Langkah mengedepankan otot militer yang diperlihatkan China telah
memberikan persepsi arogansi dan mentang-mentang di mata dunia. Sekaligus
membuka cakrawala pandang dunia internasional bahwa otot militer China harus
dilawan dengan cara yang sama. Dan lebih spektakuler.
Ribut-ribut dengan India misalnya. Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba
China membuat gaduh perbatasan kedua negara. Padahal border di pegunungan
Himalaya itu sudah status quo selama setengah abad. Adu otot terjadi, adu jotos
terlihat. Sangat memalukan. Dampaknya rakyat India benci banget sama China.
Pemerintah India kemudian mempercepat proses pengadaan berbagai jenis
persenjataan canggih. Lebih pas disebut mempersiapkan sebanyak mungkin
alutsista untuk persiapan perang masa depan. Pemerintah dan rakyat India
benar-benar marah terhadap perilaku provokasi tentara China. Hampir seratus
pasukan kedua negara mati konyol karena saling adu jotos ala primitif.
HMS Queen Elizabeth dipersiapkan ke LCS |
Dengan Hongkong juga. Dengan Taiwan apalagi. Sudah puluhan tahun China
menggertak Taiwan. Dan sepanjang semester I tahun 2020 ini China melakukan
manuver militer di selat Taiwan. Yang tidak biasa, jet-jet tempur China daratan
sudah berani menerobos teritori udara Taiwan. Dan itu dilakukan berulang kali.
Tapi Republik China Taipei tidak kalah gertak. Kecil-kecil cabe rawit.
Militer negeri Formosa itu langsung bereaksi dan meluncurkan beberapa peluru
kendali maut sebagai isyarat "lu jual gua beli". Barusan kapal induk
USS Theodore Roosevelt "berhenti" di selat Taiwan. Membawa pesan kuat
untuk China, anda sopan kami segan, anda arogan kami lawan.
Dengan negara-negara ASEAN juga begitu. Vietnam digertak terus menerus,
kapal nelayannya ditenggelamkan. Perairan Filipina disisir habis China, kapal
perang Filipina mau ditembak. Juga dengan Malaysia, tercatat ada 89 pelanggaran
teritori laut dan udara yang dilakukan China terhadap Malaysia.
Dua kapal induk AS berparade di LCS |
Perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) kita di laut Natuna Utara sering
diterobos oleh kapal nelayan dan Coast Guard China. Dibelakangnya ada back up
kapal perang dia. Dan kita melawan. Kita kerahkan kapal perang, juga sejumlah
jet tempur dan pesawat pengintai untuk menegaskan kehadiran kita di teritori
Natuna. Saat ini seluruh komponen pertahanan kita siaga penuh di Natuna.
Akhirnya arogansi China berbuah pahit. AS, Australia, Jepang, Inggris dan
Kanada bersiap membentuk aliansi militer kapasitas gajah. Jepang memesan 105
jet tempur canggih dan stealth F35. Kapal induk helikopter di upgrade utk F35B.
Australia mempersiapkan peluru kendali anti kapal jarak jauh. Memesan sejumlah
kapal selam canggih dan lain-lain. Semua sedang mempersiapkan dan menimbun
senjata sebanyak mungkin. Waduh gawat neh.
Dalam situasi dan kondisi saat ini dan di masa depan, Indonesia harus bisa
bermain cantik di konflik Laut China Selatan (LCS). Kita harus mengedepankan
permainan cerdik secara militer dan diplomasi. Sedapat mungkin kita tidak
terjebak rayuan aliansi militer, tetapi tetap simpati dengan kehadirannya.
Karena hanya AS dan sekutunya yang bisa meredam arogansi China di LCS.
Iver Class yang dibeli Indonesia |
Patut diingat bahwa sesama negara ASEAN juga saling klaim ZEE LCS. Kita
dengan Malaysia belum clear. Kita dengan Vietnam masih dispute. Vietnam dengan
Malaysia juga masih berselisih. Bedanya, tumpang tindih klaim sesama negara
ASEAN tetap memegang teguh code of conduct. Tapi sekali waktu Vietnam pernah
marah sama kita dengan menubrukkan Coast Guardnya ke kapal nelayan mereka yang
kita tangkap.
ASEAN harus cerdas menyikapi kehadiran kapal perang negara-negara aliansi
di LCS. Termasuk jika harus mampir di Natuna. Di satu sisi mereka datang
sebagai payung penyeimbang dan pelindung. Namun di sisi lain bisa saja
negara-negara ASEAN ditarik "iuran keamanan". Lihat saja Korsel,
Jepang, Jerman pada mengeluh dengan iuran keamanan yang dipatok AS. Asal tahu
saja perang Teluk jilid satu dan dua yang membiayai adalah negara-negara Arab
yang berkonflik.
Pasukan TNI Siaga penuh di Natuna |
Indonesia yang perairan ALKI 1 dan 2 nya bakal sering dilewati kapal induk,
destroyer, fregat dan kapal selam negara aliansi harus punya marwah. Caranya
perkuat AL dan AU. Memilih kapal perang besar semacam Iver Class bagus sekali.
Kuantitasnya perlu ditambah. Penambahan jet tempur seperti F16 Viper dan SU35
adalah keniscayaan.
Dalam tataran diplomasi negara-negara ASEAN yang bersengketa dengan China
bisa memilih netral atau berpihak proporsional. Brunai misalnya cenderung pasif
meski punya klaim, tahu diri. Vietnam boleh ambil sikap berdikari karena dekat
dengan Rusia. Malaysia cenderung diam mengalah. Filipina adalah sahabat AS
tentu bisa berpihak proporsional dengan aliansi. Nah kita lebih pantas netral
saja. Meminjam istilah populer Menlu Adam Malik tempo dulu: Semua bisa diatur.
****
Jagarin Pane / 17 Juli 2020