Gelar otot militer diperlihatkan antara dua kekuatan militer terhebat, AS
dan China. Dan kali ini yang terbesar. Palagannya adalah mulai dari Selat
Taiwan sampai Laut China Selatan (LCS). China menggelar kekuatan laut dan
udaranya untuk menggertak Taiwan, Filipina, Malaysia dan Vietnam.
AS memandang ini sebagai tindakan "anggar jago" dan
mentang-mentang. Maka dikirimlah 3 kapal induk sekaligus beserta
dayang-dayangnya berupa puluhan destroyer, fregat, kapal selam dan ratusan jet
tempur ke perairan Pasifik Barat. Konvoi itu telah sampai. Termasuk 8 kapal
perang Australia ikut meramaikan suasana.
Sebagai antisipasi terhadap gelar kekuatan otot militer kedua raksasa itu,
Indonesia bersiap diri siaga penuh di Natuna dengan penambahan kekuatan
sejumlah KRI striking force. Juga skadron jet tempur di Koopsau satu
diperintahkan siaga penuh terukur.
KRI Bung Tomo 357 dan armada lainnya |
China, entah kenapa setelah sempoyongan mabuk Corona tiba-tiba membuka
permusuhan terbuka di tiga front militer sekaligus. Dengan India di barat
negerinya, dengan Taiwan di timur dan dengan sejumlah negara ASEAN di selatan
negerinya. Apa karena gerah dengan sebab musabab Corona atau mau uji nyali
kekuatan militernya.
Dengan India bahkan telah terjadi bentrok fisik yang meminta korban tewas
puluhan pasukan kedua negara. Lucunya meski keduanya telah mengerahkan puluhan
ribu pasukan dan alutsista, justru adu fisik ala primitif yang terjadi. Adu
jotos antar tentara. Sangat memalukan.
Maka meskipun di teater LCS telah berkumpul sejumlah kapal perang, kapal
induk, kapal selam dan jet tempur, kita meyakini tidak sampai terjadi perang
terbuka antara China dan AS. Otot militer sejatinya dikerahkan untuk memberikan
efek gentar, show of force. Saling gertak tapi juga ukur kekuatan. Bahasa
militer adalah bahasa adrenalin. Bahasa ego negara yang berada dalam kendali
bahasa diplomasi.
Sejatinya dunia kita sekarang sudah saling ketergantungan satu sama lain.
Membangun kesejahteraan tidak bisa lepas dari hubungan ekonomi dan perdagangan
antar negara. Saling membutuhkan. Bahkan dunia masa depan adalah bangunan
digitalisasi online global, borderless.
Salah satu pangkalan militer di LCS |
Yang menjadi pertanyaan mengapa China menjadi agresif dan cenderung buas
belakangan ini. Semuanya soal teritori. Padahal pada saat yang bersamaan perang
dagang dengan AS masih berlangsung seru. Apalagi dunia masih dilanda pandemi
Covid19.
Utamanya soal batas teritori. Dengan India yang sudah dingin dengan kondisi
status quo selama empat dekade. Tiba-tiba cepat berubah menjadi konflik panas
membara. Aneh kan? Dengan Taiwan juga sudah mulai unjuk kekuatan. Jet tempur
China sudah berani menerobos wilayah udara Taiwan.
Adalah wajar jika kemudian AS dan anak asuhnya Australia tampil untuk unjuk
kekuatan dengan mengerahkan 3 kapal induk sekaligus. Tindakan kasar China jelas
tidak pantas dalam koridor Code of Conduct di LCS. Apapun alasannya tidak
dibenarkan. Karena klaimnya di LCS tidak sah secara hukum internasional.
Tingkah konyol China ini dianggap dunia sebagai kurangnya semangat kecerdasan
diplomasi alias kaku. Padahal dunia sudah sangat saling tergantung sama lain.
Mestinya semua persoalan klaim teritori bisa diselesaikan di meja perundingan.
Bukan berlagak sebagai preman lapak teritori.
Gelar kekuatan militer China sesungguhnya hanya untuk gagah-gagahan. Untuk
menakut-nakuti. Memang negara-negara di LCS mengambil sikap mengalah tetapi
bibit kebencian utamanya di kalangan warga negaranya mulai tumbuh. Di India
sudah terjadi demo besar dan ajakan boikot produk China.
Pergelaran kekuatan militer besar-besaran AS adalah balasan dan pesan kuat
untuk China agar tidak bermain api di LCS . Tetapi situasi dan kondisi panas
ini tidak sampai menimbulkan perang terbuka diantara kedua raksasa dunia ini.
Percayalah. Resikonya sangat mengerikan.
Dan kita pun wajib bersiaga di Natuna dengan terukur. Maksudnya tetap
waspada dan defensif menjaga perairan laut Natuna Utara. Kita harus
menghadirkan armada Bakamla dan KRI setiap saat. Paling tidak kalau ada yang
mulai intip-intip Natuna dan ternyata ada "satpamnya" bisa
mengurungkan niatnya.
****
Jagarin Pane /21 Juni 2020