Salah satu matra penting yang sedang dikembangkuatkan dalam program
modernisasi militer Indonesia adalah tentara langitnya. Angkatan udara sebuah
negara memegang peran kunci dalam pertempuran teknologi tinggi sekaligus
menggambarkan hebatnya marwah sebuah negara. Dalam kondisi damai kehebatan
angkatan udara yang dimiliki sebuah negara menjadi kewibaan yang pantas
disegani.
Saat ini kekuatan angkatan udara kita ditopang oleh 16 jet tempur Sukhoi
SU27/30, 34 jet tempur F16, 33 jet tempur Hawk100/200, 15 jet latih tempur T50
dan 15 pesawat coin Super Tucano. Kekuatan yang dimiliki saat ini hanya bisa
dikalahkan ketika masa Dwikora dan selama pemerintahan Orde Baru kekuatan
sebesar ini tidak pernah tercapai. Artinya inilah kekuatan terbesar yang pernah
kita miliki setelah era Dwikora.
F16 kita, stand by |
Perolehan kekuatan pukul tentara langit ini patut kita syukuri namun untuk
mendapatkan keperluan penjagaan teritori dirgantara negeri ini, jumlah itu sesungguhnya belum
memadai. Maka rencana kedatangan alutsista
strategis 11 jet tempur canggih Sukhoi SU35 mulai tahun depan lengkap dengan
persenjataannya adalah sebuah penantian yang sangat dtunggu dan dirindukan.
Harus diakui kehadiran jet tempur Sukhoi SU35 memberikan angin segar yang
membanggakan. Karena alutsista canggih ini akan menempatkan Indonesia setara
dengan kekuatan yang ada di kawasan setidaknya dari sudut pandang teknologi. Cina
sudah memiliki SU35, Australia dan Singapura sudah mendapatkan F35.
Kemudian penempatan SU35 di Iswahyudi AFB utamanya adalah untuk melindungi
pulau Jawa sebagai pulau paling utama dan sebagai jantung Indonesia. Disamping
itu posisinya yang berada di tengah selatan negeri kepulauan ini mampu menjangkau
seluruh sudut teritori negeri. Sangat dimungkinkan jumlah SU35 akan ditambah 5
unit lagi sehingga menjadi kekuatan 1 skadron penuh.
Dalam perkembangan terakhir isian alutsista TNI AU selain jet tempur SU35 akan
segera diisi dengan 5 pesawat angkut berat Hercules type J, 2 skadron jet
tempur F16 Viper, 2 unit jet tanker, 2 unit AWACS, 4 unit pesawat amfibi, 16 unit
UAV, 6 unit radar. Pemenuhan ini diyakini akan dapat terpenuhi dalam 4 tahun ke
depan.
Peta jalan pertumbuhan kekuatan angkatan udara kita perlu kita sambut
hangat. Proyeksi kekuatan yang direncanakan dan dipublikasikan akan memberikan
pesan kuat kepada kita bahwa TNI AU ingin mendapatkan postur kekuatan dengan
dukungan semua pihak. Kasus pengadaan helikopter AW101 beberapa waktu lalu memberikan
pelajaran penting dan pahit pada TNI AU.
Hercules kita, akan mencapai 40 unit. |
Infrastruktur untuk menampung jet tempur yang singgah dan menginap sudah
tersedia di Medan, Batam, Natuna, Tarakan, Manado, Biak dan Kupang. Misalnya
untuk patroli udara skadron F16 dari Pekanbaru ke Natuna bisa singgah di Batam.
Natuna, Biak dan Kupang adalah proyeksi terkuat penempatan lokasi skadron jet tempur
TNI AU dalam waktu dekat. Sudah dibentuk
Koopsau III di Biak sebagai bagian memperkuat payung kekuatan udara kita di
Timur.
Sembari mempersiapkan itu semua yang paling utama adalah menyediakan SDM Airmanship
yang profesional. Karena seluruh airmanship berada pada lingkaran teknologi
terkini yang harus terus diperbaharui kapabilitas dan kualitasnya. Kekuatan dan
keunggulan angkatan udara ada di alutsista dan teknologinya. Maka personil yang
menanganinya haruslah orang yang cerdas dan profesional.
Sudah saatnya kita memiliki kekuatan angkatan udara yang sepadan dengan
luasnya wilayah teritori negeri ini. Dan karena membangun kekuatan tentara
langit membutuhkan anggaran investasi besar maka pentahapan sesuai urgensinya
sangat diperlukan. Kita perlu pesawat AWACS, kita perlu pesawat tanker, kita
perlu radar juga UAV maka paket-paket ini menjadi prioritas.
Sinergi interoperability juga sedang dibangun diantara tiga angkatan. Dalam
operasional pertempuran sinergi komunikasi, koordinasi dan komando sangat
diperlukan dan AWACS memegang kendali manajemen pertempuran udara. Simulasi-simulasi
interoperability sudah mulai diuji coba
secara parsial intra angkatan.
Perkuatan angkatan udara kita adalah bagian dari kesadaran pengambil
kebijakan. Bahwa kewibawaan dan
mewibawakan teritori udara adalah kemutlakan yang tidak boleh ditunda hanya
karena soal pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai. Angkatan udara adalah
teknologi dan lambang marwah teritori. Maka pertumbuhan kekuatannya sangat kita
apresiasi, kita doakan dan kita nantikan.
****
Jagarin Pane
Jakarta / 8 Agustus 2018