Satu program strategis dan prestisius dalam manajemen pertahanan Indonesia baru saja selesai dibangun. Adalah perusahaan teknologi software militer asal Yunani Scytalys yang selama 4 tahun ini dengan kontrak US$ 49 juta sukses membangun sistem koneksi data (data link) untuk seluruh matra TNI bersama seluruh satuan tempurnya. Scytalys membangun sistem komando terintegrasi dengan kemampuan berbagi informasi, perintah dan koneksi data secara cepat dan akurat dalam satu komando sinergi dan hirarki. Pekerjaan membangun sistem teknologi software militer terpadu ini selesai 12 Juni 2024 yang lalu. Jepang dan Korsel sudah lebih dulu mengadopsi network centric warfare produk Scytalys ini.
Sebagaimana kita ketahui, Indonesia saat ini sudah memiliki berbagai jenis alutsista strategis di seluruh matra TNI. TNI AU punya Jet Tempur Sukhoi, F16, T50, Hawk, Super Tucano, Hercules, Boeing Surveillance, Oerlikon Skyshield, Radar GCI, Radar Pasif, Satbak Rudal, Drone, Helikopter dan lain-lain. TNI AL punya aset mahal KRI Fregate, Korvet, Kapal Selam, Kapal Cepat Rudal, Landing Platform Dock, Landing Ship Tank, Penyapu Ranjau, Intelijen Bawah Air, Tanker, Helikopter anti kapal selam, Tank Amfibi, Roket Multi Laras RM Grad, Vampire dan lain-lain. Sementara TNI AD punya Main Battle Tank Leopard, Tank Marder, Tank Harimau, Panser Anoa, Badak, Ranpur M113, Roket Multi Laras Astross, Artileri M109, Artileri KH178, KH179, Artileri Nexter, Satbak Rudal Starstreak, Mistral, Helikopter Apache, Mi35, Mi17, Bell, Fennec, dan lain-lain. Semua yang disebut diatas adalah alutsista berkelas dan berteknologi.
Pada saat yang bersamaan kita juga sudah dan sedang memesan berbagai jenis alat pukul gahar di semua matra. Ada pesanan Jet Tempur Rafale, F15 Id, Kapal Perang Heavy Fregate Merah Putih, Kapal PPA Fincantieri, Fremm, Kapal Selam Scorpene Evolved, Pesawat MRTT, AEW&C (early warning dan control), Satelit Militer, Radar GCI, Helikopter Black Hawk, Drone Anka, Bayraktar, Satbak Rudal Khan dan lain lain. Ini belum termasuk rencana pengadaan Missil Coastal, Kapal Selam Midget AI (artificial intelligence), Kapal Selam Interim,Jet Tempur IFX dan lain-lain. Semua pengadaan alutsista gahar yang akan menjadi aset investasi pertahanan Indonesia dengan teknologi terkini, menjadi bagian dari sistem interkoneksi data militer terpadu.
Dengan kata lain beragam jenis alutsista produk berbagai negara produsen ini dalam manajemen pertempuran modern harus bisa terintegrasi tanpa kecuali. Integrasi dalam sistem komunikasi dan informasi, koneksi data dan perintah komando. Bangunan military interoperability framework ini memadukan berbagai platform koneksi data di satuan tempur dengan berbagai jenis alutsista. Ini yang disebut dengan kemampuan network centric operation. Integrasi koneksi data dari yang bernama Link 16, Link 22, J-Reop, Link 11A/B, Link 1 pada akhirnya melahirkan kedaulatan data link untuk TNI. Indonesia akhirnya patut bangga karena mampu berdaulat penuh dalam sistem manajemen koneksi data militer. Standar koneksi data Indonesia (INDL) adalah hasil dari program SIK (Sistem Interoperabilitas Kodal) buatan Scytalys.
INDL adalah protokol software data link TNI yang canggih, anti sadap, anti jamming. Implementasi INDL berhasil mereformasi semua koneksi data parsial menjadi terpadu dalam satu komando pengendalian tempur. Sehingga akan menghasilkan respon cepat berdasarkan data, informasi dan sandi. Desain dan format strukturnya adalah C4ISR (command, control, communication, computers, intelligence, surveillance, reconnaissance). Semua strategi dan taktik dalam gambaran operasional di markas komando dan satuan tempur saat ini sudah mempunyai fasilitas pertukaran data dan informasi yang cepat, lancar, akurat dan steril. Semuanya dalam satu konektivitas teknologi software yang berkualitas.
Kepulauan Natuna adalah contoh implementasi INDL. Kepulauan garis depan Indonesia yang halaman ZEE nya "direcoki lidah naga" nine dash line, saat ini sudah mempunyai sistem pemantauan dan pengawasan berlapis. Ada tiga radar canggih "Bang Thomson, Mbak Vera NG dan Mas Weibel" yang saling melapis bersinergi. Keren kan. Ada skadron UAV / UCAV, ada patroli jet tempur dan KRI, ada Kapal Bakamla, ada Brigade Tempur Komposit Gardapati. Semua infrastruktur alutsista dalam berbagai satuan tempur ini sudah terkoneksi dalam INDL. Keseluruhan sistem ini beserta prajurit yang mengawakinya menjadi bagian dari Network Centric Warfare berada dalam satu komando Kogabwilhan Satu di Batam.
Sebenarnya TNI AD sudah lebih dulu memiliki koneksi data BMS (battle field management system). Dengan kemampuan BMS ini setiap mengadakan latihan militer, TNI AD menyertakan seluruh perangkat kesisteman satuan tempur antar kecabangan dalam format Brigade Tim Pertempuran (BTP). Didalamnya ada Batalyon Infanteri, Batalyon Artileri dan Batalyon Kavaleri. Untuk kota Semarang bahkan dapat menyertakan Batalyon Arhanud dan Penerbad TNI AD. Yon Arhanud 15 saat ini sudah memiliki Air Defence System, satuan tembak rudal SAM (surface to air) Starstreak. Sementara Penerbad menempatkan skadron helikopter serbu Apache dan Mi35 di Ahmad Yani Army Force Base. Unik juga ya ada Apache buatan AS bisa berlatih bersama Mi35 buatan Rusia. BMS ini sudah teruji dalam beberapa simulasi pertempuran selama beberapa tahun terakhir di Puslatpur TNI AD Baturaja Sumsel.
Kita mengapresiasi tercapainya program strategis Kemenhan ini. Bahwa bangunan kesisteman dan manajemen pertahanan yang terintegrasi adalah mutlak. Tidak lagi mengedepankan ego matra atau ego satuan tempur. Penting juga untuk menghindari terjadinya friendly fire alias nembak koncone dewe. Termasuk mestinya tidak lagi menganut doktrin militer "masuk dulu baru digebuk". Dan berganti dengan doktrin pre emptive strike "berani masuk digebuk". Misalnya berani ganggu Natuna ya kita gebuk. Network Centric Warfare jelas menjunjung kurikulum pre emptive strike, berani masuk digebuk.
Kita sudah punya alat penggebuknya tapi masih kurang greget. Nah sekarang tinggal menunggu alat penggebuknya yang gahar untuk segera datang seperti Jet Tempur Rafale, Kapal Perang Heavy Fregate, Kapal Selam Serbu, Missil Coastal dan lain-lain. Kita sedang mempersiapkan filosofi Si Vis Pacem Parabellum, jika ingin damai bersiaplah untuk perang. Dengan tersedianya beragam jenis alutsista strategis dan gahar, pihak yang "suka bikin recok" menjadi segan. Setidaknya inilah yang disebut show of force dalam diplomasi militer. Intinya kita harus kuat secara militer karena dia adalah investasi pertahanan untuk eksistensi dan marwah negeri tercinta. Selamat datang Network Centric Warfare.
****
Jagarin Pane / 22 Juni 2024