Cuaca ekstrim akhir tahun 2022 dan awal tahun 2023 sudah diprediksi oleh BMKG dan hari-hari ini kita "menikmati" suasananya. Bahwa cuaca ekstrim konflik kawasan yang bernama Indo Pasifik juga bisa diprediksi. Sudah ada "awan cumulunimbus" yang menghiasi langit Asia Pasifik di tiga hotspot Panmunjom, Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Cuaca buruk dari potensi konflik paling akbar bisa berubah menjadi medan pertempuran terbesar sepanjang sejarah bumi. Inilah prediksi ekstrimnya. Bukan untuk menakut-nakuti namun indikator penjelasnya sudah terang benderang. Dan tak perlu dijelaskan lagi.
Bagaimana kemudian Indonesia mempersiapkan payung pelindung untuk pertahanan diri bisa kita lihat dari peta jalan yang sudah, sedang dan akan dijalani. Indonesia telah memulai langkah strategis dengan program MEF(Minimum Essential Force) selama 12 tahun terakhir sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010 dan dilanjutkan Presiden Joko Widodo sampai saat ini. Program penguatan militer ini sudah memperlihatkan hasil yang cemerlang dengan semakin banyaknya aset alutsista yang diperoleh militer Indonesia. Meski belum sampai pada kriteria minimal yang diperlukan. Kita patut bersyukur.
Sepanjang tahun 2022 berbagai kontrak pengadaan alutsista strategis sudah dilakukan. Dan Rafale menjadi bintangnya. Jet tempur ini menjadi pilihan terbaik dari negara yang tidak ribet soal diluar urusan pertahanan. Indonesia memesan 42 unit dan diharapkan dapat mengisi 3 skuadron tempur mulai tahun 2026. Untuk mengisi ketersediaan cepat saji karena dibutuhkan saat ini, pemerintah memesan 12 jet tempur Mirage eksisting dari Qatar. Ini bagian dari strategi Indonesia untuk menjalin kerjasama ekonomi dalam skala luas dengan negara Timur Tengah yang kaya raya. Barusan dengan Turki sudah di sign konttrak pengadaan alutsista peluru kendali surface to air dan surface to surface jarak menengah dan jauh. Sudah jauh hari ditunggu ternyata buatan Turki yang dipeluk. Alhamdulillah.
Kepastian kontrak efektif pembelian 2 pesawat MRTT Airbus A400M terlaksana menjelang tutup tahun. Sementara proses produksi 5 pesawat angkut berat Super Hercules type J pesanan Indonesia sedang berlangsung di pabrikannya Lockheed Martin AS. Satu diantaranya akan datang di triwulan I tahun 2023. TNI AU saat ini sedang mempersiapkan kehadiran 5 pesawat amfibi dari Kanada yang dipesan tahun 2019. Termasuk tambahan 6 jet latih tempur T50 dari Korsel. Armada TNI AL akan menerima aset baru berupa 2 kapal perang pemburu ranjau dari Jerman, 1 kapal LPD rumah sakit buatan PT PAL, 1 kapal tanker logistik, 1 kapal korvet VVIP, 1 kapal LST, dan 2 kapal OPV buatan galangan kapal swasta nasional.
Peta jalan alutsista tahun 2023 diprediksi memasuki musim puncak. Karena tahun ini adalah permulaan tahun politik. Penyelesaian target pemenuhan kebutuhan MEF jilid 3 akan berakhir tahun 2024. Dan itu bersamaan dengan suksesi kepemimpinan nasional. Harapan kita bersama tahun ini ada penandatanganan kontrak efektif untuk 2 kapal selam yang digadang-gadang selama ini, Scorpene dari Perancis. Termasuk minimal 4 kapal perang heavy fregate Fremm Class dari Italia. Jika dua jenis alutsista strategis ini terpenuhi ini setidaknya bisa memberikan daya gedor kekuatan angkatan laut Indonesia. Bersama 2 heavy fregate merah putih yang sedang dibangun di PT PAL, barisan heavy fregate menjadi kapal perang striking force yang diandalkan.
Pasukan marinir sebagai bagian dari SSAT (sistem senjata armada terpadu) sudah dimekarkan menjadi 3 divisi. Maka pemenuhan kebutuhan alutsista pasukan serbu pantai ini mestinya menjadi prioritas. Seperti penambahan tank amfibi, panser amfibi, roket, artileri, helikopter serbu dan uav adalah keharusan yang mendesak. Disamping itu pemenuhan satuan peluru kendali pertahanan pantai dan selat menjadi penting terkait ramainya lalulintas militer asing di selat-selat ALKI kita. Prediksi ke depan akan semakin ramai karena dinamika konflik kawasan. Pantai Natuna sangat membutuhkan satuan peluru kendali pertahanan pantai sebagai salah satu pelapis pertahanan teritori.
Indikator pencapaian MEF tahap ketiga menunjukkan sinyal positif. Sinergi Kementerian Pertahanan, Bapenas dan Kementerian Keuangan sejauh ini bahu membahu saling menopang. Anggaran pembelian alutsista sebesar US$ 20 milyar selama 5 tahun ini sebagian besar sudah terserap dan disetujui melalui PSP (penetapan sumber pembiayaan) Kemenkeu. Dan sangat mungkin ada penambahan lagi karena "invasi" Covid19 berhasil dijinakkan. Manajemen kementerian pertahanan dalam pandangan kita mampu melakukan kerja besar extra ordinary untuk mengejar pencapaian MEF. Melakukan negosiasi G to G dengan negara produsen dalam pengadaan alutsista. Dan menjalankan sinergitas, koordinasi berkesinambungan dengan Bapenas dan Kemenkeu. Ketiga institusi ini mampu menunjukkan kinerja profesional berbasis integritas untuk menguatkan otot militer Indonesia.
Gaya manajemen pertahanan ini perlu kita apresiasi karena kita sedang berkejaran dengan awan cumulunimbus yang suatu saat dapat menimbulkan cuaca ekstrim. Antisipasinya kita harus memperkuat benteng teritori dengan kekuatan sendiri. Perang di Ukraina adalah contohnya. Apa yang dilakukan Kementerian pertahanan adalah menyegerakan ketersediaan berbagai alutsista canggih tiga matra. Kita juga meyakini jika kekuatan militer kita dengan kepemilikan alutsista yang canggih bisa memberikan efek gentar. Artinya jika ada pihak yang ingin berkonflik diyakini akan berhitung ulang. Itulah makna jika ingin damai bersiaplah untuk perang. Dan untuk perang tentu harus memiliki kekuatan alutsista canggih. Kekuatan inilah yang kemudian menjadi daya gentar untuk tetap dalam koridor damai. Selamat Tahun Baru 1 Januari 2023.
****
Jagarin Pane / 01 Januari 2023