Deru dan gelegar 8 jet tempur canggih Sukhoi dan 6 jet
tempur F16 di langit Batam tentu “terdengar nyaring” di jiran sebelah dan
sebelahnya lagi. Bahkan ribuan buruh
yang lagi demo di Batam akhir Oktober lalu menghentikan teriakannya sejenak
untuk mendongak keatas menyaksikan dan mengagumi. Selama 5 hari di penghujung
Oktober dan awal Nopember 2013, Hang Nadim Batam menjadi home base latihan
tempur khusus tentara langit Nusantara bersama Tanjung Pinang, Pontianak dan Ranai
Natuna.
Batam menjadi pangkalan aju Sukhoi, F16, Hawk skuadron
Pekanbaru. Pontianak menjadi pangkapan
aju Super Tucano dan Hawk tuan rumah. Sementara 7 Hercules diterbangkan
langsung dari Halim membawa ratusan tentara untuk diterjunkan ke Natuna. Materi latihan tentu bermacam menu dan
biarlah itu menjadi urusan rumah tangga AU mau mendapat ponten berapa. Tapi kita
sebagai penonton secara visual bisa melihat betapa lumatnya sasaran yang
dijadikan target penghancuran oleh jet-jet tempur tadi.
Jet tempur Sukhoi dan rudalnya di langit Natuna |
Sudah tentu kurikulum latihan matra udara paling
bergengsi itu diintip dan dipantau oleh jiran sebelah dan sebelahnya lagi. Singapura
dan Cina sangat diyakini ikut memantau gerakan tentara dan jet-jet tempur RI
itu dengan mata telinga elektronikanya.
Tak apa-apa, ini akan semakin memberikan kesan dan pesan pada “musang-musang”
itu bahwa TNI mampu memperlihatkan dan menjalankan pertempuran modern dengan
alutsista setara.
Show of Force untuk tetangga sebelah Batam diperlukan
karena ini menyangkut kewibawaan. Termasuk untuk warga Batam Riau bahwa payung dan
persenjataan dirgantara di atas mereka siap melindungi ummatnya setiap saat. Penting
juga untuk dipesankan bahwa mereka adalah merah putih. Soalnya warna keseharian
warga perbatasan adalah lintas batas dalam interaksi eknonomi. Sekedar mengingatkan.
Pesan untuk musang Natuna jelas, jangan bermain api
dengan teritori NKRI. Musang yang
dimaksud adalah singkatan dari musuh anggapan, sebuah nama sandi militer untuk
sebuah negara yang menjadi musuh simulasi.
Beberapa waktu lalu musuh simulasi itu bernama Sonora tanpa ada
kepanjangannya, sehingga dipersepsikan macam-macam. Musang yang ini pun bisa
dimaknai dengan “musuh sang naga” atau “musuh sangar” atau tetangga yang
berwatak musang. Yang jelas untuk
wilayah Natuna dan sekitarnya kita berhadapan dengan kekuatan multi kelas. Ada kelas Naga, ada kelas Singa dan ada kelas
Jaguh. Tidak usah dijelaskan lagi karena diskusi forum militer sudah memahami
terutama pada kelas yang terakhir itu.
Hasilnya, melumat musang Natuna |
Banyak hal yang bisa dicatat dalam latihan ini. Inilah untuk pertama kalinya diperlihatkan kepada khalayak bahwa persenjataan Sukhoi tidak lagi sekedar kanon dan bom P100. Tetapi juga sudah memiliki tentengan rudal-rudal mautnya. Ada rudal R73, R77, Kh31A, Kh31P dan S8 yang made in Rusia itu, sehingga memberi kesan gentar dan getar. Catatan lain adalah adanya sorti pertempuran udara yang tentu bernuansa mencekam karena kemampuan first look, first shot dan first kill menjadi kejaran prestasi untuk pilot kita bersama keunggulan teknologi radar dan rudalnya. Pertempuran udara modern saat ini dan seterusnya sesungguhnya adalah uji keunggulan teknologi radar, jarak tembak dan kecepatan rudal serta militasi pilot jet tempur.
Sebagai evaluasi untuk kondisi kepemilikan dan jenis
alutsista TNI AU saat ini dibandingkan dengan luas wilayah dan spektrum ancaman
maka harus diakui kekuatan pukul alutsista udara kita masih belum memadai. Satu skuadron Sukhoi yang dimiliki saat ini belum
mencukupi nilai gizi kegaharan pengawal dirgantara. Meski tahun depan akan ada penambahan 24 jet
tempur F16 dan melengkapi kekuatan penuh satu skuadron Golden Eagle dan Super
Tucano, tetap belum disebut gahar. Oleh sebab itu masih diperlukan minimal 1-2
skuadron Sukhoi Family lagi untuk memastikan kewibawaan itu. Apalagi jika dikaitkan dengan kehadiran F35
yang mulai tahun depan di kawasan ini. Dan kita meyakini bahwa dalam program
MEF tahap 2 nanti kekuatan pengawal dirgantara bersama dua matra angkatan
lainnya akan semakin bagus dan berotot.
Intensitas latihan militer yang dilakukan Indonesia
selama dua tahun terakhir ini adalah memastikan tingkat kesiapsiagaan yang
tinggi untuk menjaga kepemilikan medan teritori. Lebih dari itu adalah untuk mengingatkan
negara manapun untuk tidak mengusik teritori Indonesia. Kampanye militer dengan mengerahkan berbagai
alutsista untuk diperdengarkan dan diperlihatkan bunyi musik amunisi dan dentumannya.
Menenggelamkan kapal perang dengan rudal Yakhont dari jarak 200 km yang membuat
para musang terperangah. Membumihanguskan dan mendemonstrasikan teknologi
persenjataan yang dimiliki adalah pesan militer yang jelas dan tegas. Pesan yang hendak disampaikan kepada para
musang lewat dentuman, deru, gelegar dan manuver di wilayah perbatasan
sesungguhnya adalah rangkaian kalimat yang kira-kira berbunyi seperti ini: anda
sopan kami sapa, anda maju kami sapu.
****
Jagvane / 02 Nopember 2013