Gelar kekuatan angkatan laut Indonesia kembali
diperlihatkan dengan menggelar gugus tempur laut bersandi operasi Benteng Hiu
14, mulai bulan Februari 2014 di perbatasan laut Indonesia Malaysia di
Kalimantan Utara. Perairan yang menjadi
salah satu hotspot NKRI ini memang harus terus dikawal ketat agar gangguan dan
provokasi dari negeri jiran bisa dieliminasi sekaligus menunjukkan kekuatan harkat
diri untuk tidak bermain api di kawasan kaya sumber daya mineral itu, Ambalat. Gelar Benteng Hiu dipimpin oleh KRI jenis
fregat Oswald Siahaan yang membawa rudal maut Yakhont. Anak buahnya terdiri
dari KRI korvet anti kapal selam Lambung Mangkurat, kapal cepat rudal KRI
Badik, kapal buru ranjau KRI Pulau Raas dan kapal patroli cepat KRI Badau dan
KRI Salawaku. Kapal berjenis KAL, UAV dan kapal nelayan juga ikut bergabung
sebagai satuan intelijen.
Sebenarnya ada dua gelar kekuatan di dua hotspot berbeda
yang saat ini digelar. Yang satu lagi di kawasan laut Timor dan laut Arafuru. Di
laut seberang Darwin itu TNI AL menggelar kekuatan armada laut untuk memastikan
tidak ada keculasan negeri selatan untuk mencerobohi perairan teritori
Indonesia. Di luar dua gelar gugus
tempur laut itu sebenarnya ada belasan KRI yang berpatroli di Natuna, selat Malaka,
selat Singapura, selatan Jawa dan selat Sunda.
Itu adalah bagian dari tugas harian TNI AL untuk menjaga nilai negara
kepulauan. Kemudian dalam sebulan ke depan Mabes TNI AL juga harus
mempersiapkan 12-15 KRI untuk latihan gabungan angkatan laut bersama 16 negara
lain di Natuna dan laut Cina Selatan.
KRI Oswald Siahaan sedang menembakkan rudal Yakhont |
Itu semua bisa dilakukan karena angkatan laut Indonesia
memiliki armada kapal perang yang memadai untuk melakukan penjagaan dan
patroli. Ada sekitar 160 KRI berbagai
jenis yang dioperasikan. TNI AL tahun ini
akan mendapatkan belasan kapal perang baru, diantaranya 3 kapal perang light
fregat Bung Tomo Class yang dibeli dari Inggris. Kapal ini sebenarnya pesanan
dari Brunai tetapi tidak jadi diambil. Jadi
dibilang beli bekas juga tidak karena kapalnya masih baru, kapal baru tapi
harganya harga kapal bekas. Disamping 3
kapal tadi, ada juga pesanan 3 kapal perang jenis KCR (kapal cepat rudal) 60 m
buatan PT PAL yang selesai seluruhnya tahun ini. Kemudian penyerahan 3 KCR 40 m, 2 kapal
perang jenis BCM (Bantu Cair Minyak) dan 3 kapal perang jenis LST (Landing Ship
Tank) buatan galangan kapal swasta dalam negeri.
Peningkatan kuantitas dan kualitas KRI memang diperlukan,
apalagi kekuatan armada RI akan disesuaikan dengan pembentukan Komando Gabungan
Wilayah Pertahanan yang dikenal dengan istilah Kogabwilhan. Sebagai negara
kepulauan tentu pagar terluar Indonesia didominasi oleh perairan dan sangat wajar
pula bila pagar laut ini diperkuat. Ini
juga bagian dari perubahan strategi “masuk dulu baru digebuk” menjadi “berani
masuk digebuk”. Untuk angkatan laut, agar bisa masuk kategori “berani masuk
digebuk” dicapai dengan penambahan kuantitas dan kualitas armada KRI dan
persenjataannya.
Menyikapi kondisi kawasan yang dinamis dan menjurus pada
kondisi tak terduga sebagaimana provokasi Australia di laut Selatan dan ambisi
penguasaan laut Cina Selatan oleh negeri semilyar ummat, maka perkuatan daya
gebuk angkatan laut Indonesia mutlak harus dipenuhi. Oleh karena itu sangat
diperlukan kepemilikan kapal perang permukaan laut berkualifikasi fregat dan
destroyer dan kapal selam berkualifikasi srigala. Sejalan dengan itu sebaran pangkalan utama
untuk menampung dan menjaga alutsista kapal perang diperlukan. Menjaga kapal perang di pangkalan dari
sabotase bawah laut dan serangan udara merupakan keharusan. Jangan sampai punya banyak pangkalan tetapi
telanjang tanpa perlindungan.
Jet tempur Sukhoi memayungi Jakarta |
Pemikir strategis di Kemhan, Mabes dan TNI AL tentu sudah
punya rancang bangun kekuatan armada angkatan laut lima sampai sepuluh tahun ke
depan. Sebagai negara kepulauan maka
sudah seyogyanya angkatan laut dan angkatan udara diperkuat karena merupakan
pagar pengaman garis depan. Perkuatan angkatan laut dan udara seharusnya
merupakan prioritas karena kekuatan matra ini adalah indikator untuk
menunjukkan nilai dan martabat teritori sebuah negara kepulauan. Adalah wajar jika dalam lima tahun ke depan
kita sudah harus memiliki tambahan armada laut dengan 2-3 destroyer dan 5-6
fregat serta 6-8 kapal selam srigala.
Tambahan kekuatan angkatan laut ini juga seirama dengan
tambahan skuadron tempur angkatan udara, misalnya dengan penambahan 2 skuadron
Sukhoi Family. Apalagi jika diperkuat
dengan pesawat peringatan dini. Ini
secara kebutuhan dasar bukan hal yang muluk karena payung perlindungan untuk
negara besar ini memang harus begitu.
Tujuannya tentu bukan untuk mengajak perang tetapi untuk menjaga nilai
dan martabat teritori. Bahwa ke depan
ini memang akan terjadi sesuatu yang tak terduga berupa ancaman serius bagi
kedaulatan NKRI. Maka muulai sekarang
memang harus berbenah secara lebih intens, lebih fokus dan lebih revolusioner
alias lebih cepat lebih baik.
Perkuatan alutsista di MEF II diharapkan akan memberikan
angin kesegaran bagi pengawal republik. Sekaligus mengurangi bahkan meniadakan
omongan pelecehaan orang luar utamanya tetangga selatan yang selalu menganggap
armada kapal perang Indonesia kalah kelas.
Sekarang memang masih kalah kelas tetapi kita meyakini dalam lima tahun
ke depan sudah mendekati kesetaraan. Tetangga
selatan memang karakternya begitu. Tetapi
jika kita tetap teguh dalam program perkuatan alutsista utamanya dengan
kesediaan membeli sejumlah destroyer, fregat, kapal selam srigala dan jet
tempur mutakhir maka secara perlahan omongan pelecehan itu akan berkurang.
Tetapi jangan lupa karakter orang atau negara yang suka
melecehkan itu sebenarnya untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Misalnya
kekhawatiran eksistensinya terhadap ancaman dari utara. Tong kosong nyaring
bunyinya kata peribahasa. Dalam bahasa
preman orang yang berkarakter suka melecehkan dan anggap enteng seperti ini
perlu sekali waktu digebuk dengan bogem mentah supaya cangkemnya mingkem. Pengawal
republik paham dengan hukum ini tapi tak perlu berlaku seperti preman itu. Permintaannya hanya satu: perkuat dulu dengan
sejumlah alutsista gahar berteknologi, kemudian perhatikan apa yang akan
terjadi, niscaya mereka akan tahu diri.
****
Jagvane / 02 Feb 2014