Tanpa banyak publikasi minggu-minggu ini kita sedang memulai
sebuah proyek alutsista strategis berupa pembangunan kapal selam modern di
galangan kapal PT PAL Surabaya. Proyek
alutsista strategis ini adalah bagian dari pola kerjasama pembuatan kapal selam
untuk TNI AL yang sudah dimulai sejak tahun 2013. Indonesia dan Korsel
menandatangani proyek pembuatan kapal selam jenis Changbogo dengan model
transfer teknologi. Kerjasama pembangunan tiga kapal selam senilai US $ 1,1
milyar itu dua diantaranya dibuat di Korsel dan satu lagi di PT PAL Surabaya.
Dalam proses pembuatan dua kapal selam canggih di Korsel
seratusan insinyur kita diberangkatkan kesana untuk menimba ilmu teknologi
terapan kemudian di pembuatan kapal selam yang ketiga yang modul-modulnya sudah
dikirim dari Korsel, dimulailah pengerjaan pembuatan kapal selam ketiga di PAL
Surabaya. Inilah yang disebut tonggak monumental itu yang tanpa publikasi luas
sedang dimulai di salah satu infrastruktur galangan kapal selam yang baru
selesai dibangun di Surabaya.
Sementara itu kapal selam pertama yang dibuat di Korsel
direncanakan akan tiba di Indonesia bulan April 2017 nanti sudah dalam kondisi
siap pakai dan operasional. Kapal selam
kedua diharapkan datang akhir tahun ini. Dengan kedatangan kedua kapal selam
ini maka rasa sesak nafas karena selama ini hanya memiliki dua kapal selam usia
lanjut bisa sedikit bernafas lega. Apalagi
jika kapal selam ketiga dan seterusnya siap pakai dan siap operasional.
Kita menyambut gembira dengan cuaca industri pertahanan
nasional kita yang saat ini sedang bersinar terang. PT PAL adalah salah satu
bintang di industri pertahanan kita karena dalam kurun waktu satu dekade ini
telah mencapai prestasi memuaskan untuk memenuhi kebutuhan alutsista kita. Sebut
saja pembuatan kapal cepat rudal, kapal jenis LPD (Landing Plattform Dock),
kapal jenis perusak kawal rudal PKR10514 dan yang terakhir adalah memulai
pembangunan kapal selam canggih. Lengkap sudah, mulai dari kapal perang permukaan
berbagai jenis sampai kapal perang bawah air.
Kapal selam yang sedang kita bangunkembangkan ini adalah
bagian dari pemenuhan kebutuhan untuk militer kita yang sedang membangun
kekuatan di segala matra. Kita masih membutuhkan sedikitnya 12 kapal selam
untuk mengawal perairan kita yang strategis yang dikenal dengan ALKI termasuk
mengawal selat-selat strategis di seluruh penjuru tanah air. Dengan memiliki minimal 12 kapal selam
diniscayakan akan tumbuh rasa segan pihak luar untuk melecehkan teritori
kita. Nilai tambah dari pembangunan
kapal selam buatan sendiri adalah kerahasiaan format dan formula teknologi yang
diinfrastrukturkan dalam bangunan kapal selam modern. Kapal selam adalah alat
pemukul bawah air yang paling ditakuti karena kesenyapannya dan kerahasiaannya.
Meski dalam pembangunan kapal selam ketiga ini masih
dalam pola merakit dan menyusun ulang dengan supervisi ketat Korsel namun
langkah ini adalah untuk membangun rasa percaya diri bahwa pada saatnya kita
mampu membuat kapal selam keempat dan seterusnya dengan semangat kemandirian
dan bangga dengan kemampuan sendiri. Sama
halnya ketika kita mendapat ilmu transfer teknologi kapal perang jenis LPD dari
Korsel, pada kapal perang ketiga dan keempat kita bisa bangun sendiri. Bahkan
dengan Filipina kita sudah mampu mengekspor 2 kapal perang LPD ini.
Pangkalan TNI AL Surabaya, besar dan megah |
Apa sih kunci dari pengembangan industri pertahanan
strategis ini ? Kuncinya bernama amanah, istiqomah dan fathonah. Amanahnya
berniat dan bertekad untuk membangun kekuatan pertahanan dengan industri
pertahanan dalam negeri. Istiqomahnya adalah konsistensi, jadi walaupun berganti
rezim program inhan tetap berlanjut. Contohnya pembangunan kapal selam ini, juga
proyek jet tempur IFX dengan Korsel dan proyek tank medium dengan Turki. Jika
amanah dan istiqomah tadi terus dipegang teguh maka dipastikan industri
pertahanan kita akan menjadi fathonah,
cerdas, pintar dan memiliki kemampuan teknologi setara dengan teknologi
pertahanan negara lain.
Itulah sebabnya pengambil keputusan di Kemhan sangat
diharapkan menjunjung nilai-nilai amanah, istiqomah dan fathonah ini agar
industri pertahanan kita maju dan kebutuhan alutsista untuk militer kita
sebagian besar bisa dipenuhi dari diri sendiri.
Godaan di Kemhan sangat banyak, mulai dari bujuk rayu, bujuk komisi,
bujuk fasilitas, pura-pura baik, sksd (sok kenal sok dekat) dan
sebagainya. Ini sebuah hal yang biasa
dalam rimba bisnis di dunia ini. Apalagi Kemhan pemilik anggaran terbesar tentu
banyak “gadis-gadis rambut sebahu” yang menggoda agar jatuh kepelukannya.
Sudah banyak yang dicapai oleh industri pertahanan kita
selama lima tahun terakhir ini. Kita sudah bisa membuat Roket dengan jarak
tembak 100 km, produksi panser Anoa sudah mencapai 350 unit, sebentar lagi
panser Badak dan tank medium. Belum lagi produk senjata perorangan, kendaraan
taktis, bahan peledak, seragam pasukan dan lain-lain.
Sejatinya proyek kapal selam ini adalah proyek bergengsi
bernilai strategis. Jika kita mampu
melewati tahapan kritis dengan pembuatan kapal selam ketiga ini dengan semangat
amanah, istiqomah dan fathonah maka proyek kapal selam keempat dan seterusnya
akan menjadi kebanggaan yang membungakan. Kemhan adalah harapan kita bersama,
kita percayakan semua proyek strategis ini pada pengambil keputusan di
Kementerian ini. Jangan sampai terjadi seperti yang dialami “Klewang Class”
begitu hampir selesai terkena musibah terbakar habis.
Sangat dimungkinkan banyak pihak yang akan menghambat
proyek teknologi tinggi ini. Bisa jadi
pihak asing yang merasa akan tersaingi dan terganggu. Bisa jadi jadi pihak kita sendiri yang merasa
orderannya tidak dapat menembus pasar. Maka sterilisasi proses pembuatan sangat
diperlukan, supervisi ketat, karyawan disaring ketat, monitoring ketat,
disiplin ketat termasuk menjaga infrastruktur galangan kapal selam sepanjang
waktu. Tentu tak lupa berdoa kepada Sang Khalik semoga proyek strategis ini
bisa berlangsung aman, nyaman dan memuaskan.
Mudah-mudahan Allah meridhoinya.****Jagarin Pane / 20 Maret 2017