Fincantieri Italia mengabarkan untuk dunia Kamis 28 Maret 2024. Isinya, Indonesia resmi mengakuisisi 2 kapal perang jenis PPA (Pattugliatore Polivante d'Altura) dari Italia. Sebuah langkah cepat dan cerdas dari sebuah negeri kepulauan yang sedang bergiat kuat meningkatkan postur pertahanannya. Kapal perang offshore patrol vessel (OPV) ini sesungguhnya memiliki kemampuan tempur setara heavy fregate. Berbagai jenis infrastruktur tempur canggih bisa diinstal didalam tubuhnya yang gede, panjang dan menjulang. Harga beli untuk 2 unit PPA ini senilai 1.18 milyar Euro atau setara dengan 20 trilyun rupiah. Kado Ramadhan untuk Angkatan Laut Indonesia.
Pada saat yang bersamaan, Indonesia melalui PT (Persero) PAL saat ini sedang membangun 2 kapal perang heavy fregate merah putih. Sebuah lompatan teknologi untuk BUMN industri pertahanan strategis kita. Dengan adanya kontrak efektif 2 kapal perang PPA "Paolo Thaon di Revel Class" dari Italia ini maka paralelisasi untuk percepatan ketersediaan kapal perang TNI AL terlihat jelas. PPA akan hadir duluan akhir tahun 2025 menyusul fregat merah putih akhir tahun berikutnya. Mengapa PaoloThaon di Revel hadir duluan, karena kita membeli kapal perang baru yang baru saja keluar dari galangan kapal Fincantieri Italia.
Awalnya Indonesia bergegas untuk pengadaan 6 unit kapal perang heavy fregate Fremm Class dari Fincantieri Italia. Sementara proses sedang berjalan. Fincantieri ternyata sudah dan sedang membangun 7 unit kapal perang PPA untuk AL Italia. Kapal perang besar dengan panjang 143 meter dan berat 4900 ton ini meski berstatus OPV namun teknologi infrastruktur tempurnya komplit dan canggih. Setara dengan heavy fregate. Sementara AL Indonesia saat ini sedang membutuhkan segera kapal perang ukuran besar lengkap dengan combat management system 4 dimensi.
Italia membuka pintu untuk memberikan 2 unit kapal perang multi fungsi PPA pesanan angkatan lautnya. 2 kapal ini baru selesai dibangun tapi belum diserahkan ke AL Italia. Menhan Italia Matteo Perego mengatakan, Indonesia saat ini butuh kapal perang besar dengan rapid acqusition atau pengadaan cepat saji karena ketegangan dengan China di Laut China Selatan (LCS) semakin menguat. Italia akan memesan kembali 2 unit PPA sebagai kapal perang pengganti yang dialihkan untuk Indonesia. Ini adalah sebuah model pengadaan kapal perang dengan improvisasi yang cerdas dan cepat.
Agresivitas China semakin menguat di LCS. Beberapa insiden dengan Filipina mempertegas arah konflik yang semakin liar. Meriam air yang ditembakkan dari kapal China Coast Guard (CCG) ke kapal suplay logistik Filipina di ZEE Second Thomas Shoal dan Ayungin Shoal Filipina beberapa waktu lalu sudah masuk tahap brutal. Filipina melawan meski kalah kuat. Presiden Filipina bertekad tidak mundur sejengkal pun dari teritori sah mereka. Keganasan CCG akhir-akhir ini bisa jadi memancing konflik lebih luas di seluruh kawasan LCS, termasuk ZEE Natuna. Indonesia harus cepat mengantisipasinya. Hanya kapal perang sekelas heavy fregate yang diniscayakan punya wibawa dan taring untuk menghadapi China.
Sementara itu ada kabar baik dari Jepang. Negeri sakura itu akan menghibahkan kapal coast guard modern ukuran besar untuk BAKAMLA Indonesia. Kapal ini bukan kapal bekas melainkan kapal baru dan pembuatannys selesai 2 tahun lagi. Tokyo tidak hanya menghibahkan kapalnya tapi juga teknologinya. Ini sebuah bentuk kepedulian "saudara tua" untuk Indonesia yang memiliki perairan ZEE terbesar ketiga di dunia. Nilai hibahnya mencapai 945 milyar. Alhamdulillah kado Ramadhan berikutnya untuk BAKAMLA. Mungkin saja ini bagian dari lobby untuk memuluskan proses pengadaan kapal perang heavy fregate " Mogami Class" made in Jepang untuk Indonesia. Namanya juga usaha, sah-sah saja kan.
Kementerian Pertahanan saat ini juga sedang menyelesaikan proses pengadaan 2 kapal selam serbu. Harapan kita dalam waktu dekat sudah mencapai finalisasi dengan kontrak efektif. Penguatan armada bawah air ini menjadi prioritas. Karena kemampuan armada kapal selam kita yang memiliki 4 kapal selam saat ini belum memadai. Jika batch 2 Nagapasa Class bisa berlanjut dengan membangun 3 kapal selam di PT PAL bekerjasama dengan Korsel maka paralelisasi pengadaan kapal selam juga bisa terlaksana. Setidaknya tahun 2030 kita sudah memiliki 9 kapal selam.
Menuju cita-cita Indonesia Emas dengan kekuatan ekonomi 8 besar dunia tentu sangat membanggakan. Upaya untuk pencapaian ini tentu harus "didampingi" dengan kekuatan militer yang disegani. Termasuk memiliki industri pertahanan tiga matra yang berkualitas. Maka program penguatan postur militer Indonesia mutlak diperlukan dan extra ordinary. Rintangan jalan menuju Indonesia Emas ada dihadapan. Konflik LCS dan dinamika kawasan Indo Pasifik serta perubahan iklim adalah fakta di lapangan. Potensi perang terbuka di tiga hotspot Panmunjom, Selat Taiwan dan LCS berpeluang besar.
Membangun kekuatan militer adalah antisipasi dini sebagai tameng eksistensi negeri. Kita tidak ingin ada pelecehan terhadap teritori negeri ini. Maka kita siapkan alat pukul strategisnya yang berkualitas gahar dengan kuantitas mencukupi. Heavy fregate, kapal selam, Rafale, F15, peluru kendali, radar, UAV dan UCAV sedang kita persiapkan. Termasuk manajemen pertempuran modern interoperability, network centric warfare. Jangan heran jika waktu-waktu mendatang akan banyak transaksi alutsista bernilai emas untuk menjaga dan menuju Indonesia Emas. Pesannya cuma satu kok, kalau untuk urusan teritori tidak ada tawar menawar. Anda jual kami beli.
****
Jagarin Pane / 31 Maret 2024