Perhelatan industri pertahanan melalui pameran alutsista
Indo Defence baru saja usai. Gelaran
produksi alutsista baik dari dalam negeri dan luar negeri yang berlangsung
tanggal 2-5 Nopember 2016 di JIExpo Kemayoran Jakarta itu memperlihatkan
semaraknya penawaran jual beli mesin militer. Indo Defence 2016 yang digelar
dua tahun sekali, diikuti 670 perusahaan alutsista dari 28 negara. Tentu yang
pengen “ditembak” adalah sebuah negara kepulauan yang sedang memodernisasi militernya,
Indonesia.
Kabar-kabar yang membungakan hati diperlihatkan after
Indo Defence digelar. Kabar-kabar itu setidaknya menjanjikan sebuah harapan
besar akan terwujudnya sebuah postur militer Indonesia yang berotot. Apalagi dengan kucuran anggaran yang membesar
dari tahun ke tahun dan mulai menggunakan basis PDB. Tentu kita semua menyambut
gembira karena salah satu pilar penyangga NKRI diperkuat, dibaguskan dan
digagahkan.
Kapal selam KRI Nagapasa 403, segera datang |
Kemhan menyatakan akan kembali memesan 3 kapal selam modern.
Seperti kita ketahui saat ini Indonesia sedang menantikan selesainya proyek 3
kapal selam Changbogo kerjasama produksi dengan Korsel. Kapal selam pertama dan
kedua dibuat di Korsel dan akan diserahkan bulan Februari dan Oktober 2017.
Kapal selam ketiga diproses di PAL Surabaya. Kita berharap pesanan 3 kapal
selam baru itu adalah dengan melanjutkan proyek Changbogo agar investasi infrastruktur
dan “sekolah” para insinyur kita ke Korsel bisa menunjukkan hasil karyanya.
Sementara untuk proyek kapal perang SIGMA PKR 10514, membangun
dua kapal perang kerjasama dengan Belanda akan ditambah lagi sehingga menjadi 4
unit. Dua kapal perang yang sudah uji
laut itu KRI Raden Eddy Martadinata 331 dan KRI I Gusti Ngurah Ray 332 akan
mendapat teman baru. Dalam pola transfer teknologi ini, kita mendapatkan opsi
membangun sampai 20 kapal perang.
Artinya PT PAL sudah bisa
membangun kapal perang striking force setara dengan gurunya.
PT PAL sudah dipercaya membangun dua kapal perang LPD
untuk militer Filipina. Ilmu membuat kapal jenis LPD ini didapat dari gurunya
Korsel. Indonesia memesan empat LPD, dua
dibuat di Korsel dan dua lagi dibuat di PAL Surabaya. Hasilnya cemerlang karena si murid yang
bernama PAL itu jenius, dan Filipina tertarik dan pesan 2 LPD, satu sudah
diserahkan, satu lagi Maret tahun depan. Di Indo Defence kemarin Malaysia juga
tertarik untuk membangun LPD nya di PAL.
KRI Martadinata 331, lagi sea trial |
Marinir Indonesia sudah memesan 20 unit artileri LG1
MKIII Nexter. Nah di Indo Defence TNI AD menyatakan minatnya untuk mendapatkan
alutsista ini. Marinir kita juga kembali memesan sedikitnya 30 unit tank amfibi
BMP 3F untuk menambah jumlah 60 tank jenis yang sama yang sudah dimiliki. TNI
AD memesan 50 unit panser Badak buatan Pindad dan 50 unit ranpur anti ranjau
yang bernama Sanca. Proyek Sanca adalah kerjasama militer dengan Bushmaster
Australia.
Galangan kapal swasta nasional di Lampung juga kebagian
order. Setelah mendapat pesanan membuat 1 kapal perang LST untuk TNI AL,
perusahaan swasta nasional ini mendapat order membuat 2 kapal perang LCU ukuran
besar untuk TNI AD. Galangan kapal swasta nasional di Batam juga kebagian buat
kapal patroli lepas pantai (OPV) kerjasama dengan DCNS Belanda. Kita ketahui
perusahaan di Batam ini sudah mampu membuat dan menyelesaikan 8 kapal perang
jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) untuk TNI AL. Saat ini sedang mengerjakan kapal
Coast Guard ukuran besar untuk Bakamla.
Yang menarik proyek kerjasama pembuatan medium Tank
antara Pindad dan FNSS Turki sudah menampakkan “jalan kehidupannya”. Kalau ini sukses tentu Indonesia sudah bisa
membuat tank tempur yang berkualitas. Jadi kombinasi Panser Anoa, Panser Badak,
Tank buatan Pindad akan menjadi tulang punggung kekuatan TNI AD dari industri
pertahanan dalam negeri. Pindad bersama PAL sudah menunjukkan kehebatannya
dalam membangun industri pertahanan dalam negeri. Apalagi jika proyek jet tempur KFX/IFX
kerjasama PT DI dengan Korsel berhasil, maka lengkaplah sudah kita mampu
menyajikan beragam alutsista strategis untuk tentara republik ini.
Tank Pindad-FNSS, wooww |
Dalam waktu dekat kita juga akan menerima 6 helikopter
Combat SAR EC 725 Super Cougar, 2 helikopter anti kapal selam, 2 helikopter
Fennec. Beberapa waktu lalu galangan
kapal swasta nasional sudah menyelesaikan 5 kapal perang patroli cepat untuk
TNI AL yaitu KRI Tatihu 853, KRI Ibakora 854, KRI Makerel 855, KRI Torani 860
dan KRI Lepu 861. Sementara pesawat Hercules yang didatangkan dari Australia
sudah mencapai 6 unit dari 9 pesanan.
Ramai sekali suasana pesan datang beragam jenis alutsista
negeri ini. Belum lagi rencana mengadakan 18 unit MLRS Astross Brazil. Kita sudah punya 36 unit MLRS Astross,
sepertinya masih kurang. Juga pengadaan
peluru kendali jarak sedang SAM, tambahan oerlikon skyshield, sejumlah radar
militer untuk Bengkulu, NTT, Morotai. Paket persenjataan peluru kendali jarak
menengah untuk jet tempur F16 dari AS juga sudah diambang kedatangan.
Helikopter Apache yang pesanan pertama 8 unit akan ditambah lagi menjadi 16
unit.
Jadi Indo Defence kemarin menjadi tempat yang terang
benderang untuk memprediksi isian alutsista TNI dalam masa mendatang. Pesannya jelas, belilah sesuai kebutuhan
bukan sesuai keinginan. Kelola anggaran
dengan baik, hindari sikut menyikut satu sama lain, penuhi gudang arsenal TNI
dengan alutsista berkualitas, sebar ke seluruh pelosok tanah air. Itu sajalah harapan kami sebagai rakyat,
bangga punya TNI yang kuat dan gagah.
****
Jagarin Pane / 12 Nopember 2016