Sepanjang pekan ini berbagai media internasional memberitakan secara lugas dan jelas tentang perkembangan terkini dari hasrat yang menggebu untuk pengadaan alutsista strategis Indonesia. Utamanya jet tempur. Media Perancis, Kantor Berita Reuters, Jane's ramai-ramai memberitakan soal jalan cerita proses pengadaan 36 jet tempur Rafale made in Perancis. Termasuk juga progres pengadaan 15 jet tempur Typhoon Austria.
Menariknya tidak ada satu pun media kita yang ikut meramaikan berita ini kecuali mengutipnya. Termasuk juga Kementerian Pertahanan, biasa-biasa saja. Meskipun begitu tetap selalu ada berita gembira untuk militer Indonesia setiap hari setiap minggu. Misalnya peresmian satuan peluru kendali darat ke udara (surface to air missile) jarak menengah Nasams2 di Tangerang untuk payung perlindungan ibukota Jakarta.
Kemudian progres pembangunan 1 kapal perang LPD (Landing Platform Dock) rumah sakit dan 2 KCR (Kapal Cepat Rudal) di PT PAL. Juga pembangunan 1 kapal perang jenis BCM (Bantu Cair Minyak) di galangan kapal swasta nasional dan selesainya pembangunan 2 kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank) oleh Koja Bahari. Kabar lainnya yang cukup menggembirakan adalah dimulainya pembangunan 2 kapal perang pemburu dan penghancur ranjau TNI AL di Bremen Jerman.
TNI AD baru saja kedatangan sistem rudal hanud titik batch 2 yaitu rudal Starstreak buatan Inggris. Dan sudah dialokasikan untuk Batalyon Arhanud TNI AD di Medan dan Pekanbaru. Berita lainnya adalah Lanud Saumlaki sudah bisa didarati Hercules. Saat ini di Saumlaki dan Merauke sudah beroperasi pengindra jarak jauh Satuan Radar Master T. Kedua lokasi ini diprediksi akan menjadi dua titik pertahanan strategis Indonesia berupa penempatan satuan peluru kendali darat ke udara jarak jauh.
Kabar lainnya TNI AU akan membangun pangkalan udara di pulau Subi kepulauan Natuna yang dekat dengan Sarawak Malaysia. Nantinya pangkalan ini akan terkoneksi dengan Supadio AFB Kalbar dan Raden Sadjad AFB di Natuna Besar. Yang tak kalah seru adalah berita suksesnya peluncuran roket RHan 450 jarak 100 km untuk yang kelima kalinya pekan ini.
Hari-hari ini kita juga menyaksikan adanya kesibukan di PT PAL. Dubes Denmark berkunjung kesana sepertinya sedang mempersiapkan hal-hal teknis soal pengadaan kapal perang fregat Iver Class. Sementara pada hari yang sama Dubes Jepang didampingi delegasi industri pertahanan Jepang berkunjung dan berdiskusi serius dengan Menhan Prabowo soal kerjasama pertahanan. Harapan tentang pengadaan 8 kapal perang fregat dari saudara tua Jepang semakin menggumpal.
Soal jet tempur, dalam pandangan kita sebenarnya saat ini sedang terjadi kekuatan tarik menarik diantara negara produsen alutsista canggih terhadap pembelinya. Amerika Serikat yang sudah memberikan perpanjangan GSP pada Indonesia dan akan menambah kucuran investasi sangat berharap kita membeli jet tempur F16 Viper dan atau F18 Hornet blok 3. Sementara Perancis punya peluang terbesar menurut versi mereka. Soalnya di media Perancis diberitakan bahwa Indonesia menginginkan proses pengadaan jet tempur Rafale dipercepat. Bulan ini diharapkan sudah teken kontrak, katanya. Persaingan antar negara kompetitor terlihat jelas.
Sementara untuk pengadaan kapal selam tiba-tiba berubah haluan, pindah ke lain hati neh. Pilihan beralih pada dua pilihan baru yaitu dari Perancis atau Jerman. Serial lanjutan "sinetron" Nagapasa Class batch 2 hampir pasti berantakan alias tidak happy ending. Lantaran produk batch 1 yang telah menghasilkan 3 kapal selam kerjasama transfer teknologi DSME Korsel dan PAL Indonesia tidak sesuai harapan pengguna.
Sebenarnya kontrak awal Nagapasa batch 2 dengan Korsel sudah diteken tahun lalu. Namun kontrak efektif bersamaan dengan pembayaran DP belum ditandatangani. Pembatalan kontrak batch 2 ini berimplikasi denda dan bisa menjurus pada ketersinggungan diplomatik Korsel mengingat kerjasama alih teknologi ini sudah "dipayungi" oleh RI-1 dan Korsel-1 sejak era Presiden SBY sampai Presiden Jokowi.
Dari berbagai pemberitaan soal pemenuhan kebutuhan alutsista Indonesia yang begitu masif, kenyataannya memang kita sedang berupaya secepatnya untuk menghadirkan berbagai jenis alutsista. Dinamika kawasan yang begitu cepat berubah mengharuskan kita memiliki inventory alutsista yang berkualitas dan mencukupi. Saat ini setidaknya ada 2 hotspot yang harus dikawal, yaitu Natuna dan Ambalat. Belum lagi nanti jika Armada ke 1 AS akan berpangkalan di sekitar kita. Dan nyatanya ketersediaan alutsista di kedua hotspot itu saja telah membuka mata kita bahwa masih banyak kebutuhan alutsista yang harus dipenuhi untuk negeri kepulauan ini.
Nah di bulan Desember ini diprediksi ada penandatanganan kontrak pengadaan alutsista gahar dan strategis bernilai belasan trilyun rupiah. Dengan begitu bulan hujan yang penuh rahmat dan barokah ini menjadi bulan yang segar dan ceria. Desember ceria bisa menjadi tonggak awal dimulainya kedatangan alutsista skala besar setelah ada tandatangan kontrak di bulan ini. Semoga Desember ceria ini akan menjadi kenangan Desember yang indah di kemudian hari.
****
Jagarin Pane / 5 Desember 2020