Berbagai aktivitas militer indonesia termasuk aktivitas industri pertahanan tanah air saat ini sedang bergegas untuk menyelesaikan semua yang menjadi target. Aktivitas ini sangat terasa ketika kita membaca dan menyaksikan lembar pemberitaan yang tanpa henti setiap hari. Semua ini menunjukkan betapa dalam urusan pertahanan Indonesia sedang bergegas mencapai keinginannya untuk menguatkan harkat dan martabat diplomasi pertahanan dan perdamaian.
Pada dialog "perkumpulan Menhan bergengsi" Shangri-la di Singapura barusan, Menhan Prabowo menyampaikan kesiapan Indonesia mengirim pasukan perdamaian untuk Gaza. Pernyataan Menhan ini menunjukkan kualitas marwah diplomasi perdamaian Indonesia semakin menggema. Saat ini saja sudah ada seribuan pasukan Indonesia yang tergabung dalam UNIFIL menjaga perbatasan panas Israel Lebanon. Termasuk pengiriman 1 unit KRI secara estafet untuk menjaga perairan perbatasan kedua negara itu. Panglima TNI hari-hari ini sedang mempersiapkan personil batalyon kesehatan Kostrad untuk bergegas dan siap menjalankan tugas kemanusiaan yang mulia di Gaza. Bismillah biiznillah.
Kesiapan menguatkan marwah pertahanan terus dilakukan di Natuna. Raden Sadjad AFB di Ranai naik kelas menjadi Air Force Base kelas A. Ini setingkat dengan Halim AFB di Jakarta, Iswahyudi AFB di Madiun, Hasanudin AFB di Makasar, Supadio AFB di Pontianak, Abdurrahman Saleh AFB di Malang dan Rusmin Nuryadin AFB di Pekanbaru. Kriteria Lanud tipe A minimal memiliki 2 skadron dan dipimpin Marsekal bintang satu. Memang secara de facto Raden Sadjad AFB dengan aktivitas militernya yang cukup tinggi sudah setara dengan AFB kelas A. Seluruh kawasan Natuna saat ini sudah pendapat payung perlindungan berlapis di darat, laut dan udara.
Ada tiga radar teknologi terkini di Natuna yang saling bersinergi di Satrad 212. Yaitu radar GCI Weibel MFSR, radar GCI Thomson TRS dan radar pasif Vera NG. Skadron UAV sudah operasional, skadron jet tempur sedang dioersiapkan. Di laut sudah stand by beberapa KRI dan kapal Bakamla di Navy Base. Di darat sudah ada brigade komposit Gardapati dengan sejumlah persenjataan berat siaga penuh. Misalnya Oerlikon Skyshield, artileri Caesar Nexter, roket multi laras Astross Mk6, tank Leopard, RM Grad dan tank amfibi marinir. Penguatan Natuna akan terus dilakukan dengan mendatangkan Missil Coastal, memperbanyak UCAV, home base skadron jet tempur, alokasi heavy fregate, menghadirkan kapal selam dan latihan militer secara rutin.
Industri pertahanan kita ikut bergegas menyelesaikan proyek alutsista puluhan trilyun. PT PAL baru saja melakukan first steel cutting untuk heavy fregate merah putih yang kedua. Berlomba dengan waktu berparalelisasi dengan heavy fregate merah putih yang pertama. Kita optimis dengan cara kerja insinyur dan teknisi PT PAL mampu menyelesaikan 2 KRI jumbo untuk TNI AL tepat waktu. Dan akan menjadi karya monumental untuk PT PAL. Sementara pada saat yang bersamaan PT PAL sedang menyelesaikan 2 kapal perang LPD (Landing Platform Dock) untuk Angkatan Laut Filipina dan 1 kapal perang LPD terbesar untuk angkatan laut UEA. Benar-benar sibuk PT PAL saat ini, ditambah lagi sedang mempersiapkan pembangunan 2 kapal selam herder Scorpene Evolved bersama pemilik teknologi Naval Group Perancis. Luar biasa membanggakan.
Yang menarik adalah berita persetujuan mendatangkan korvet Pohang Class dari Korsel. Awalnya negeri ginseng itu hendak menghibahkan 3 unit korvet bekas pakai untuk Indonesia. Hilang dari pemberitaan setahun lebih, akhirnya perolehan hibah 1 unit terlaksana jua dengan ongkos reparasi US $ 35 juta. Sementara itu dalam proyek kerjasama teknologi jet tempur KFX/IFX Indonesia akan menurunkan partisipasi dollarnya karena ada beberapa teknologi kunci milik AS yang restricted area untuk Indonesia. Ini dia problem utamanya. Korsel kan sekutu AS, sedangkan kita hanya setingkat mitra strategis AS. Yo wes. Demikian juga lanjutan alih teknologi pengadaan 3 kapal selam Nagapasa Class jilid 2 dengan Korsel berhenti tanpa disuruh. Yo wes.
TNI AL saat ini sedang mempersiapkan kedatangan 2 kapal perang gede buatan Fincantieri Italia. Begitu bergegasnya kita mengisi ketersediaan aset alutsista matra laut. 2 kapal perang "setara heavy fregate" ini sebenarnya pesanan AL Italia. Namun dengan lobby intensif dan kemampuan diplomasi pertahanan Indonesia, Italia bersedia mengalah dan memberikannya untuk Indonesia. Tentu semuanya based on transaksi bisnis win win solution. Langkah berlanjut terus untuk penguatan matra TNI renstra 2025 - 2029. Matra laut masih akan menambah minimal 2 kapal selam interim untuk pengisian segera dan 2 kapal heavy fregate dari beberapa negara Eropa. AS tak mau ketinggalan, terus berunding dengan kemhan RI untuk merealisasikan pengadaan 24 jet tempur double engine F15 Id. Ramai betul pasar alutsista untuk negeri kepulauan ini.
Memang untuk menuju diplomasi dan marwah pertahanan yang diinginkan, membutuhkan investasi besar. Ini juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan besaran GDP Indonesia yang masuk urutan 16 besar dunia. Pencapaian GDP kita selayaknya mendapat "pengawalan eksistensi" dengan mengembangkan postur pertahanan. Karena potensi ancaman sudah sangat jelas.Jadi tak perlu dijelaskan. Postur pertahanan Indonesia harus sesuai dengan luas wilayah yang dimiliki. Saat ini kita belum sampai pada kriteria standar dan sesuai. Kita harus memahami bahwa investasi pertahanan bukanlah sebuah ambisi melainkan karena kita sangat membutuhkannya. Aset pertahanan bukanlah aset mubazir karena adanya aset pertahanan ini menjadi indikator utama keseganan negara lain untuk bermain api dengan Indonesia. Indonesia yang kuat ekonomi kesejahteraan dan pertahanan, adalah harkat dan martabat kita ber NKRI. Kita sedang menuju kesana.
****
Jagarin Pane / 12 Juni 2024