Kesinambungan cara pandang berpertahanan untuk lima tahun
ke depan akan segera memasuki lintas jembatan suksesi figur orang nomor satu
RI. Yang jelas figur yang akan mengisi
orang nomor satu itu tidak lagi Sby, sosok yang telah memberikan segelas anggur
merah untuk perkuatan militer RI. Figur
yang akan mengisi lembaran cerita berbangsa dan bernegara lima tahun ke depan
merupakan kepala sekolah yang akan menentukan kebijakan berpemerintahan yang
salah satunya adalah kebijakan berpertahanan.
Dengan kata lain kepala sekolah yang baru nanti akan menentukan apakah
mata pelajaran MEF akan dilanjutkan, dilanjutkan dengan beberapa perubahan atau
akan diganti dengan mata pelajaran lain, bisa saja kan.
Meski sudah ada kurikulum MEF (minimum essential force)
sampai jilid III tetap saja tongkat komando pimpinan tertinggi menjadi patokan
melangkah. Gaya kepemimpinan akan
mempengaruhi apakah harus tetap langkah tegap atau langkah biasa atau malah
langkah santai aja. Catatan yang bisa
kita sampaikan adalah kebiasaan berperencanaan kita selama ini kan tergantung
selera pemimpinnya. Adanya pergantian kepemimpinan sangat memungkinkan terjadinya pergantian selera dan cara pandang.
Contoh sederhana, berapa tahun harus sia-sia waktu untuk
menentukan penambahan armada kapal selam.
Sejak tahun 2003 sudah mulai melakukan perencanaan untuk mengganti atau
menambah kapal selam Cakra Class yang sudah lama malang melintang. Tetapi baru
8 tahun kemudian menjadi jelas merek apa yang akhirnya akan dibeli. Dan selama kurun waktu itu telah terjadi
pergantian pimpinan TNI dan TNI AL. Bandingkan
dengan Vietnam, hanya butuh satu tahun perencanaan, lalu proses pengadaan, tiga
tahun kemudian satu persatu kapal selam Kilo yang dipesannya datang. Setelah itu baru kita kaget.
Presiden Sby, peduli dengan perkuatan TNI |
Jangan dikira tidak ada “blusukan” atau lobi-lobi untuk
menentukan siapa kelak yang akan memimpin Kementerian Pertahanan meski
Presidennya pun belum tahu siapa. Kementerian
Pertahanan selama lima tahun ini kan sudah menjadi kementerian gadis manis
dengan rambut sebahu yang banyak dilirik dan dicolek produsen alutsista
internasional. Kementerian sekarung gula
ini tentu menarik minat rombongan semut dunia untuk ikut mencicipi manisnya
anggaran alutsista RI.
Dengan berkaca pada kepadatan anggaran beli senjata
selama lima tahun ini tentu perkiraan produsen alutsista dan makelarnya bahwa untuk
MEF II akan lebih banyak lagi dana dikucurkan. Semua keputusan itu ada di
tangan kepemimpinan RI-1 yang baru bersama group kabinet pilihannya. Salah satu pilihan figur paling berbinar dan
bercahaya adalah Kementerian Pertahanan.
Jika presidennya si A maka ada kemungkinan Menhannya si B atau C. Jika
presidennya si X maka kira-kira Menhannya si Y dan Z. Kalkulasi jika, seandainya, misalnya,
andaikata pun makin menarik dicermati.
Tidaklah penting bagi kita untuk menentukan figur
Kemhan-1 tetapi lebih penting dari itu adalah menjaga kesinambungan program MEF. Jadi sebenarnya ujian MEF terletak pada
kelanjutan program perkuatan militer RI.
Jika MEF satu bisa mencapai 36% dari target MEF, alangkah bagusnya jika
sisa target itu bisa diselesaikan di MEF II.
Meski begitu jika ternyata style pemerintahan besok menginginkan sampai
MEF jilid III target itu diselesaikan, juga tak mengapa. Yang penting tetap bisa berjalan sesuai
rencana.
Sekedar gambaran PDB Indonesia tahun 2013 berdasarkan
data BPS berjumlah 9.084 trilyun rupiah meningkat dan searah dengan pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,78%. Jika anggaran
pertahanan tetap, seirama dengan kenaikan PDB maka anggaran pertahanan ikut
naik 5,78%. Selama ini anggaran
pertahanan kita ada di kisaran 0,8 – 0,9 % dari PDB padahal Singapura saja sudah
membagi anggaran pertahanannya sampai 4% dari PDB. Maka jika anggaran pertahanan kita bisa
dinaikkan sampai 2% saja maka perkuatan militer RI akan semakin membahana.
2 Fregat A Yani Class pengawal samudera RI |
Itu sebabnya banyak prediksi menyebut khusus untuk
anggaran beli dan rawat senjata dalam MEF II (2015-2019) akan menyentuh
angka US$ 20 milyar, naik US$ 5 milyar
dari MEF I yang berjumlah US $15 milyar. Prediksi ini bukan sebuah impian atau
angan-angan namun sangat realistis untuk dicapai. Angka 20 milyar dollar itu tentu bisa
membelanjakan berbagai jenis alutsista termasuk bayar multi years alutsista
yang sudah dipesan duluan.
Maka soal ujian MEF jilid dua nanti kira-kira bocoran
soalnya begini. Apakah RI-1 nanti figur yang
peduli melanjutkan MEF-1. Kalau ya apakah anggaran alutsista bisa dinaikkan
minimal US$ 20 milyar. Kalau ya apakah
yang akan dibeli untuk duit sebanyak itu. Sampai disini kemudian bumbu masak
bernama “selera” mulai dimunculkan. Bumbu masak selera itu ada gerbang Kemhan. Maka jauh-jauh hari kita mengingatkan selera
user alias pengguna mesti menjadi indikator utama rencana beli alutsista. Termasuk
mengutamakan industri pertahanan dalam negeri yang mulai bersinar saat ini.
Isian alutsista di MEF II adalah menyediakan perabot
untuk rumah Kogabwilhan. Sinergi
pertahanan model Kogabwilhan membutuhkan alutsista dalam kuantitas dan kualitas
yang menyengat. Jelaslah bahwa MEF II
adalah faktor kunci untuk menuju perkuatan militer kita yang sebenarnya. Sejalan dengan itu dinamika kawasan juga akan
semakin memperlihatkan kekuatan blok pemegang hegemoni dengan penantang
hegemoni. Kita ada diantara keduanya dan
kita tidak berpihak pada keduanya. Padahal
arena tarung memperebutkan piala hegemoni itu ada di sekitar halaman kita. Jadi
kita harus perkuat pagar teritori kita dengan alutsista berkualitas. MEF II adalah soalnya, yang menjawab adalah Next
RI-One.
****
Jagvane / 28 April 2014