Luar biasa. Itulah kesan yang didapat dari perhelatan akbar TNI yang
melaksanakan latihan perang gabungan tiga angkatan selama sepekan yang berakhir
12 September 2019 di sepanjang pantai utara Situbondo sampai Banyuwangi Jawa
Timur. Simulasi pertempuran melibatkan belasan ribu prajurit dan ratusan
alutsista canggih berbagai jenis yang dimiliki TNI.
Melalui jaringan digital battle management system untuk TNI AD dan network
centric untuk TNI AL dan TNI AU jalannya simulasi pertempuran benar-benar
terkoordinasi dalam satu komando. Ketika
menuju daerah pertempuran konvoi armada TNI AL yang berjumlah 23 KRI dan 1
kapal selam dihadang kapal perang musuh. KRI Sultan Iskandar Muda 367 mengeluarkan
senjata canggihnya, peluru kendali anti kapal Exocet MM40 blok 3. Kemudian dari
jarak 70 km kapal perang “musuh” KRI Sambu 902 yang baru dipensiun berhasil
ditenggelamkan.
Apache dan Mi35, kombinasi yang menggerunkan |
Pengerahan 1 skadron sekaligus jet tempur F16 (16 unit) merupakan hal yang
luar biasa. Bersama 6 jet tempur Sukhoi SU27/30, 6 jet tempur Golden Eagle, 4
jet tempur Hawk dan 6 pesawat coin Super Tucano melakukan pengeboman
bertubi-tubi terhadap sasaran musuh di pusat latihan tempur Marinir di
Situbondo. Belum lagi peran besar
pesawat nirawak CH4 Rainbow yang baru didatangkan dari China untuk pengintaian
dan sekaligus menghancurkan sasaran karena membawa persenjataan rudal.
Serial latihan tempur dilanjut dengan pendaratan pasukan Marinir, sebuah
episode pertempuran yang paling menentukan. Pasukan serbu pantai ini membawa
tank amfibi BMP3F, MLRS Vampire, panser amfibi BTR-50 dan sejumlah alutsista
pemukul untuk merebut tumpuan pantai.
Dilanjut dengan pendaratan pasukan kavaleri, artileri dan infantri TNI
AD bersama berbagai jenis alutsista canggih seperti tank Leopard, MLRS Astross
II Mk6, Artileri Caesar Nexter.
Sebelum Latgab TNI 2019, didahului dengan latihan perang intra matra
sepanjang Juli dan Agustus 2019. TNI AL melakukan latihan Armada Jaya (AYA) di
Laut Jawa, kemudian diikuti dengan TNI AU yang menggelar latihan Angkasa Yuda
(AYU) di Lumajang. TNI AD menggelar Kartika Yudha di Pusat Latihan Tempur
Baturaja di bulan Agustus 2019.
Unjuk kebolehan diperlihatkan helikopter serbu Apache dengan menembakkan
peluru kendali Apache di ajang Kartika Yudha, kemudian dilanjut dengan Garuda
Shield dan terakhir di arena Latgab TNI 2019. Tak mau kalah helikopter serbu
jenis lain Mi35 juga menunjukkan kelasnya. Jadi kita bisa saksikan kompetisi
Apache buatan AS dan Mi35 buatan Rusia di ajang Latgab TN 2019. Luar biasa.
Armada Hercules, luar biasa |
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto merasa puas dan bangga karena ini
pertama kali TNI menggelar simulasi latihan perang melalui teknologi
digital. TNI AD, kata beliau punya
battle management system, demikian juga dengan TNI AL dan TNI AU punya network
centric. Meski belum sempurna Panglima
TNI menyampaikan pesan jelas bahwa mulai tahun 2020 TNI sudah masuk era digital
dalam manajemen sistem pertempuran.
TNI AU selain mengerahkan jet-jet tempurnya juga mengerahkan 12 pesawat
angkut berat Hercules, 1 pesawat Hercules Tanker BBM, 4 pesawat CN 295, 3 Boeing
737 Intai Strategis, 2 UAV Aerostar, 4 Helikopter ECc725, 1 Helikopter Collibri,
2 pesawat C212. Secara hitung-hitungan ada sepertiga kekuatan TNI dikerahkan
dalam Latgab terbesar tahun ini.
Perolehan alutsista yang didapat sejauh ini sudah memberikan nilai bangga
meski secara kuantitas dan kualitas masih belum sampai pada persyaratan
minimal. Masih ada MEF jilid III yang
dimulai tahun depan. Dan tentu masih
akan datang berbagai jenis alutsista yang dinantikan seperti 11 jet tempur
Sukhoi SU35.
Program pengadaan jet tempur F16 Viper, pesawat angkut Hercules seri J, helikopter
Apache, helikopter Chinook, kapal perang Fregat, kapal selam, kapal cepat rudal,
peluru kendali SAM, radar Master T, MLRS Astross dan lain-lain dipastikan akan
semakin memperkuat benteng pertahanan kita.
Catatan kita adalah jangan terlalu sering mengadakan latihan tempur di
Situbondo. Sekali-kali di rute terjauh,
misalnya di Papua. Sekalian untuk
menguji endurance pasukan dan daya tahan alutsista. Perjalanan panjang menuju Papua tentu menjadi
nilai tambah utamanya bagaimana peran logistik, pengawalan konvoi dan peran
tempur sepanjang perjalanan.
Sejalan dengan itu Armada Tiga yang berpusat di Sorong perlu dipercepat
isian alutsista berupa KRI striking force dan LST termasuk pasukan Marinir dan
tank amfibi. Skadron tempur di Biak dan skadron helikopter di Jayapura segera
direalisasikan. Kita berpacu dengan
waktu untuk memperkuat militer secara permanen di Timur negeri ini.
Bukan apa-apa, dalam strategi militer jarak yang terlalu jauh ke Papua, misalnya
dari Surabaya tentu tidak efektif. Maka Armada Tiga dan Kostrad Divisi Tiga memegang
peran penting untuk menjaga stabilitas pertahanan di Timur. Melebarkan sayap pertahanan seiring dengan
pengembangan teknologi pertempuran berkarakter digital adalah kewajiban mutlak untuk
marwah pertahanan negeri kepulauan terbesar di dunia ini. Kita bisa dan kita mampu.
****
Jagarin Pane / Surabaya, 14 September 2019
Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI