TNI berganti Panglima, sebuah keniscayaan bagi organisasi
angkatan bersenjata yang dinamis dan berjalan bersama perjalanan eksistensi
negara. Sebuah pergantian yang lumrah, biasa-biasa saja, sebuah suksesi yang
wajib sukses untuk organisasi pertahanan negara yang berkarakter komando.
Panglima yang baru adalah orang nomor satu di matra
tentara langit yang sudah digadang-gadang sejak lama. Sangat dekat dengan orang
nomor satu di negeri ini, dan inilah modal dasar memilih kepemimpinan strategis.
Basisnya adalah kepercayaan dan integritas. Menjadi hal yang wajar ketika
Angkatan Udara mendapat kesempatan untuk mengendalikan komando militer republik
ini.
24 jet tempur F16 blok 52 Id sdh mengisi skadron tempur TNI AU |
Sesungguhnya dari kacamata geostrategis negeri ini, maka benteng
pertahanan negeri kita adalah angkatan laut dan angkatan udara udara. Di dua
matra ini luasnya teritori yang harus dikawal adalah harga teritori paling
mahal harga “pasarnya”. Mengembangkuatkan angkatan laut dan angkatan udara
memerlukan investasi besar karena yang berperan besar di matra laut dan udara adalah
kekuatan alutsista yang dimiliki.
Poros Maritim yang menjadi cita-cita pemerintahan now
memerlukan payung kuat angkatan udara dan angkatan laut. Makanya sangat wajar
kalau kita harus memperkuat dua matra ini secara tegas, jelas dan terang. Kita
masih membutuhkan setidaknya 3 skadron tempur diluar 11 jet tempur Sukhoi SU35. Kita perlu sedikitnya 8 kapal selam untuk
menjaga ALKI strategis, sejumlah kapal perang destroyer dan fregat, peluru kendali SAM jarak menengah untuk obyek vital.
Kepulauan Natuna adalah pertarungan yang sesungguhnya
manakala kita bertaruh gengsi berteritori di sebuah kawasan yang demam
konfliknya berkepanjangan. Makanya pemerintah bersiap diri memagari Natuna demi
gengsi, harkat dan kedaulatan berteritori. Pangkalan besar sedang dibangun di
Natuna untuk memastikan perlawanan yang menyengat manakala harus berhadapan
dengan negara yang haus klaim teritori.
KRI Martadinata 331, produk kerjasama teknologi |
Sesuai Undang-Undang, tentara harus fokus pada pertahanan
negara. Modernisasi militer Indonesia yang saat ini sedang berlangsung adalah
dalam rangka menyinari fokus itu. Persenjataan yang kuat, modern dan
berteknologi serta kesejahteraan prajurit adalah peta jalan yang diyakini mampu
membuat TNI benar-benar fokus pada urusan pertahanan NKRI.
Oleh sebab itu PanglimaTNI yang baru diharapkan mampu
mengedepankan wajah tentara yang sesungguhnya, tentara profesional sebagai wajah
pertahanan ibu pertiwi. Memperkuat angkatan laut dan udara adalah dalam rangka
menjabarkan dan mengamankan Poros Maritim. Tidak merasa sebagai pemilik
hegemoni tetapi merupakan bagian dari komponen penting dan strategis menjaga
eksistensi ber NKRI.
Percepatan modernisasi militer kita adalah keharusan yang
menjadi wilayah berwajah koordinasi, komunikasi, konfirmasi dan saling percaya.
Irama sinergitas intra matra dan antar matra TNI adalah password utama
penilaian publik. Juga dengan Kemhan sebagai pintu utama pengambil kebijakan
pertahanan dan alutsista. Lihatlah progran MEF 2 kita, sepanjang perjalanan 3
tahun terakhir, adakah kemajuan besar yang didapat dengan anggaran besar yang
sudah disediakan. Proses Sukhoi SU35 adalah cerminnya.
Pangkalan kapal selam TNI AL |
Konsistensi pengadaan alutsista dengan kerjasama transfer
teknologi wajib diteruskan. Misalnya
lanjutan kerjasama pembuatan kapal selam ke 4 dan ke 5 dengan Korsel. Kita sudah bangun dengan investasi besar
galangan kapal selam di Surabaya. Kita
sudah sekolahkan ratusan insinyur ke Korsel selama 6 tahun. PAL saat ini sedang
membangun kapal selam ke 3 Nagapasa Class. Pesannya jangan mudah pindah ke lain
hati hanya karena rayuan komisi berwajah dollar.
Demikian juga dengan serial PKR (Perusak Kawal Rudal)produksi
bersama PAL dan Damen Schelde Belanda sudah mampu membuat dua kapal perang
Martadinata Class. Bisa dilanjutkan lagi dengan pembuatan kapal perang ketiga,
keempat dan seterusnya. Ini dalam rangka penguasaan teknologi kapal perang yang
sudah didepan mata, jangan sia-siakan itu.
Termasuk juga program jet tempur teknologi tinggi KFX/IFX sebagai
langkah strategis yang perlu dikawal terus menerus.
Semua itu memerlukan koordinasi dan komunikasi serta
lobby yang terus menerus dengan Kemhan sebagai induk semang birokrasi
pertahanan dan alutsista. Kemhan juga
dituntut untuk sigap, cepat dan cerdas dalam mengambil keputusan strategis. Bukan
ngurusin yang taktis dan teknis.
Contohnya soal kapal selam Nagapasa yang catuan elektriknya kurang
bertenaga. Kan sudah diselesaikan pada
waktu Sea Trial di Korsel. Kok malah diumbar di ruang publikasi, teknis banget
itu.
Kita bangga jika militer kita kuat dan bertenaga. Kuat di postur prajurit dengan kemahiran bela
diri dan survival yang spartan. Bertenaga karena dipenuhinya alutsista yang
dibutuhkan, alutsista yang modern dan berteknologi. Negara yang kuat di bidang
militer sudah pasti akan disegani negara lain. Jadi untuk mengganggu ataupun
melecehkan teritori kita akan berpikir ulang jika TNI dan alutsistanya minimal
sudah memenuhi MEF jilid tiga.
Asa yang baru kita titipkan pada Marsekal berkumis rapi
dan berwajah cerah meski rambut kurang sedikit cepak. Harapan besar ada di
komando Panglima TNI yang baru ini.
Memperkuat angkatan laut dan udara adalah prioritas karena benteng
kedaulatan teritori yang sesungguhnya ada di dua matra itu. Point pentingnya
dia dekat dengan RI-1 dan ketika menjadi Irjen Kemhan mampu membongkar korupsi terbesar
pengadaan jet tempur F16 dan Helikopter Apache.
****
Jagarin Pane / 07 Des 2017