Ibukota baru Indonesia sudah diberi nama. Nusantara, sebuah nama yang sudah sangat familiar di seluruh pelosok negeri. Letak geografis Ibukota Nusantara persis bersebelahan dengan kota yang sudah tertata rapi,terurus dan modern, Balikpapan di Kalimantan Timur. Dukungan infrastruktur di dua kota "kembar dan bersaing" Balikpapan dan Samarinda, tersedianya jalan tol diantara kedua kota itu, ada bandara modern, pelabuhan laut berkelas serta selesainya jembatan megah penghubung jalan raya trans Kalimantan Kaltim-Kalsel, diyakini akan mempermudah jalur logistik proses pembangunan ibukota Nusantara.
Kekuatan pertahanan TNI AD di Kalimantan saat ini bersandar pada 2 Kodam yaitu Kodam Mulawarman di Balikpapan dengan teritori Kaltim, Kalsel dan Kaltara. Dan KodamTanjungpura di Pontianak dengan teritori Kalbar dan Kalteng. Masing-masing Kodam sudah memiliki batalyon infantri termasuk yang berkualifikasi raider, batalyon armed, kavaleri, arhanud dan skadron penerbad. TNI AU menempatkan skadron jet temput Hawk dan skadron pesawat nir awak UAV di Supadio AFB Kalbar. Sementara TNI AL punya pangkalan angkatan laut di Tarakan dan pasukan marinir di Nunukan. Hotspot pertahanan di Kalimantan ada di perairan Ambalat.
Sebagai pusat pemerintahan perlindungan total dari segala bentuk ancaman perang modern dan perang siber sudah dirancangbangun oleh Kemenhan dan TNI. Konsep besarnya adalah smart defense, network centric warfare dan dual strategy. Smart defense hardware didukung oleh infrastruktur alutsista strategis dan canggih. Termasuk didalamnya cyber war. Sementara dual strategy yaitu mensinergikan strategi pertahanan dan strategi diplomasi dalam satu kesatuan, seiring sejalan. Sebenarnya dual strategy ini sudah diterapkan sejak beberapa tahun terakhir. Menlu Retno dan Menhan Prabowo selalu bersama dalam setiap meeting two plus two dengan Australia, AS, Jepang, Korsel, Perancis, Inggris, Jerman.
Yang perlu dicatat, perubahan geostrategis pertahanan dari pulau Jawa ke Kalimantan tidak berarti menomorduakan pertahanan di Jawa. Karena Jawa adalah pusat industri, investasi dan keuangan tak tergantikan. Ada dua divisi Kostrad, tiga skadron Penerbad, dua divisi Marinir, pangkalan Armada Satu dan Dua, 4 skadron tempur, beberapa skadron angkut berat dan ringan, skadron helikopter semuanya bermarkas di jantung Indonesia pulau Jawa. Artinya meski ibukota pindah pulau, strategi pertahanan di Jawa relatif tidak ada perubahan. Tetap menjadi basis kekuatan pertahanan terkuat.
Ibukota baru Nusantara berhadapan dengan Laut Sulawesi dan Selat Makassar sementara "punggungnya" adalah daratan luas rimba kalimantan yang menurut pandangan kita masih sangat minimal kekuatan pertahanan di koridor ini. Padahal ada perbatasan darat dengan Malaysia sepanjang 2000 km. Meski di border itu sudah berdiri puluhan pos militer dikawal pasukan infantri TNI AD, namun punggung ibukota Nusantara harus dilindungi dari serangan udara dan serangan peluru kendali jarak jauh dari musuh. Dan hampir pasti arahnya akan datang dari arah Laut China Selatan dan Laut China Timur jika terjadi perang terbuka.
Maka Tenggarong, Melak dan Muara Teweh bisa menjadi pilihan silo pertahanan udara dan silo pertahanan rudal anti rudal jarak jauh. Bersinergi dengan skadron jet tempur Rafale yang diprediksi ditempatkan Supadio AFB Pontianak dan jet tempur Sukhoi di Hasanuddin AFB Makassar. Sebagai penguat Samarinda atau Tarakan bisa menjadi pilihan home base 1 skadron jet tempur F16. Jadi kekuatan pertahanan udara jarak jauh mobile di Kalimantan bertumpu pada 2 skadron jet tempur Rafale dan F16, 1 skadron UAV yang sudah eksis di Supadio AFB. Kemudian ada pertahanan udara statis berupa beberapa batterai peluru kendali SAM (Surface to Air Missile) jarak menengah dan jarak jauh.
Kekuatan angkatan laut di jalur ALKI 2 selat Makassar dan laut Sulawesi saat ini bertumpu pada Armada Dua yang bermarkas di Surabaya. IKN Nusantara yang berhadapan dengan ALKI 2 harus mendapat perlindungan laut apalagi ada titik panas Ambalat di halaman perairan kita. Saat ini Ambalat dalam kontrol penuh TNI AL namun untuk perkuatan pertahanan laut di ibukota negara harus ada kapal perang kelas korvet keatas yang berhome base di Balikpapan atau Samarinda. Laut Sulawesi itu sangat terbuka, ada Sabah, Filipina dan Samudra Pasifik di depan ibukota. Termasuk mengantisipasi potensi teroris di segitiga Sulu, Sabah dan Poso.
Dalam jangka pendek ini diprediksi akan dibentuk 1 brigade komposit di IKN seperti di Natuna. Secara eksisting sudah ada batalyon infantri raider 600 Modang dan batalyon kavaleri 13 Satya Lembuswana di Balikpapan. Di Kutai Kertanegara ada batalyon infantri mekanis 611 Awang Long. Di Berau ada batalyon armed 18 komposit dan skadron 13 helikopter penerbad. Di Tarakan ada batalyon raider 613 Raja Alam dan di Malinau ada batalyon raider 614 Raja Pandita. Batalyon kavaleri 13, batalyon armed 18, batalyon infantri mekanis 611, batalyon armed 18 dan skadron helikopter serbu masih sangat kurang kapasitas dan kualitas isian alutsistanya sampai saat ini.
Berangkat dari kondisi eksisting ini percepatan pengadaan alutsista tiga matra harus segera tercapai. Tahun ini adalah titik tumpu dari proses penguatan pertahanan ibukota Nusantara. Sudah saatnya menyegerakan ketersediaan alutsista yang dibutuhkan, tidak bertele-tele. Kita berkejaran dengan waktu. Tingkat keterisian alutsista di IKN, Natuna, Ambalat masih jauh dari kriteria minimal atau standar. Meski ranking kekuatan militer kita ada di urutan 15 dari 140 negara namun secara de facto kita belum punya kekuatan pukul yang disegani. Ranking 15 versi GFP (Global Fire Power) itu didongkrak oleh indikator jumlah populasi, jumlah pasukan, komponen cadangan dan para militer, luas wilayah, sumber daya alam yang memang besar dan luas. Saatnya kita bergerak cepat dengan segala daya dan dana untuk merealisasikan kontrak efektif.
****
Jagarin Pane / 27 Januari 2022