Payung kedaulatan dan marwah teritori negeri ini terus dibangunbesarkan di
segala penjuru. Barusan kita mendengar kabar membanggakan (yang sudah lama
ditunggu-tunggu sih) bahwa kawasan Indonesia Timur khususnya Papua mulai tahun
depan akan ditempatkan skadron tempur, skadron angkut, skadron UAV dan skadron
helikopter.
Sejalan dengan pesanan-pesanan alutsista yang akan terus berdatangan maka
infrastuktur pangkalan militer disiapkan sejak awal. Manuhua Biak AFB, Silas
Papare Jayapura AFB sudah naik kelas A disiapkan sebagai markas skadron. Di
Biak sedang dibangun markas Koopsau III, di Jayapura sedang dibangun satuan radar
militer, sementara di Sorong sudah ditetapkan sebagai markas komando armada III
TNI AL.
F16 di Biak AFB |
Jet tempur Sukhoi SU35 mulai tahun depan sudah mulai berdatangan demikian
juga dengan pesawat angkut Hercules seri J dari AS sudah mulai mengisi armada
skadron angkut berat. Saat ini TNI AU memiliki 36 Hercules dengan 2 skadron
angkut berat. Sementara 15 jet latih tempur T50 Golden eagle sudah dilengkapi
radar canggih yang mampu mengendus tajam dan 10 jet tempur F16 blok 15 sudah di
MLU kan.
Khusus Papua memang sudah sepantasnya punya perlindungan militer yang kuat
dan hebat. Pembentukan Armada III yang bermarkas di Sorong setidaknya akan
mendapatkan 35-40 KRI berbagai jenis. TNI AD juga membangun Divisi III Kostrad
di timur Indonesia dimana 1 brigade akan ditempatkan secara permanen di Papua
bersama isian alutsistanya. Koopsau III dengan pusat kendali di Biak akan
memiliki 4 skadron.
Dengan asumsi 11 jet tempur Sukhoi SU35 yang datang nanti ditempatkan di
Iswahyudi AFB maka pergeseran yang paling mungkin adalah memindahkan 1 skadron
F16 ke Biak dan Kupang. Skadron helikopter TNI AU akan bermarkas di Jayapura,
skadron UAV masih akan ditentukan penempatannya. Skadron UAV punya misi penting
untuk memantau perbatasan negeri.
Isian jet tempur TNI AU akan terus ditambah. Setelah mendapat “restu” dari Kongres AS
bersama dua negara lain yaitu Vietman dan India yaitu : boleh-boleh saja
belanja alutsista Rusia, tapi beli juga dong barang dagangan kami, kata Uak
Sam. Tentu saja tawaran jet tempur F16 Viper akan menjadi fokus pengadaan
alutsista kita. Dan realisasinya ada di MEF III (2020-2014), soalnya yang mau
diborong banyak banget, 3 skadron alias 48 unit F16 Viper.
Helikopter TNI AU |
MEF II akan berakhir tahun 2019 dan diprediksi kontrak-kontrak skala besar
akan terjadi di penghujung MEF II. Misalnya tambahan 2 kapal perang jenis PKR 10514
kerjasama Indonesia -Belanda, tambahan produksi 2 kapal selam Nagapasa Class
produksi bersama Indonesia-Korsel, kontrak 3 kapal cepat rudal buatan PT PAL.
Syukur-syukur kontrak pengadaan jet tempur yang 3 skadron itu bisa diselesaikan
di penghujung MEF II ini. Atau kontrak tambahan 5 jet tempur Sukhoi SU35.
Jangan lupa Natuna akhir tahun ini sudah menjelma menjadi pangkalan militer
tri matra yang punya daya pukul bersengat lebah. Dengan sebutan “berani masuk
digebuk” benteng pertahanan Natuna akan mempraktekkan doktrin itu sebelum
mendapat bala bantuan dari Jawa, Kalimantan dan Sumatra. Sudah ditempatkan
disana satuan radar berlapis, UAV, jet tempur F16 dan Hawk bergantian patroli,
8-10 KRI patroli bersama pesawat intai maritim.
Memperkasakan kekuatan militer kita sejalan dengan pertumbuhan kekuatan
ekonomi. PDB kita ada di urutan 15 besar dunia, makanya Indonesia masuk group
bergengsi G20. Militer kita juga masuk
urutan 14 besar di dunia versi Global Fire Power. Meski banyak dipertanyakan bahkan dicemooh, indikator
yang menjadi petunjuk dan supporting point keunggulan militer sebuah negara
yang dipakai Global Fire Power adalah formula yang relevan.
Negeri ini akan terus memperkuat benteng pertahanannya, tidak peduli di
dalam rumah tangganya sedang dihangatkan oleh suhu menjelang Pipres 2019. Rumah
tangga biarlah berdinamika dan berdebat hangat, tetapi menjaga benteng
pertahanan juga adalah bagian dari menjaga dinamika berumah tangga itu.
Pada MEF ketiga tahun 2020-2024 diniscayakan negeri ini akan memiliki
kekuatan militer yang tidak boleh dianggap enteng. Persoalannya bukan di seputar Natuna dan Laut
Cina Selatan atau di Papua atau di Ambalat. Persoalannya adalah kita selama ini
sudah tertinggal jauh dalam menguatkan benteng teritori. Baru delapan tahun
terakhir inilah bangun dari ketertinggalannya.
Maka dengan MEF I (2010-2014), MEF II (2015-2019) dan MEF III (2020-2024) kita
meyakini akan memiliki kekuatan militer yang bisa diandalkan. Dan setelah itu kita akan terus membangun
kekuatan militer kita menjadi kekuatah militer yang disegani di kawasan ini
sejalan juga dengan kekuatan ekonomi kita yang sudah masuk 10 besar dunia tahun
2024. Semua akan perkasa pada waktunya.
Semarang, 1 Agustus 2018
Jagarin Pane