Baik-baik aja bang, lagi rame neh, jawab mereka serentak dengan senyum
sumringah. Ya iyalah pasti lagi rame
pesanan. Semua sedang menggeliat dan
sepanjang sejarah republik ini berdiri, baru saat inilah seluruh industri
pertahanan (Inhan) strategis kita sedang naik-naik ke puncak gunung, naik daun
atau bersinar cemerlang.
Kita mulai satu-satu, lihat tuh PT PAL yang berpusat di Surabaya. Setelah
mendapat ilmu transfer teknologi dari Korea Selatan lewat kerjasama teknologi
pembuatan kapal perang jenis LPD Makassar Class, kemudian buat sendiri dua
kapal LPD Banjarmasin Class, sukses.
Lalu dapat pesanan dua kapal sejenis dari Filipina, sukses. Sekarang
lagi buat 1 unit LPD untuk TNI AL, Oktober ini diluncurkan. Malaysia juga
berminat, kita tunggu saja.
PT PAL juga melakukan kerjasama transfer teknologi dengan Belanda untuk
membuat 2 kapal perang striking force Martadinata Class. Dan berhasil membuat 2 kapal perang canggih
yaitu KRI Martadinata 331 dan KRI Ngurah Rai 332. Dalam waktu dekat proyek yang
dikenal dengan PKR10514 ini akan dilanjut dengan membangun kapal perang fregat
ketiga dan keempat.
Martadinata Class |
Ada lagi yang lebih prestisius yaitu pembuatan 3 kapal selam Nagapasa Class
dengan Korsel lewat paket transfer teknologi. Dua kapal selam telah berhasil
dibangun dan diluncurkan di Korsel sedangkan kapal selam ketiga sedang dibuat
di PT PAL Surabaya dan akan diluncurkan bersamaan dengan peluncuran kapal
perang jenis LPD. Luar biasa.
Setelah kapal selam ketiga ini diluncurkan, akan ada lagi pembuatan kapal
selam keempat dan kelima di PT PAL sebagai lanjutan proyek Changbogo dengan
Korsel. Ini juga yang menjadi salah satu pembahasan dalam kunjungan kerja
Presiden Jokowi ke Korsel Ahad 9 September 2018 ini. Untuk memperkuat proyek
teknologi kapal selam dan proyek jet tempur.
Sementara proyek KCR (Kapal Cepat Rudal) sudah menjadi menu sehari-hari
bagi PT PAL. TNI AL memesan 3 KCR batch
2 untuk diselesaikan dalam MEF kedua ini. 3 KCR batch 1 “Sampari Class” sudah
hilir mudik di laut kita untuk tugas pengawalan teritori laut. Jadi saat ini PT
PAL sudah menjadi industri pertahanan yang disegani, mampu membuat berbagai
variasi dan jenis kapal perang modern.
Nagapasa Class |
Industri galangan kapal swasta nasional lainnya juga sedang panen pesanan.
PT DRU Lampung mendapat pesanan 4 kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank)
dari TNI AL. Galangan kapal swasta
nasional di Batam dan Banten juga dapat berbagai pesanan kapal mulai dari Kapal
Patroli Cepat, Coast Guard dan lain-lain dari TNI AL, BAKAMLA, KKP dan POLRI
dan Bea Cukai. Pokoknya rame dah.
Kita lihat lagi PT PINDAD yang lagi fokus untuk membuat Tank medium
kerjasama dengan Turki. Kerjasama produksi ini dipayungi oleh Undang-Undang lho,
supaya jalan ceritanya istiqomah. Sebab
bisa saja dengan rayuan makelar yang selalu gentayangan, proyek-proyek untuk
“made ini sendiri” suka dikesampingkan demi komisi Bank Saku. Lalu beli barang
jadi, bekas lagi.
Setelah sukses dengan produksi Panser Anoa, PINDAD sedang mempersiapkan
produksi massal Tank yang konon bernama Harimau Hitam. TNI AD diprediksi akan membeli 400 Tank jenis
ini dari PINDAd untuk menggantikan Tank AMX13 buatan Perancis yang legendaris
itu. Pesanan pertama sebanyak 44 unit sudah dipersiapkan Kemhan akhir tahun
ini. Alhamdulillah matahari bersinar terang.
Bagaimana dengan PT DI, sami mawon, sibuk dengan berbagai pesanan
berkarakter rakitan. Ya gak papa karena
ini pesanan yang harus dipenuhi. Jangan
lupa PT DI punya produk andalan pesawat CN 235 dan yang sekarang lagi
dikembangkan N219. Inhan dirgantara ini
mendapat banyak pesanan rakitan seperti Helikopter Bell 412 Ep, Dauphin, Panther,
EC725 Caracal. Juga pesawat CN212, CN235 dan CN295. Yang paling prestise adalah
kerjasama teknologi pembuatan jet tempur KFX/IFX dengan Korsel.
Seluruh industri pertahanan strategis kita sedang menikmati hari-hari
sumringahnya. Karena kita sedang membangun kekuatan pertahanan dan keamanan untuk
negeri ini. TNI, POLRI, Bakamla, KKP, Polri dan Bea Cukai adalah pemberi order
untuk industri pertahanan strategis. Selain produk PT PAL, beberapa produk
Inhan seperti CN 235 telah diekspor ke Malaysia, Thailand, Korsel dan Senegal.
Berbunganya industri pertahanan tidak terlepas dari konsistensi kebijakan
meski lintas rezim. Sejak tahun 2010 kita bertekad memperkuat industri
pertahanan untuk pembangunan militer kita. Hasilnya bisa kita rasakan sekarang
ini. Kita ikut merasa bangga dengan kemajuan yang dicapai industri pertahanan di
segala matra.
Tidak lama lagi saudaraku, kalau kita tetap berada di jalur konsistensi, kita
akan menguasai tiga teknologi pertahanan strategis yang paling bergengsi yaitu jet
tempur, kapal selam dan peluru kendali. Untuk
yang lain kan sudah kita kuasai. Maka
jika ketiga teknologi itu bisa kita kuasai maka sesungguhnya kita telah sukses
berswasembada alutsista. Pada akhirnya
memang semua akan perkasa pada waktunya.
****
Semarang, 10 September 2018
Jagarin Pane