Indonesia kembali memperlihatkan adrenalin militernya dengan menggelar latihan gabungan TNI terbesar sepanjang akhir Juli dan awal Agustus 2023. Ada tiga area latihan yang dilaksanakan serentak. Kogabwilhan Satu di Dabo Singkep Kepulauan Riau. Kogabwilhan Dua di Laut Jawa dan Situbondo Banyuwangi. Kogabwilhan Tiga di Manokwari Papua. Puncak Latgab di Kogabwilhan Dua, langsung dipimpin Panglima TNI didampingi Menko Polhukam dan Ketua DPR. Seperti kurikulum sebelumnya pertempuran serbu pantai pasukan marinir adalah yang paling heroik suasananya. Namun pertunjukan spektakuler adalah show of force penembakan 4 peluru kendali surface to surface (SSM).
Sebanyak 4 KRI striking force TNI AL melumatkan kapal perang jenis fregat yang sudah pensiun KRI Slamet Riyadi 352. Dramanya adalah ketika salah satu dari 4 KRI yang mendapat perintah yaitu KRI Yos Sudarso 353 harus menembak "teman satu kelasnya" KRI Slamet Riyadi 352 yang sama-sama berasal dari "Van Speijk Class" Belanda tahun 1987. KRI Yos Sudarso 353 menembak KRI Slamet Riyadi 352 dengan rudal C802 buatan China. Sementara KRI Raden Eddy Martadinata 331 dan KRI John Lie 358 menembak dengan 2 rudal paling canggih Exocet MM40 Blok 3 buatan Perancis. Tidak ketinggalan si cabe rawit little but lethal kapal cepat rudal "Sampari Class" KRI Tombak 629 menembak dengan rudal C705 buatan China.
Show of force dengan manajemen interoperabilitas antar matra diakhiri dengan raungan 2 jet tempur F16 TNI AU yang melakukan pengeboman dahsyat. Fregat legendaris "Ahmad Yani Class" yang sudah bertugas 35 tahun itu terbelah dan tenggelam. Lokasinya berdekatan dengan kapal selam TNI AL yang melakukan eternal patrol KRI Nanggala 402. Baru kali ini jet tempur TNI AU cawe-cawe dengan kapal perang TNI AL mengeksekusi kapal perang yang dijadikan sasaran tembak dengan bom. Ke depan mestinya peluru kendali air to surface yang dimiliki TNI AU bisa ditembakkan dari jet tempur TNI AU. Keren gitu loh.
Khusus untuk TNI AL, intensitas latihan militer sepanjang tahun 2023 ini termasuk padat. Karena sebulan sebelum Latgab TNI, telah mengadakan latihan Armada Jaya di Laut Jawa. Salah satu materi latihannya adalah penembakan rudal SSM Exocet MM40 Blok 3 dari KRI I Gusti Ngurah Rai 332 ke KRI Karang Tekok 982 hingga tenggelam. Sebelumnya pada awal bulan Juni 2023 yang lalu TNI AL menjadi penyelenggara MNEK 2023 (Multilateral Navy Exercise Komodo) di Selat Makassar yang diikuti puluhan kapal perang dari sejumlah negara. Termasuk diantaranya China, Rusia, Amerika, Jepang, Australia. MNEK dipandang sebagai bagian dari diplomasi pertahanan Indonesia di kawasan Indo Pasifik. Dalam upaya menjaga iklim kondusif di kawasan.
Pada Latgab TNI 2023 di Kogabwilhan Dua, pergelaran teater pertunjukan diplomasi militer Indonesia, TNI mengerahkan 35 KRI berbagai jenis, 20 jet tempur F16, T50 Golden Eagle dan Super Tucano. Termasuk seluruh jenis alutsista marinir "bertanding" dengan kemampuan masing-masing seperti tank amfibi BMP-3F, PT76, BTR50, MLRS Vampire, LVTP, Howitzer dan lain-lain. TNI AD juga mengerahkan sejumlah alutsista seperti helikopter Apache, Bell 412, tank dan lain-lain. Bombardir pantai Situbondo dari kapal perang dan jet tempur memberikan suasana mencekam.Termasuk proses pendaratan pasukan dan alutsista TNI ditengah dentuman tembakan, asap, derit roda rantai, teriakan komando dan bau mesiu.
Catatan Latgab TNI 2023 dalam perspektif kita sudah menunjukkan kemampuan interoperability tiga matra. Yang perlu dioptimalkan adalah peran kinerja UAV dan UCAV. Untuk saat ini dan seterusnya pesawat nir awak bersenjata menjadi penting dan vital sebagai agen intelijen pertempuran sekaligus eksekutor lapangan. Seperti dalam pola manuver serbu pantai pasukan marinir, bagian ini menjadi titik kritis yang rawan conter attack melalui serangan UCAV dan peluru kendali pihak musuh. Perang Rusia- Ukraina menjadi benchmark paling penting dalam perubahan kurikulum manajemen pertempuran modern. Pengadaan UCAV Anka dan Bayraktar dari Turki untuk TNI adalah bagian dari antisipasi untuk perubahan kurikulum network centric warfare.
Manajemen pertempuran modern untuk Indonesia, sejauh ini menyangkut soal Natuna atau Ambalat, dalam perspektif kita, memerlukan kekuatan pukul utama matra laut dan udara. Dengan skenario mempertahankan Natuna atau ketika Natuna sudah direbut lebih dulu maka kekuatan armada tempur TNI AL dan skadron jet tempur TNI AU akan lebih dominan perannya. Dengan korelasi ini peran serbu pantai dari pasukan marinir dan PPRC TNI (pasukan pemukul reaksi cepat) harus diperkuat dengan UCAV, radar, jet tempur air superiority, maritime strike, kapal perang fregat, kapal selam, landing ship tank, coastal missile, tank amfibi dan lain-lain. Dalam rancangan besar menggelar perisai trisula nusantara, aspirasi standar ini sedang dalam proses menuju ke arah yang diinginkan.
Kita bisa saksikan berbagai berita gembira soal pengadaan dan pertambahan alutsista kita sepanjang Agustus ini. Misalnya kedatangan 2 kapal pemburu ranjau baru TNI AL dari Jerman. Kedatangan pesawat ketiga super hercules TNI AU dari AS. Kontrak efektif 18 jet tempur Rafale sehingga menjadi 24 unit yang mulai diproduksi. Kedatangan 11 panser Pandur II dari Ceko, penyelesaian 18 tank Harimau di PT Pindad dan lain-lain. Termasuk kontrak efektif ekspor kapal perang landing platform dock (LPD) ke 3 dan 4 PT PAL Surabaya ke Angkatan Laut Filipina. Jiran utara kita puas dengan kinerja 2 unit LPD pesanan awal, kemudian pesan lagi. Dengan Uni Emirat Arab, PT PAL juga sudah menandatangani kontrak efektif pengadaan LPD untuk Angkatan Laut UEA. Kalau yang ini, namanya juga Sultan, pasti maunya barang berkelas dan VVIP. Nah waktu mulai pembuatannya tahun depan.
Latgab TNI secara substansi adalah menguji keandalan teknologi alutsista yang dimiliki. Pada saat yang sama selama lima tahun terakhir kita banyak memesan berbagai jenis alutsista strategis. Maka sudah sewajarnya intensitas latihan militer kita tingkatkan baik internal angkatan atau antar angkatan. Ke depan berbagai jenis alutsista sudah pasti akan berdatangan secara bergelombang. Latgab TNI adalah bagian dari diplomasi militer dan pertahanan sekaligus show of force. Bahwa kita mampu menunjukkan kemampuan otot militer kita untuk mengawal teritori negeri. Pesta rudal dan bom ke KRI Slamet Riyadi kelas fregat yang kuat otot bajanya, adalah pertunjukan kemampuan itu. Mampu membelah dan menenggelamkan kapal perang fregat standar NATO. Digdaya TNI, marwah NKRI.
****
Jagarin Pane / 11 Agustus 2023