Indonesia terus berupaya memperkuat militernya dengan
belanja alutsista secara intens. Program eksisting saat ini adalah membangun
pangkalan militer segala matra di Natuna dengan APBN_P tahun 2016 sebesar 1,2
Trilyun untuk menjadikan Natuna sebagai salah satu sarang lebah militer kita.
Sebaran alutsista di Natuna sampai saat ini berupa pergeseran 1 flight jet
tempur F16, pertahanan pangkalan Oerlikon Skyshield, radar Weibel yang mobile,
sejumlah kapal perang striking force, drone dan pesawat patroli maritim.
Program pengadaan alutsista yang sedang berlangsung saat
ini adalah pembuatan 2 kapal perang PKR 10514 produksi bersama Belanda_PT PAL
di Surabaya, dimana salah satunya yaitu KRI Martadinata 331 sedang menjalani
sea trial di laut Jawa. Kemudian pembuatan kapal latih pengganti Dewaruci di
Spanyol, pembuatan 3 kapal selam jenis Changbogo di Korsel, salah satunya juga
sedang menjalani sea trial di Korsel.
Juga sedang berlangsung pembuatan 2 kapal LST angkut tank spesialis
Leopard di Jakarta dan Lampung untuk menemani KRI Teluk Bintuni 520 yang duluan
selesai. Tahun depan juga akan dibangun 1 kapal perang jenis LPD untuk menambah
jumlah LPD Makassar Class yang berjumlah 4 unit.
Jet Tempur Sukhoi SU30 bersiap patroli tengah malam |
Kita juga sedang menunggu kedatangan 15 unit jet tempur
F16 blok 52Id dari AS. Mestinya seluruh 24 unit jet tempur F16 up grade yang
dibeli lewat program FMS tahun 2012 itu sudah tiba seluruhnya akhir bulan Juni
2016. Kita juga sedang menunggu kedatangan sang primadona Main Battle Tank
Leopard RI dari Jerman dan berbagai alutsista pesanan pemerintah SBY. Tidak
ketinggalan sedang diprogramkan untuk 15 jet T-50 golden eagle berupa
pemasangan instalasi radar dan rudal sehingga bisa bisa berfungsi sebagai jet
tempur disamping sebagai trainer.
Nah diluar paket eksisting itu militer Indonesia kembali
melanjutkan rancangan belanja alutsista untuk tiga tahun ke depan (2017-2019).
Dari data yang dikeluarkan Bappenas terhimpun jumlah dana yang digelontorkan
untuk pembelian aneka ragam alutsista sebesar US$ 7,6 milyar dibagi untuk tiga
matra. TNI AD mendapat alokasi anggaran sebesar US$ 1,5 milyar, TNI AL sebesar
US$ 3,3 Milyar dan TNI AU sebesar US$ 2,8 Milyar.
TNI AU hampir pasti membeli 10 unit jet tempur Sukhoi
SU35, 3 unit pesawat amfibi, pesawat angkut ukuran besar, helikopter angkut
berat, sejumlah radar dan sistem pertahanan rudal jarak sedang untuk ibukota.
Khusus untuk pengadaan rudal surface to air jarak sedang ini merupakan hal baru
karena Indonesia selama ini hanya bertumpu pada Hanud Titik alias rudal jarak
pendek. Jakarta sangat pantas mendapatkan pengawalan Hanud Area dengan memasang
sejumlah peluru kendali darat ke udara jarak menengah.
TNI AL melanjutkan program pengadaan kapal perang dan
alutsista striking force. Prediksi kita
akan ada pembelian 3 kapal perang jenis fregat, 2 kapal selam “herder” selain
Changbogo, 2 kapal penyapu ranjau, 4 Kapal Cepat Rudal 60m, 60 tank amfibi,
sejumlah rudal dan torpedo. Sementara TNI AD juga memperkuat taring tempurnya
dengan membeli sejumlah heli serbu, heli angkut berat, rudal, artileri, tank,
panser dan kendaraan tempur IFV.
Fregat KRI Satsuit Tubun 356 sedang bertugas |
Tentu anggaran belanja beli alutsista itu menggembirakan
kita meski belum memuaskan. Namun setidaknya ada gambaran jelas program
pengadaan alutsista untuk memenuhi program MEF jilid 2 yang sedang
berlangsung. Ancaman dan tantangan
menjaga teritori sudah jelas di depan mata. Paling tidak ada 2 hot spot yang
selalu diwaspadai dan dijaga ketat yaitu Ambalat dan Natuna. Meski beberapa hot
spot lain seperti selat Malaka dan Kupang juga perlu dicermati.
Kita meyakini dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin
bagus, belanja pertahanan kita juga ikut terangkut bagus apalagi jika formula
anggarannya berbasis PDB. Membangun kekuatan pertahanan dengan pola investasi
tentu bisa merubah cara pandang kita selama ini. Bahwa patron bernegara dan
berbangsa itu “biaya eksistensinya” adalah memperkuat otot militer dan
persenjataannya.
Jadi jangan ada anggapan bahwa perkuatan militer itu
buang-buang uang negara. Perkuatan militer adalah sejalan dengan perjalanan
berbangsa dan bernegara menuju negara kesejahteraan yang berkeadilan. Perkuatan militer adalah kebutuhan mutlak
agar eksistensi bernegara, eksistensi berteritori dan eksistensi berdiplomasi
tidak dianggap remeh oleh negara lain. Dengan kata lain membangun dan
memperkuat hulubalang republik adalah investasi jangka panjang yang manfaatnya
dirasakan sepanjang usia eksistensi bernegara dan berbangsa.
Belanja investasi pertahanan yang bernama alutsista harus
terus diperbesar dan sangat pantas berbasis PDB. Ini dilakukan untuk memperoleh
kekuatan pertahanan dan daya tahan terhadap gertakan dan gempuran teritori yang
sudah mulai dicoba uji nyalinya di Natuna.
Kita perkuat militer kita, kita baguskan model diplomasi kita. Tapi jangan lupa sebagus dan sehebat apapun
model diplomasi yang dijalankan, dia harus dikawal dengan kekuatan militer yang
disegani. Kita sedang menuju ke arah
itu.
****
Jagarin Pane/24 Juli 2016