Sejak era Menteri Pertahanan M Yusuf bersamaan dengan booming harga minyak pertengahan tahun tujuh puluhan, menjadi titik balik penguatan alutsista TNI meski tidak segahar era Dwikora. Pengalaman memasuki Timor Timur dengan alutsista minim menjadi justifikasi penguat, reformasi penguatan alutsista dimulai. Tercatat 100 batalyon TNI AD dipersenjatai dengan M16 untuk para prajuritnya, membeli seratusan panser dari Perancis dan merenovasi barak-barak militer.
Sementara itu TNI AU dibelikan 16 jet tempur F5E dari AS dan 36 jet tempur A4-Skyhawk bekas pakai dari Israel. Awalnya diinformasikan bahwa 36 pesawat pengebom A-4 Skyhawk bekas pakai perang Arab-Israel tahun 1973 ini disebut berasal dari AS. Melalui operasi intelijen digelar mekanisme teknis untuk melatih pilotnya. Sampai-sampai pilotnya tidak tahu kalau sudah dibawa ke Israel lewat penerbangan dan paspor berliku. Mirip film James Bond 007. Barulah setelah era reformasi, terbuka informasi yang sesungguhnya tentang asal usul jet tempur itu, dari Israel.
Awal tahun delapan puluhan TNI AL mendapat 2 kapal selam baru buatan Jerman yang dikenal dengan Cakra Class, salah satunya KRI Nanggala 402. Kemudian di era yang sama mendapat tambahan 6 kapal perang fregat bekas pakai Van Speijk Class dari Belanda dan 3 korvet anyar buatan Belanda Fatahillah Class. TNI AU pada dekade yang sama memperoleh 8 jet tempur Hawk Mk53 dari Inggris dan 12 jet tempur F16 dari AS. Kehadiran F16 blok 15 OCU memberikan kekuatan baru bagi penjaga kedirgantaraan nasional sebagai skadron tempur strategis bersama jet tempur F5E.
Pembelian alutsista yang paling menghebohkan adalah ketika memborong 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur yang sudah bergabung menjadi Jerman tahun 90an. Berkat lobbi BJ Habibie prosesnya kemudian disetujui Presiden Soeharto. Namun proses pengadaannya saat itu ribet dan ributnya bukan main sampai kemudian majalah Tempo dibreidel rezim Soeharto. Drama proses pembelian kapal perang korvet Parchim Class dan landing ship tank Frosch Class dari Jerman Timur ini pada akhirnya mampu menambah kuantitas alutsista matra laut sampai sekarang.
Heboh yang lain juga terjadi di era 90an ketika Indonesia memesan 40 jet tempur Hawk 100/200 dari Inggris. Pengiriman pesawat dilakukan secara bergelombang dan ferry. Nah dalam pengiriman batch selanjutnya tiba-tiba ada embargo atas perintah "abang sepupunya" AS karena peristiwa Santa Cruz di Timor Timur. Buruknya perilaku Inggris adalah meninggalkan 4 pesawat Hawk di Bangkok begitu saja, pilotnya disuruh pulang otoritas Inggris. Pilot TNI AU akhirnya yang mengambil pesawat itu setelah melobi otoritas Thailand. Padahal Indonesia juga memborong 100 tank Scorpion dari London. Kita sebagai pembeli alutsista tidak dihargai sama sekali. Kondisi ini semakin diperparah ketika jet tempur Hawk dan tank Scorpion yang diterjunkan ke Aceh dilarang untuk dipergunakan melawan GAM tahun 2001.
Ketika konflik Ambalat mengemuka tahun 2004, kondisi alutsista TNI masih sangat kurang. Jet tempur F16 masih diembargo AS sementara jiran Malaysia show of force di perairan kaya sumber daya energi fosil itu. Bahkan ketika Presiden SBY berkunjung ke Karang Unarang dengan beberapa KRI, pesawat Malaysia sengaja melintas diatas. Malaysia menunjukkan powernya karena mereka mempunyai 18 jet tempur Sukhoi dan 8 jet tempur F18 Hornet. Termasuk 2 kapal selam canggih Scorpene. Nah, dari konflik Ambalat dan prediksi intelijen soal Laut China Selatan (LCS) dan Natuna inilah Presiden SBY kemudian merancang program strategis militer tahun 2009 yang dikenal dengan Minimum Essential Force (MEF). Inilah awal modernisasi alutsista TNI yang sampai hari ini sudah memasuki MEF jilid III yang berakhir tahun 2024.
Perkuatan alutsista TNI saat ini sudah jauh meninggalkan Malaysia. Dan jiran kita itu sejauh ini tidak lagi pergi "bermain api" di Ambalat karena sudah kalah awu dari Indonesia. Pembangunan pangkalan militer di Natuna seperti pepatah "sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui". Artinya benteng pertahanan yang dibangunkuatkan di Natuna ditujukan untuk mengantisipasi konflik LCS yang diklaim China. Namun pangkalan ini bisa bermanfaat jika konflik Ambalat memanas. Indonesia bisa melakukan blokade militer dari Semenanjung Malaysia ke Sabah. Secara strategi militer pangkalan militer Natuna menjadi garis depan untuk menghadapi China dan "garis pemisah" Semenanjung dan Sarawak Sabah Malaysia.
Saat ini meski belum sampai pada kriteria kekuatan minimal, perkuatan alutsista TNI patut kita syukuri. Aset eksisting TNI AU saat ini ada 3 skadron F16, 1 skadron Sukhoi, 2 skadron Hawk, 1 skadron T50 dan 1 skadron Super Tucano. Indonesia juga sudah memesan 42 jet tempur Rafale dan bersiap menyambut produksi jet tempur KFX/IFX bersama Korea Selatan. Sementara TNI AL sudah menambah inventory striking force KRI yaitu Diponegoro Class 4 unit, Bung Tomo Class 3 unit, Martadinata Class 2 unit, kapal selam 3 unit. Termasuk puluhan kapal cepat rudal dan kapal patroli cepat buatan dalam negeri. Marinir juga mendapat aset puluhan tank amfibi BMP-F dan MLRS Grad/Vampire. PT PAL saat ini sedang mempersiapkan pembangunan 2 kapal perang terbesar heavy fregate Arrowhead 140.
TNI AD menambah kekuatan striking forcenya dengan seratusan tank Leopard, limapuluhan tank Marder, limapuluhan artileri Nexter, limapuluhan MLRS Astross II Mk6, tigaratusan panser Anoa, Badak dan lain-lain. Termasuk penambahan ratusan peluru kendali SAM Starstreak, Mistral. Juga helikopter Mi35, Mi17 buatan Rusia dan Apache buatan AS. Saat ini sedang diproduksi tank Harimau kerjasama Pindad dan FNSS Turki. Semua ini sangat membanggakan kita. Industri pertahanan nasional baik BUMN maupun swasta nasional ikut berkibar sebagai penyedia ragam alutsista. Dan tentu menyerap ribuan tenaga kerja dan ratusan tenaga ahli.
Maka menyambut HUT TNI ke 77 tanggal 5 Oktober 2022 ini marilah kita mensyukuri semakin mekarnya kekuatan militer kita. TNI adalah benteng eksistensi NKRI, TNI adalah adrenalin NKRI. Kekuatan ekonomi dan kekuatan militer negeri ini harus sama-sama kuat. Saat ini kekuatan ekonomi kita ada di ranking 16 dunia dan masuk G20, kekuatan militer juga ada di urutan 15 dunia GFP. Seiring sejalan kan. Kekuatan militer sejatinya adalah marwah diplomasi militer sebuah negara. Kita sedang menuju ke arah itu. Selamat ulang tahun ke 77, TNI Adalah Kita. Dirgahayu TNI.
****
Jagarin Pane / 05 Oktober 2022