami.
******
Jagvane / 17 Mei 2011
No comments:
Post a Comment