Di penghujung tahun 2013 banyak hal yang bisa kita
renungkan tentang analisis pertahanan dan perkuatan alutsista TNI. Gambaran
hits nya kira-kira begini : Lagu “Leopard Dua” yang selama beberapa bulan
menjadi hits di tangga lagu-lagu alutsista yang di pesan dan datang. Maka di awal Desember yang basah ini “Leopard
Dua” ditaklukkan oleh lagu “Kilo Membahana” yang menjadi puncak histeria dari
penantian yang ditunggu-tunggu untuk memperkuat
alutsista strategis bawah air laut Indonesia.
Main Battle Tank Leopard tinggal menunggu kedatangan
gelombang demi gelombang dan itu ada di tahun 2014 yang selangkah lagi di depan
mata. Sedangkan untuk kapal selam Kilo
masih harus melalui tahapan demi tahapan sampai menuju sign kontrak. Dan itu diperkirakan terjadi di tahun
2014. Tetapi mengapa khusus untuk keputusaan
membeli sejumlah kapal selam Kilo dari Rusia begitu menggemparkan forum militer
tanah air dan forum militer jiran, tak lain karena daya getar dan gentarnya yang
mengancam seluruh kapal perang berjenis kelamin apapun di kawasan ini.
Keputusan membeli sejumlah kapal selam Kilo dari Rusia
merupakan langkah yang dipuji dan disanjung banget. Ini adalah keputusan paling
cemerlang ditinjau dari segala dimensi. Misalnya dari dimensi kesetaraan
alutsista strategis kita sudah mampu mensejajarkan diri dengan negara jiran
seperti Vietnam, Singapura dan Australia.
Dari dimensi perspektif dengan dinamika perkembangan klaim Laut Cina
Selatan, Ambalat dan perkuatan militer di Cocos dan Christmas, pengadaan kapal
selam “Herder” ini tepat guna dan tepat arah.
Lalu bagaimana dengan kapal selam Changbogo yang saat ini
sedang dibuat di Korsel. Ya jalan terus
dong. Proyek Changbogo sesuai rencana membuat 3 kapal selam dimana kapal selam
ketiga akan dibuat di PT PAL Surabaya tahun 2017. Sementara itu sedang berjalan, kita juga
masih sangat perlu untuk membuat program paralelisasi pengadaan kapal selam. Sebagaimana
yang pernah diulas dalam tiga artikel terdahulu bahwa disamping proyek
Changbogo kita berpendapat masih perlu perkuatan kapal selam dari kelas
Herder. Akhirnya sebagaimana analisis
dan prediksi kita kala itu, Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan mengambil
keputusan untuk membeli kapal selam Kilo dari Rusia. Plong sudah.
Jika proyek Changbogo berjalan ramai lancar, tidak padat
merayap atau macet total sebagaimana proyek jet tempur KFX/IFX, maka mulai
tahun 2016 kita sudah mendapat 1 kapal selam baru. Dengan asumsi itu maka tahun 2018 sudah ada 3
kapal selam Changbogo dimana kapal selam ketiga dibuat oleh tenaga ahli
Indonesia dibawah supervisi Korsel. Program alih teknologi ini diharapkan akan
menghasilkan kapal selam buatan dalam negeri seutuhnya mulai tahun 2020
mendatang.
Nah, dengan tambahan 3 Changbogo itu kekuatan kapal selam
kita menjadi 5 unit tetapi tentu daya gempur 2 “Cakra Class” di tahun 2018 sudah tak
sepadan lagi. Oleh sebab itu pengadaan
Kilo yang berkemampuan meluncurkan peluru kendali dari bawah laut dengan jarak
tembak 300 km merupakan keputusan bersejarah. Kelak akan dicatat oleh generasi
penerus sebagai langkah monumental dan mampu mewibawakan postur militer dan
diplomatik Indonesia di kawasan regional.
Kehadiran kapal selam Kilo disamping mengejar target kuantitas kebutuhan
kapal perang bawah air juga untuk menggapai kualitas setara teknologi kapal
selam yang dimiliki TNI AL.
Memang sudah selayaknya Indonesia memperkuat alutsista
strategis di perairan yang luasnya merupakan dua pertiga dari luas NKRI. Dengan beberapa ALKI strategis sebagai pintu
masuk kapal dagang dan kapal perang negara lain maka pintu-pintu itu harus
dijaga. Dengan kekuatan minimal 12 kapal
selam pada tahun 2020 yang diprediksi demam tinggi terjadi di Laut Cina Selatan
maka kekuatan armada kapal selam itu diniscayakan mampu memperkuat barikade
pertahanan Indonesia.
Kita sangat berharap Kementerian Pertahanan bisa
mendapatkan minimal 6 kapal selam Kilo seluruhnya atau kombinasi 4 Kilo dan 2
Amur atau sebaliknya meski tidak seluruhnya baru. Sejumlah tim teknis Kemhan dan TNI AL yang
akan berangkat bulan Januari 2014 ke Rusia untuk melihat dan mengkaji barang
yang ditawarkan Rusia itu diyakini diberangkatkan dengan doa dan harapan yang
menggebu. Oleh karena itu penting untuk
disampaikan bahwa tim itu membawa misi kebanggaan nilai. Jangan sampai nilai kebanggaan itu yang sudah
didambakan dan digadang-gadang selama hampir 8 tahun berubah menjadi skeptis.
Proyek Kilo akan menjadi ujian kesungguhan dan ebtanas
pemerintahan SBY khususnya mengenai perkuatan alutsista TNI. Kita meyakini bahwa dalam tiga bulan ke depan
sudah ada kontrak pengadaan sejumlah kapal selam tangguh itu sehingga tahun
2015 dan seterusnya kita akan menyaksikan barangnya satu persatu berdatangan di
perairan Indonesia. Jika ini terwujud
nyata maka sudah selayaknya kita menyematkan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Presiden SBY dan menganugerahinya sebagai “Bapak
Modernisasi Militer Indonesia”. Bagaimana
?
****
Jagvane / 29 Desember 2013