Mungkin karena sudah terlalu sering mendengar dan ikut
mendiskusikan rencana pengadaan kapal selam Kilo dan bolak balik kena timpuk
dan terbanting akhirnya forum militer tempat berkumpul komunitas pengamat dan
ilmuwan sekaligus salesman alutsista di Kaskus sudah immun mendengar segala
sesuatu yang terkait Kilo. Barusan ada berita tentang pembangunan pangkalan
kapal selam Teluk Palu yang didesain untuk bisa menampung kapal selam Kilo. Termasuk
kunjungan Menhan ke Rusia awal bulan depan untuk tanda tangan kontrak 10 Sukhoi
SU35 dan bersiap negosiasi Kilo. Berita
itu ditanggapi dingin oleh komunitas Formil Kaskus.
Beberapa pemerhati pertahanan yang juga ada di komunitas
itu tidak lagi menguliti, dan meneliti anatomi kehebatan Kilo. Mau dibeli silakan, tidak juga rakpopo. Ini
semua bisa terjadi karena lebih dari dua belas tahun saudara-saudaraku yang
dirahmati Allah, rencana dan keinginan untuk mendapatkan kapal selam maut buatan
Rusia itu seperti judul sebuah sinetron: Tersanjung Satu lalu Tersandung Satu.
Jilid dua juga begitu Tersanjung Dua tak lama kemudian Tersandung Dua dan
seterusnya sampai gerhana matahari total tanggal 9 Maret 2016 entah sudah
tersandung yang keberapa gitu.
Fregat Ahmad Yani Class bersama Apache |
Ketika muncul kembali cuaca cerah sehabis “gerhana Kilo”
dengan anggaran militer yang semakin kinclong, muncul lagi berita seperti yang
dari Teluk Palu itu dan rencana kunjungan Menhan Ke Rusia bulan depan. Suasana berbeda terjadi tiga tahun lalu
ketika Menhan waktu itu Purnomo Yusgiantoro dengan berapi-api mengabarkan
kepada rakyat bahwa Indonesia akan membangun armada kapal selam Kilo dan
seterusnya dan seterusnya.
Maka sambutan riuh rendah dikumandangkan oleh pengamat
militer, pemerhati pertahanan, Komisi I DPR dan komunitas Formil, bersemangat
dan berapi-api menyambut rencana beli alutsista pemukul strategis bawah laut
itu. Semua media memberitakan dan
sambutan hangat diperlihatkan tentu dengan dukungan yang kuat agar makhluk yang
bernama “Lontong” Kilo itu bisa segera kita miliki. Tetapi kenyataannya kemudian pernyataan
Menhan itu dibanting dan terbanting sendiri karena memang tidak pernah ada
tindak lanjutnya. Dan itu bukan yang
pertama, tahun-tahun sebelum itu, tahun 2003, kemudian tahun 2008 juga bergema
suara pengumuman itu tetapi pada akhirnya hanya sebuah fatamorgana, tetap tidak
menjadi kenyataan.
Makanya sekarang ini ketika ada lagi berita “rencana
mulu” mau mengakuisisi kapal selam Kilo, tanggapan dari pemerhati militer dan
komunitas militer tidak lagi se antusias dulu.
Boleh jadi karena gondoknya belum move on atau wait and see
sajalah. Capek ngomong, barangnya gak
datang-datang, padahal pihak penjual Rusia yang baik hati sudah menyediakan
format utang dulu gak papa alias kredit state ratusan juta dollar agar dua Kilo
bisa diangkut ke Surabaya.
Meski begitu kita tetap meyakini bahwa kapal selam yang
digadang-gadang sebagai herder perairan tanah air itu pada saatnya akan tiba,
atau pada saatnya barangnya akan dimunculkan ke permukaan. Anggaran militer
Indonesia diyakini akan melonjak tajam mulai tahun 2017 karena formula yang
mulai digunakan adalah berbasis PDB ( Produk Domestik Bruto). Dengan formula
itu meski pertumbuhan ekonomi belum mencapai 7%, anggaran tahunan yang
diperoleh untuk sektor pertahanan diprediksi berkisar 150-180 trilyun rupiah.
Bung Tomo Class, gahar |
Presiden pernah berjanji jika pertumbuhan ekonomi
mencapai 7% maka anggaran militer bisa mencapai 2% dari PDB. Maka jika tahun
2017 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6% sd 6,5% setidaknya asumsi anggaran
pertahanan bisa mencapai 1,5%, itu artinya angkanya dikisaran 150-180 trilyun. Dengan anggaran yang semakin membagus itu tentu rencana
strategis membeli alutsista gahar bisa dilaksanakan termasuk rencana pengadaan
Kilo.
Tetapi lebih penting dari itu adalah lanjutan serial
transfer teknologi pembuatan 3 kapal selam Changbogo jangan sampai menjadi
sinetron “Changbogo Tersandung” karena keinginan segelintir orang yang
bermental salesman dan makelar. Proyek
Changbogo harus tetap berlanjut dan berjilid sampai kita benar-benar bisa
membuat kapal selam sendiri mulai dari kapal selam ketiga. Jadikanlah proyek Changbogo sebagai proyek
tersanjung yang bersama proyek jet tempur IFX akan menjadi bangsa ini bisa
disanjung bangsa lain dengan teknologi dan industri pertahanannya yang maju dan
modern.
Saat ini air tak lagi beriak meski terdengar suara Kilo,
bisa jadi karena ingin memberi angin pada pihak yang mau beli agar tidak plin
plan, maju mundur akhirnya maju kena mundur kena, padahal jalannya searah. Sudah ada proyek Changbogo, teruskan
saja. Kilo diperlukan untuk mengisi
kuantitas yang belum tercukupi. Kita
memerlukan setidaknya 12 kapal selam sampai tahun 2022. Padahal sampai tahun 2019 dengan kedatangan 3
kapal selam Changbogo kita baru punya lima unit saja termasuk si Cakra Class
yang sudah uzur. Maka kekurangan jumlah
itu bisa diisi dengan proyek Kilo setidaknya mendatangkan 2-4 kapal selam Kilo
disamping produksi Changbogo minimal 1 tahun 1 unit bisa tercapai.
Kita bisa ngomong ini karena anggaran pertahanan kita
diyakini mampu membeli Kilo sembari meneruskan produksi Changbogo. Namanya juga
keinginan pasti kalau diambil jajak pendapat banyak yang sama pendapatnya untuk
menjadikan armada kapal selam kita herder dan gahar. Tinggal bagaimana alokasi
anggarannya dipilah-pilah. Makanya
ketika ada berita mau beli Kilo lagi kita wait and see saja. Kali ini berdoa saja mudah-mudahan terkabul
sehingga motto Hiu Kencana “tabah sampai akhir” bisa ditambah dengan kalimat
berikutnya “tabah sampai terkabul”.
****
Jagarin
Pane / 10 Maret 2016