Jauh-jauh hari tentara langit kita sudah menetapkan
pilihannya pada “seorang kekasih” yang bernama Sukhoi SU35, bahkan panglima
tentara juga sudah memberikan jalan terhadap pilihan yang seksi itu. Tetapi itu bukan berarti jalannya “pernikahan”
akan berlangsung mulus karena ternyata banyak gadis-gadis manis yang menawarkan
diri dengan segala kemolekan dan keindahan serta kecanggihan yang
dimiliki. Gripen sudah mempertontonkan
kebolehannya di kota Linkoping Swedia di hadapan wartawan Indonesia minggu
kedua Maret 2015. Dan saat ini Rafale sedang unjuk kebolehan di Halim AFB dan
Iswahyudi AFB dihadapan petinggi TNI dan Kemhan.
Sementara F16 Viper diam-diam melakukan pendekatan kepada
pengambil kebijakan Kemhan. Ini lobby
yang didukung dengan kekuatan “mendehem” dan gaya wibawa uwak Sam, tipikal
negara adidaya yang tentu menginginkan produknya dibeli. Nilai plusnya kita
sudah berpengalaman mengoperasikan F16 selama puluhan tahun, dan kesediaan Uwak
Sam memberikan hibah berbayar 24 unit F16 blok52Id kepada Indonesia. Viper punya kekuatan bargaining yang harus
diperhitungkan.
Kogabwilhan, model pertahanan baru segala matra |
Angkatan Udara Indonesia sedang berupaya memperkuat
taring kedaulatan kedirgantaraannya dengan menargetkan memiliki 11 skuadron
tempur dalam program MEF jilid 2 yang sedang berlangsung saat ini. Saat ini kekuatan itu baru ada di bilangan 8
skuadron dimana 1 skuadron F5E Tiger akan memasuki pensiun. Pengganti yang digadang-gadang adalah jet
tempur kelas berat Sukhoi SU35. Pilihan serius TNI AU ini adalah dalam rangka
mobilitas daya jelajah serta daya gempur yang gahar sekalian untuk mengimbangi
teknologi tempur udara yang dimiliki Australia dan Singapura.
Perkuatan TNI AU adalah bagian dari kurikulum baru
tentara yang disebut dengan pre emptive strike dengan menjemput musuh di garis
batas teritori, tidak lagi membiarka musuh masuk baru digebuk. Kekuatan 11 skuadron itu adalah bagian dari
penyesuaian manajemen pertempuran interoperability dengan Kogabwilhan sebagai
komando utama. Indonesia sedang mempersiapkan 3 Kogabwilhan, 3 armada tempur
laut, 3 divisi Kostrad, 3 divisi Marinir dan 3 komando operasi angkatan
udara. Serba tiga neh karena memang
based on pembagian wilayah RI, mirip-mirip pembagian tiga wilayah waktu. Jadi 11 skuadron yang ditargetkan itu
dianggap memadai dengan menempatkan 3-4 skuadron tempur di masing-masing
wilayah pertahanan.
Sebenarnya jika mengacu kepada kebutuhan skuadron tempur
itu maka selayaknya pergantian jet tempur F5E disesuaikan dengan keinginan TNI
AU untuk memilih pilihan hatinya yaitu Sukhoi SU35. Sementara penambahan 3 skuadron baru itu
biarlah Kemhan selaku “Ortu” TNI memilihkan alias menjodohkannya dengan jet
tempur lain seperti Gripen, Typhoon, Rafale dan F16 blok 60. Artinya untuk 3 skuadron baru itu biarlah
keempat jenis jet tempur ini bersaing untuk menjadi bagian dari skuadron anyar
TNI AU. Sehingga gambaran isian skuadron
itu kira-kira begini :
1 Skuadron Sukhoi SU27/30
1 Skuadron Sukhoi SU35
2 Skuadron F16 blok 52Id
1 Skuadron F16 blok 60
1 Skuadron Gripen Saab
1 Skuadron Rafale
2 Skuadron Hawk 100/200
1 Skuadron T50
1 Skuadron Super Tucano
Pertanyaannnya tentu darimana duitnya ya. Jika melihat
pertumbuhan anggaran pertahanan yang naik secara signifikan dari tahun ke tahun
bahkan pemerintahan eksisting saat ini punya prediksi kenaikan anggaran
pertahanan sampai mencapai 200 trilyun pertahun mulai tahun 2017-2018 maka kita
merasa optimis semua kebutuhan alutsista segala matra yang direncanakan secara
multy years akan tercapai. Alutsista angkatan udara dan laut tentu harus
mengedepankan teknologi terkini karena sesungguhnya kewibawaan pertahanan
negara kepulauan seperti Indonesia ada di angkatan laut dan udara. Apalagi dengan visi sebagai poros maritim mau
tak mau nilai kehandalannya terletak pada kekuatan armada tempur laut daan
armada jet tempur.
Memerlukan 11 Skuadron tempur |
Antara memilih dan dijodohkan semua baik demi untuk
membangun nilai harkat dan kewibawaan teritori NKRI. Jadi jika TNI AU
berkeinginan dengan jet tempur pilihannya, berikan saja. Diakan user, pasti
tahu persis kehebatan pujaan hatinya Sukhoi SU35. Dan kemudian Kemhan bisa
menjodohkan tambahan skuadron tempur baru TNI AU dengan memilih 3 diantara 4 calon
pelamar itu, Typhoon, Rafale, Gripen dan Viper.
Dengan anggaran pertahanan yang besar kita meyakini bahwa
kekuatan TNI AU akan menjadi kekuatan penggentar yang disegani. Membangun
kekuatan pertahanan memang butuh dana besar.
Dana alias duit yang dikucurkan itu bukanlah biaya habis pakai atau
peborosan keuangan negara tetapi dia adalah bagian dari investasi jangka
panjang untuk meninggikan nilai dan harga diri bangsa. Antara memilih sendiri dan dijodohkan untuk
adalah sebuah metode untuk mendapatkan alutsista yang sesuai dengan kebutuhan
terkini. Sukhoi memiliki daya gentar
tinggi dan daya jelajah luar biasa sementara jet-jet tempur lain yang sedang
mempromosikan diri juga bagus. Jadi kesimpulannya : dipilih, dipilih.
****
Jagarin Pane / 26 Maret 2015