China kembali memperlihatkan arogansi militernya meski dunia lagi "dianeksasi" musuh bersama Corona. Militer negeri itu mengerahkan kapal induk Liaoning dan sejumlah kapal striking forcenya di Laut China Timur (LCT) dekat Okinawa dan Selat Taiwan.
Tidak hanya di LCT tapi juga di Laut China Selatan (LCS) China memperlihatkan keangkuhan militernya. Belum lama berselang kapal nelayan Vietnam diseruduk dan ditenggelamkan di perairan Paracel LCS. Padahal negeri tirai bambu itu belum sembuh benar dari serangan virus mematikan Corona.
Pada saat yang sama kapal induk AS yang sedang bertugas di Pasifik Barat USS Theodore Roosevelt ditarik ke Guam. Dan kapal induk yang lain USS Ronald Reagan diistirahatkan di Yokosuka Jepang. Semua karena ratusan awaknya terkena virus Covid 19. Maka pertunjukan militer China yang leluasa mengerahkan sejumlah kapal perang ke LCTdan LCS adalah cermin ambisi militer yang buas.
Ketika ditinggal payung dua kapal induk AS yang "ditaklukkan" Covid 19, betapa terasa telanjangnya LCT dan LCS. Artinya China memang hanya sepadan lawan AS. Kombinasi seluruh kekuatan militer di Asia Tenggara tidak dianggap gahar alias gak nendang bagi China. Makanya dia leluasa suka-suka hati mengerahkan kapal perangnya yang jumlahnya ratusan unit kemana dia suka.
Belum lagi soal pelebaran pengaruh. China sudah dan sedang membuat pengaruh di Kamboja, Laos dan Myanmar. Sementara Thailand tidak punya klaim konflik alias netral, Singapura juga. Maka sesungguhnya ASEAN tidak lagi kompak menyuarakan kata sepakat untuk melawan klaim China terhadap LCS.
Sopan santun militer dan ikut bersimpati atas tragedi wabah Corona yang diawali dari China, yang melanda dunia saat ini tidak diperlihatkan China. Ambisi militernya yang haus penguasaan sumber daya energi membuat semua negara di sekitarnya pasang kuda-kuda.
Maka bagi Indonesia persiapan pasang kuda-kuda adalah mempercepat perolehan alutsista yang berdaya gebuk besar. Misalnya untuk angkatan laut, Iver Class. Dan melanjutkan program Martadinata Class batch 2. Untuk angkatan udara percepat proses jet tempur F16 Viper. Fokus ini saja dulu karena memang sudah jauh-jauh hari dipersiapkan.
Selama lima tahun ini tidak ada penambahan alutsista strategis jet tempur dan KRI striking force. Yang ada hanya kedatangan alutsista dari proses rezim sebelumnya. Jet tempur Sukhoi SU35 hanya fatamorgana. PKR 10514 jalan ditempat alias hanya dua saja cukup kayak slogan KB.
Bagaimana mau pasang kuda-kuda kalau soal pengadaan alutsista strategis terkesan lambat. Mudah berputar haluan dan retorika menggebu kemudian diam nyaris tak terdengar. Seakan-akan semua sedang bersiap mendengar suara baling-baling Nagapasa Class. Dan yang terdengar justru jeritan Corona yang membuat dunia terhempas.
Rapatkan barisan, perkuat pagar teritori negeri gak pake lama. Beli alutsista strategis tanpa harus bertele-tele sesuai kebutuhan bukan sesuai selera. Tetap fokus pada physical distancing, stay at home mawon. Pertahanan negeri tetap bagian dari prioritas. Pertahanan negeri adalah investasi, jadi percepatlah dan istiqomahlah.
****
Semarang/ 15 April 2020
Jagarin Pane